Prolog

10.8K 1.2K 103
                                    

Seorang perempuan dengan rambut diikat satu tengah menunggu suaminya. Ia menyilangkan kedua kakinya seraya membuka halaman pencarian di naver mengetikkan 'perceraian'. Sial, beritanya masih menjadi trending topik akibat pengumuman kemarin. Ia menghempaskan ponsel ke atas meja.

Restoran ini sangat sepi, jelas, karena ia yang memesan semuanya. Perempuan itu akan membicarakan masalah yang penting terkait perceraian.

Kali ini ia kembali menggapai ponselnya, ia membuka kolom pencarian dan mengetikan namanya.

J I S O O

Layar ponsel Jisoo bergerak, banyak menampilkan artikel yang ia yakin baru saja dirilis beberapa hari lalu. Perempuan itu mendesah kecewa. Ia kembali melirik pintu masuk, si sombong Kim itu rupanya belum juga datang. Dasar lelet, pikirnya.

Jisoo menyesap coklat panasnya secara perlahan. Di ujung ruangan ini ada manajernya—Rose dan beberapa bodyguard yang berjaga.

Ia wajar melakukan hal ini, perempuan dengan pakaian hitam itu adalah seorang aktris terkenal. Bahkan drama dan film yang ia bintangi tidak pernah mencetak rating rendah. Ia menjadi kesayangan Korea. Namun, bukan berarti hujatan tidak banyak ia terima.

Ditambah lagi, pernikahannya dengan pengusaha muda dua tahun lalu, membuat namanya semakin melejit.

Akan tetapi, itu dulu, sebelum si pengacau datang—sekretaris suaminya—yang berhasil membuat suami Jisoo selalu betah berada di kantor daripada di rumah. Perempuan ular itu rupanya sudah memberikan kehangatan pada suaminya, yang laki-laki itu tidak bisa dapatkan dari Jisoo karena terlalu sibuk.

Jisoo sebenarnya sudah diperingati untuk berhenti bekerja karena suaminya butuh seorang perempuan untuk mengurus keperluan pribadi. Jisoo selalu saja pulang malam, kadang jika suaminya berada di rumah, gadis itu tidak ada. Jadwalnya sangat padat.

Jisoo melirik lagi pintu masuk. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan Taehyung—suaminya. Kenapa belum datang juga? Ini sudah pukul tiga sore. Jisoo memberi lirikan ke arah Rose. Perempuan dengan blus putihnya itu langsung paham. Ia menelepon seseorang.

Setelah selesai menelepon, perempuan itu kembali. Ia berdiri di kiri Jisoo. "Maaf, Pak Taehyung lagi banyak pekerjaan dan tidak bisa diganggu."

Jisoo murka, ia menggeprak meja sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Rose bahkan mundur sedikit dikarenakan terkejut.

"Aku mau bertemu dengan dia. Seenaknya batalin janji." Jisoo meraih tas dan mantelnya. Perempuan itu berjalan cepat menuju pintu, Rose dan para bodyguard mengikuti dari belakang.

Saat kakinya mau masuk ke dalam mobil, perempuan itu memalingkan wajah ke arah sopir. "Saya mau ke rumah Taehyung, antar saya ke sana." Kemudian Jisoo masuk ke dalam mobil.

Si sopir meminta persetujuan pada Rose. Gadis itu mengangguk, lagi pula Jisoo memang tidak bisa dibantah. Perempuan itu keras.

Rose duduk di samping Jisoo. "Jis, kayaknya kamu gak bisa main datang ke rumahnya, deh."

Jisoo menatap Rose tajam. Astaga, bulu kuduk Rose meremang gara-gara tatapan itu. Perempuan itu jadi diam, ia tak berani lagi melanjutkan sarannya.

Mobil berhenti di depan rumah mewah yang dikelilingi banyak mawar putih—ibu Taehyung memberikan ini sebagai kado pernikahan mereka.

Jisoo berjalan angkuh ke arah pintu. "Mana dia?" tanyanya pada penjaga. "Mana? Jangan bilang lagi bersama jalang itu?"

Penjaga rumah Taehyung jadi kikuk. Apalagi perempuan yang terkenal sangat baik itu tiba-tiba menggunakan nada yang tinggi ketika bicara.

"Oh, kalian diam berarti benar," cibir Jisoo. Gadis itu memegang tangan si penjaga yang menghalangi kenop pintu. "Minggir!"

Pintu rumah terbuka, benar saja. Laki-laki itu masih menggunakan bathdrobe. Jisoo melirik perempuan yang sedang suaminya lindungi di balik punggung. Oke, ternyata Taehyung memang ingin melihat sisi macan Jisoo.

Gadis itu maju, kemudian menggerakkan tangannya ke arah pipi Taehyung.

Plak

Suara tamparan itu terdengar cukup jelas dan kuat. Rose meringis di belakang, kemudian ia mengajak semua orang untuk meninggalkan ruangan. Jisoo melihat telapak tangan yang memerah, kemudian ia tertawa. Ternyata ia berani juga mendaratkan tangan ini di pipi Taehyung.

Jisoo mengintip perempuan dengan kemeja kebesaran suaminya, tengah berdiri ketakutan. Merebut suami orang berani tapi berhadapan dengan istrinya tidak berani. Jisoo sangat 'kagum'.

"Kamu? Sekertaris Taehyung, 'kan?" Taehyung menghela nafas saat Jisoo mendorong tubuhnya menjauh. Jisoo mengedarkan pandangan ke arah Taehyung yang terduduk di kursi. "Jadi cuman segini selingkuhan kamu?"

Jisoo mencibir, "Aku kira bakalan lebih cantik dari aku." Perempuan itu berjongkok, sekarang ia memegang kedua sisi wajah wanita itu. Wajahnya tidak terlalu cantik, bahkan jika dibandingkan Jisoo, perempuan itu tidak ada apa-apa. Hanya wajah angkuhnya saja yang kentara. "Murahan!" katanya sembari menggerakkan tangan, ingin menampar.

"Cukup!" Taehyung menarik Jisoo. Perempuan itu sekarang berdiri.

"Apa? Akhirnya kamu berani juga bela dia?" Perempuan itu beringsut menjauh, Jisoo memandanginya jijik. Jisoo ingin mengejar tapi dicekal. "Apa? Dia udah tahu seluk beluk kamu, kan? Seharusnya dia juga kenalan dong dengan istrinya ... oh, bukan istri ya, kita mau cerai."

Perempuan itu menjauh, kini ia duduk di sofa, ia juga menyingkirkan barang-barang yang tak seharusnya berada di sana.

Jisoo menunggu pembelaan dari Taehyung.
"Ini semua salahmu. Kamu yang gak bisa jadi istri yang baik buat aku! Kamu gak bisa jadi istri yang bisa aku bawa ke acara kantor! Kamu terlalu sibuk syuting. Apa uangku gak cukup?"

Jisoo bangkit. Ia juga tersulut emosi. "Oh, jadi kamu pikir ini salah aku doang, iya?" Jisoo memalingkan wajahnya sebentar. "Seharusnya kamu mikir dong. Kalo kamu bisa bertahan sebentar aku pasti bakalan datang."

Jisoo mengeluarkan kertas bermap merah dari tasnya. Ia melemparkan ke arah Taehyung. "Ini? Ini yang kamu tunggu, kan? Aku udah akhiri kontrak dengan agensiku." Jisoo berjalan cepat, ia tidak bisa membiarkan air matanya jatuh begitu saja.

Rose yang melihat Jisoo menaiki mobil tidak bisa tinggal diam. Perempuan itu berjalan ke arah Taehyung yang masih membeku. Ia membuka map dan menyerahkan isinya pada Taehyung. "Ini surat Jisoo yang mengakhiri kontrak dengan agensi, seharusnya bapak bisa sabar. Jisoo selama ini lagi bayar uang pinalti. Dan dia gak mau pakai uang bapak. Itu alasannya."

Rose menyusul Jisoo. Taehyung masih diam, pikirannya kacau. Mobil Jisoo melaju meninggalkan halaman rumahnya; seharusnya rumah Jisoo dan Taehyung.

TBC

Lanjut atau tidak? Beri pendapat tentang chapter ini.

Sebenarnya ini cerita lebih ke hubungan yang lama belum tentu saling tahu. Jisoo sama Taehyung di sini, gimana ya jelasinnya gitu deh. Enggak terlalu bahas tentang selingkuhan, ini lebih tentang mereka. Kenapa mereka bisa berpisah? Kenapa kokohnya rumah tangga mereka bisa hancur?

Dan terkadang orang ke tiga itu gak sepenuhnya salah, loh. Heheh.

Mau Update lagi tapi nunggu covernya jadi dulu, huhu. Gimana ni aku bingung?

After This | Jisoo • Taehyung [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang