14 | White Day (B)

3.5K 537 35
                                    

Taehyung pernah kenal dengan Jaehyun. Itu pun Jisoo yang mengajaknya. Dulu mereka akrab, pernah juga jadi teman minum Taehyung di saat laki-laki itu susah. Namun, itu dulu. Mereka sekarang jauh bagai tak pernah saling mengenal. Mungkin semenjak Jisoo punya konflik dengan Taehyung. Entahlah, Taehyung juga lupa.

Sekarang mereka berdua tengah memilih lampu hias yang sangat indah. Di dalamnya ada rumput laut yang menjadi pemanis. Jaehyun tersenyum mendapati pilihannya yang sangat tepat. Taehyung sendiri tidak terlalu suka lampu hias itu. Ia suka lampu sederhana, berbentuk bulat. Seperti menggambarkan bulan yang sedang menyinari bumi.

Bukan lampunya yang indah, tapi filosofi lampu itu sangat menarik. "Apa Rose suka lampu hias?" tanya Taehyung. Ia pergi ke arah sini karena Jisoo sendiri suka lampu hias. Perempuan itu dulunya tidak bisa tidur jika lampu di kamar terlalu menyala terang. Makanya ia suka lampu yang tidak terlalu mencolok.

Jaehyun menoleh. "Rose suka. Hal-hal yang disukai Rose memang sangat aneh."

Taehyung mengangguk. Ia tidak terlalu tahu selera perempuan, tapi mendengar perkataan Jaehyun tadi. Ia yakin selera perempuan itu sebenarnya sama saja. "Sudah mengatakan perasaan pada Rose?"

Jaehyun hanya tersenyum. "Ia sepertinya tidak akan menyukaiku."

Taehyung terlihat antusias mendengar cerita Jaehyun. "Loh, kenapa?"

Laki-laki dengan lampu hias tadi berjalan menuju kasir. Taehyung juga meletakkan pilihannya. "Aku terlalu banyak memberi kode. Aku rasa dia tidak akan paham. Atau, dia memang tidak suka denganku."

Taehyung merasa iba. Hal yang paling menyakitkan bagi laki-laki adalah saat kode yang dilemparkan tidak bisa dibaca oleh perempuan. "Kau harus bersabar."

Jaehyun mau membayar, tapi Taehyung mencegah. "Biar aku saja. Anggap hadiah."

"Terimakasih kalau begitu." Taehyung memasukkan kartunya ke dalam dompet. "Menurutmu, bagaimana ciri-ciri perempuan menyukai kita?"

Taehyung nampak berpikir, setelahnya ia mengatakan, "Dia akan selalu bergantung padamu. Apa Rose juga begitu?"

Jaehyun membuka pintu toko. Mempersilahkan Taehyung lebih dulu keluar. "Nampaknya begitu. Dia suka bergantung. Kadang juga merengek. Dia sering berubah sikap."

Mereka berjalan bersebelehan. "Perempuan memang suka berubah mood. Akan garang kalau lagi masanya. Jisoo suka kayak gitu."

Jaehyun mengangguk. "Kali ini, kita ke mana?"

Taehyung memimpin jalan. "Aku ingin membeli baju couple. Pasti lucu."

"Jisoo suka baju samaan?"

Taehyung berhenti melangkah. Kini menghadap Jaehyun. "Iya juga ya, dia gak pernah bilang. Tapi ia sering samaan baju dengan stafnya."

Jaehyun terkekeh. "Itu memang kewajiban. Kalau enggak, susah bedain yang mana staf Jisoo."

Taehyung hanya mengangguk. Lagi pula ia tidak terlalu mengerti pekerjaan semacam itu. "Iya juga ya."

Laki-laki itu hanya tertawa canggung. Ia membuka pintu toko berikutnya. Jaehyun banyak tahu tentang perempuan. "Setelah Jisoo memutuskan untuk berhenti jadi artis, kamu mau cari kerja di mana?"

Jaehyun berhenti menggerakkan tangannya untuk mencari pakaian yang diinginkan. "Belum tahu. Tapi sampai sekarang Jisoo belum bilang apa-apa. Tentang pemecatan kami belum membicarakannya."

Taehyung menarik satu atasan cream. "Kalau Jisoo memutuskan untuk memberhentikan kamu. Lebih baik bergantung di perusahaanku saja. Sepertinya masih banyak lowongan yang kosong."

Jaehyun hanya menanggapi dengan senyuman, lesung pipinya terlihat. Jaehyun sekarang sepuluh kali lipat lebih manis. "Aku masih belum banyak tahu selera Jisoo. Kamu sepertinya banyak tahu selera Rose?" tanya Taehyung.

"Selera perempuan tidak susah sebenarnya. Hanya suka berbelanja dan sedikit perhiasan." Taehyung menoleh wajahnya tidak setuju. "Jisoo tidak suka itu."

"Iya, maka dari itu, Jisoo perempuan spesial. Jarang menuntut."

Taehyung memberikan Jaehyun kantong belanja. "Apa Rose semerepotkan itu sampai kamu membandingkan dengan Jisoo?"

Jaehyun mengangkat bahu. "Bisa dibilang seperti itu."

***

Mereka berdua keluar toko tapi begitu terkejut saat seorang perempuan dengan masker menutupi wajahnya menyebrang. Taehyung sudah tersenyum dari jauh. Lengkungan  itu menjadi lurus saat mobil dari arah samping melaju cukup kencang. Taehyung mau berlari menyelamatkan. Tapi ia didahului oleh Jaehyun yang sudah membuang barang belanjaan dan berdiri di hadapan Jisoo.

Taehyung mendekat. Ia juga memuji keterampilan Jaehyun. Taehyung memegang ke dua sisi kepala Jisoo. Perempuan itu masih syok. "Jis, gapapa."

Jaehyun menatap adegan romantis tersebut. Rose datang dan berada di sebelahnya.

***

Jisoo masih sedikit terkejut. Namun, ia berusaha menetralkan suasana. Alhasil, perempuan itu tidak mempunyai hadiah apa-apa untuk Taehyung. Ia merasa bersalah. Taehyung tidak masalah. Keselamatan Jisoo lebih utama.

Mereka duduk di private room sebuah restoran. Nayeon yang memesankannya kemarin. Taehyung duduk berhadapan dengan Jisoo. Begitu juga, Jaehyun duduk di depan Rose.

"Oke, bagaimana kalau kita membuka kadonya?" Taehyung membuka suasana yang sangat hening. Ia memberikan kotak berukuran sedang kepada Jisoo. "Bukalah."

Jaehyun juga memberikan kotak berwarna pink pada Rose. Perempuan itu menerimanya, ia membuka kado tersebut. "Jam pasir?" Matanya berbinar. Ia suka. Jisoo merasa excited dengan kado Taehyung. Ia mengangkat tutupnya. Lampu tidur yang indah. Jisoo merasa perasaannya membaik.

Sementara Taehyung malah bingung sendiri dengan Jaehyun, ia pikir laki-laki itu akan memberikan Rose sebuah lampu tidur seperti yang tadi mereka pilih.

***

"Jis," panggil Taehyung. Perempuan itu meliriknya. "Kenapa?"

Taehyung memang sengaja mengajak mereka berpisah. Jaehyun dan Rose berada di mobil yang berbeda. "Jaehyun dulu pas ngelamar kerja jadi bodyguard kamu gimana?"

Jisoo berpikir sejenak. "Agensi yang milih. Kenapa?" tanyanya heran. Sebab tak biasanya Taehyung penasaran seperti ini.

"Gak papa, cuman pengen tahu aja. Dia memang segesit itu ya kalau nyelamatin kamu?"

Jisoo tertawa, Taehyung sedang cemburu. "Iya, dia memang selalu gitu, kok."

Taehyung berhenti di depan rumah mereka. Lampu terlihat padam. Jisoo dan Taehyung saling pandang. "Nayeon gak pulang ke sini?"

"Gak tahu. Tadi dia chat bakalan ke sini kok."

Taehyung keluar terlebih dahulu. Jisoo mengikuti. "Jis, tahu sesuatu?" Jisoo memandang tak mengerti. "Aku suka kamu kalau lagi ketakutan gini."

Perempuan itu memukul punggung Taehyung. Laki-laki itu mengerang kesakitan. "Apa ini?" Taehyung berhenti melangkah saat ada kotak kado lucu di depan pintu. "Jangan dibuka."

"Kenapa?" tanya Taehyung bingung. "Kamu inget kejadian waktu itu? Isinya teror."

Taehyung menenangkan Jisoo. "Gak papa, aku yang bakalan buka kamu tutup mata ya."

TBC






After This | Jisoo • Taehyung [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang