07 | Percaya (A)

4.8K 727 62
                                    

Hal yang paling mendasar dalam sebuah hubungan adalah saling percaya. Kamu percaya dengan dia dan dia percaya dengan kamu.

Jisoo memasukkan beberapa baju ke dalam kopernya. Setelah kemarin berbicara bersama Nayeon, dan Jisoo ingin menuruti permintaan ibunya. Perempuan itu mau dan sekarang ia tengah melipat dan menaruh bajunya di koper.

Jisoo akan pindah lagi ke rumah yang selama dua tahun sudah mereka tempati.

Perempuan dengan setelan tidurnya itu terhenyak di tempat saat mengingat perkataan Nayeon kemarin.

===

Jisoo baru saja di telepon oleh pihak agensi untuk kembali membicarakan kontrak kerja padahal Jisoo sudah membayar semua penalti dan Jisoo sedang menunggu pihak agensi mengeluarkan berita tentang dirinya yang tidak akan lagi berada di dunia entertainment.

Namun, nampaknya agensi Jisoo bebal, ia masih ingin Jisoo melanjutkan karir. Jisoo sendiri bingung dengan agensi itu. Perempuan itu melangkah keluar dari gedung—tempat pertemuannya dengan Nayeon tadi. Jisoo ingin membuka pintu keluar.

Ada seseorang yang mencengkalnya. "Jisoo." Perempuan dengan kacamata hitam itu berbalik, ia mendapati Nayeon dengan nafas memburu. "Ada apa?" tanyanya.

"Kata ibumu, kamu duluan yang mempunyai rencana cerai?" tanya Nayeon. Astaga, kenapa seorang penasehat seperti ini? Jisoo jadi gelagapan, ia takut orang lain mendengar. Ia membawa Nayeon sedikit menjauh. "Iya, kenapa?"

Nayeon berseru senang dalam hati. "Tapi kamu terlihat ragu, bahkan ekspresi Taehyung masih ingin mempertahankan hubungan kalian." Jisoo ingin sekali melempar Nayeon dengan kacamata hitamnya. Gadis itu menyuruhnya berhenti hanya untuk mengajak bicara tentang hal ini.

"Oke, terus kamu mau apa?" Jisoo memandangi orang-orang pulang kerja yang mulai menatapnya heran, ia berdoa dalam hati semoga mereka semua tidak mengenal Jisoo.

"Kamu masih mencintainya." Jisoo ingin sekali menendang kaki Nayeon. Gadis ini sudah tidak waras rupanya. "Perempuan itu beda, jika memang ia sudah benci maka ia akan mengatakan benci. Tapi kamu, tidak sepenuhnya membenci Taehyung. Sebagian dirimu ingin memaafkannya."

Nayeon memberikan kartu namanya pada Jisoo. "Itu nomorku, kalau ada apa-apa kamu bisa cerita. Sekarang kita teman, kamu bisa curhat tentang semuanya padaku. Oh, iya dan satu lagi. Sama seperti hubungan, orang yang lama bersama kita belum tentu ia setia. Mereka bisa tersenyum di depanmu tapi mereka juga bisa mencibir di belakangmu."

***

Jisoo menarik kopernya menjauh dari kamar, perempuan itu menunggu Rose di ruang tamu. Entah kenapa, Rose masih saja mengikuti jadwalnya padahal dia bukan lagi manajer Jisoo.

Perempuan itu berjalan ke arah lemari es, mengambil beberapa es krim yang akan ia bawa ke rumah mereka. Ahh, apa itu masih pantas dibilang rumah 'mereka'? Jisoo tersenyum miris, tangannya masih menggapai beberapa es krim. Ia menutup lemari es. Kini beralih memasukkan semuanya ke dalam plastik kecil.

Jisoo duduk, sekarang ia menatap kosong koper hitam di dekat pintu. Bagaimana ini? Apa semuanya akan baik-baik saja?

Sungguh, Jisoo sendiri belum mengajukan gugatan cerai. Ia masih berdiskusi. Tapi kenapa berita itu cepat menyebar? Bahkan Jisoo tak hentinya didatangi oleh wartawan. Jisoo benar-benar merasa takut sekarang.

Cklek

Pintu apartemen terbuka. Jisoo berdiri dan memastikan. Yang tahu kode apartemen ini hanya Rose dan ....

"Taehyung? Ngapain di sini?" Jisoo setengah mundur saat laki-laki itu maju, bajunya basah. Jisoo melirik ke jendela. Hujan sedang turun. Laki-laki itu tak menyahut. "Setidaknya beri aku handuk."

Gadis itu bergegas menuju lemari di dalam kamarnya. Ia mengambil handuk dan melemparnya ke arah Taehyung. "Tidak ada yang menyuruhmu ke sini. Cepat katakan, mau apa?" Taehyung berdecak, dia bahkan masih menggosokkan rambutnya yang basah.

"Ibu nyuruh kamu ke rumah. Kak Irene melahirkan, mereka mau kita menjenguk anaknya." Jisoo tidak menjawab, tapi ia senang bisa melihat kakak iparnya—Ahh, bukan kak Irene sudah melahirkan.

Jisoo melirik kopernya. "Ini bagaimana?"

Taehyung meletakkan handuk di kursi. "Ya, bawalah."

Jisoo bingung dengan sifat Taehyung, waktu itu ia sepertinya masih berharap, sekarang laki-laki itu jual mahal. Jisoo juga tidak mau lagi baikan dengan laki-laki itu. Tapi, apa secepat itu ia melupakan Jisoo?

Taehyung merasa bersalah saat Jisoo berjalan di belakangnya dengan menggeret koper berat itu. Ya ampun, ia tidak bermaksud mengabaikan perempuan itu. Taehyung hanya tak ingin hatinya sakit, ia tidak mau berharap lagi dengan Jisoo. Perempuan itu bahkan sepertinya benci dengan Taehyung.

Jisoo berhenti berjalan, dia lelah. Taehyung menoleh ke belakang. "Kenapa?"

"Capek." Taehyung menghela napas.

===

"Tae, kita masih jauh ini nyampenya?" Jisoo berjalan di belakang Taehyung. Perempuan itu berhenti sebentar lalu mengumpulkan tenaga dengan duduk di bebatuan.

"Bentar lagi, kamu kenapa?" Taehyung mendekat, ia memegang kepala Jisoo. "Kenapa kita harus kencan di sini, sih? Kalau gini wartawan juga gak bakalan tahu."

Jisoo menggerutu, sebab Taehyung mengajaknya pergi menaiki gunung. Katanya ia ingin berdua dengan Jisoo tanpa perlu cemas wartawan mengikuti. Perempuan itu bergidik ngeri, menatap pepohonan yang sangat rindang. Apalagi ini matahari sudah mau terbenam.

"Tae, serius, aku lelah." Jisoo mencari udara sebanyak-banyaknya. Napasnya sesak.

"Kamu tu udah dibilang. Sebelum berangkat olahraga dulu. Ini malah enggak." Jisoo menggeleng. Track ini sangat gila, jalannya berliku, banyak bebatuan.

"Kamu juga aneh-aneh aja. Kenapa malah pergi ke sini? Kita bisa kencan di apartemenku. Nonton film atau yang lain." Jisoo menjambak rambut Taehyung gemas. Taehyung melepaskan tangan Jisoo perlahan. "Biar beda, Jis. Lagian kamu gak lelah seharian rebahan."

"Enggak." Jisoo kembali berjalan, ia tidak memperhatikan langkah. Perempuan itu berjalan cepat padahal ini jalan berbatu.

Brak

"Akh." Jisoo berteriak kemudian menangis. "Kim Taehyung! Lihat ni aku jatuh tahu. Hiks."

Taehyung berjalan ke arah Jisoo. Ia tersenyum hangat. "Bukannya dibantuin juga malah senyum sendiri. Sini, bantuin." Jisoo menarik Taehyung.

"Kamu tu dalam keadaan gini masih bisa lucu juga, ya." Jisoo malah melotot. "Angkat aku, serius aku gak bisa jalan." Jisoo merentangkan tangannya. Ia minta diangkat oleh Taehyung.

"Bohong, kan, kamu." Taehyung sengaja menggoda Jisoo.

Perempuan itu kesal. Ia berdiri secara terpaksa. "Akh." Taehyung memegangi tangan Jisoo saat badannya limbung. "Oke, sekarang aku percaya." Laki-laki itu berjongkok menyuruh Jisoo menaiki punggungnya.

"Aku, kan, udah percaya sama kamu. Masa kamu gak percaya sama aku. Gak bakalan jatuh, janji deh." Taehyung menepuk punggungnya lagi, Jisoo masih berpikir, ia sangat ragu.

"Tapi aku belum diet." Jisoo tidak percaya diri dengan berat badannya.

"Naik gak? Atau aku tinggalin?"

***

"Kamu belum diet dan aku gak mau gendong." Jisoo menganga tak percaya saat Taehyung mengatakan hal itu.

"Siapa juga yang mau digendong?" Jisoo berteriak sembari menghentakkan kaki. Kopernya ia seret, bibir Jisoo menggerutu.

TBC

Entah kenapa pengen buat cerita yang uwu tapi jatuhnya aneh, iya gak sih? Jujur aja 🤣

After This | Jisoo • Taehyung [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang