05 | Gift

5.9K 831 42
                                    

Kata mereka omongan Ibu itu pasti ada benarnya. Tidak apa sekali-kali mendengarkan kata Ibu. Maka, Jisoo berada di sini. Menunggu seseorang yang katanya akan membimbing Jisoo dan Taehyung untuk rujuk. Entahlah, Jisoo sangat bingung.

Jisoo menyesap matcha latte. Setelah itu jarinya sibuk mencari kata kunci tentang pernikahan. Jaehyun yang sedari tadi memperhatikan dari jauh majikannya itu akhirnya mendekat. Ia meraih ponsel di tangan Jisoo. Gadis itu kebingungan. Jaehyun memasukkan ponsel itu di saku celananya.

"Nah, sekarang kamu gak bisa lagi baca artikel itu." Jisoo mendengus sebal, Jaehyun memang tahu kelemahannya. Jisoo paling tidak bisa membaca sebuah artikel tentang dirinya. Jika sudah membuka suatu artikel, tangannya akan gatal untuk melihat beberapa komentar. Dan, isinya selalu saja menyudutkan Jisoo.

"Jis, aku harap kamu gak baca berita ini lagi." Jaehyun mengeluarkan ponsel Jisoo, ia membuka kolom pencarian di naver dan membersihkan semua riwayat gadis itu. "Sementara, ponselnya aku yang pegang."

"Ehh ...." Jisoo ingin menggapainya tapi Jaehyun sudah lebih dulu pergi.

Cklek

Laki-laki dengan kaos coklat susu lengan panjang dan celana jeans masuk. Ia duduk di depan istrinya. Jisoo yang masih mau protes dengan perlakuan Jaehyun tadi malah urung saat melihat suaminya duduk.

Jisoo jadi tidak fokus. Kaos itu ...

===

Jisoo tengah menatap penuh minat Taehyung yang sedang mengerjakan berkas duduk di balik meja kerjanya, perempuan itu menopang dagu. Jisoo cemburu dengan berkas itu. Mana bisa Taehyung mengabaikannya seperti ini?

"Aishh ... Tae. Kenapa nyuruh ke sini kalau dianggurin kayak gini?" Jisoo cemberut, kedua tangannya ia lipat di atas perut.

Taehyung menatap kekasihnya yang tengah merajuk. Astaga, dia sangat lucu.

Laki-laki itu menutup semua berkas. Laci bagian bawah ia buka. Kemudian ia masukan berkas tadi. Laki-laki itu berjalan ke arah Jisoo yang masih setia dengan wajah cemberut, perempuan itu duduk di sofa. Jarangnya sedikit jauh dari Taehyung.

Jisoo masih mempertahankan posisinya. Ia tidak akan menyerah hanya melihat visual Taehyung yang begitu indah. "Masih mau cemberut?" Laki-laki itu menggoda Jisoo dengan memegang bibir merahnya. Jisoo tidak tahan.

"Ais, kamu memang kurang ajar." Jisoo beranjak dari duduk. Ia berjalan menuju pintu. "Hei, mau ke mana?" tanya Taehyung.

"Mau pulang, aku lelah, mau istirahat. Lagian besok ada syuting." Jisoo melepaskan tangan Taehyung. Laki-laki itu menatap arloji di tangan kiri. Ini sudah larut, kemungkinan paparazi masih menguntit sepertinya tidak ada. "Kita makan dulu, gimana?"

Jisoo menatap Taehyung seperti, 'kau serius?'

"Iya, kapan lagi?" Laki-laki itu berbalik, ia mengambil kunci mobil dan ponsel di atas meja. "Ayo." Ia genggam tangan Jisoo erat, seakan esok, ia tidak bisa lagi menggenggam tangan itu.

"Tumben, mau skinship." Jisoo menaikkan satu alisnya, juga mengangkat tangannya yang masih terkepal. "Biasanya kita gak bisa seperti ini. Kamu, kan, artis terkenal. Aku takut aja nanti diserang fansmu."

Taehyung menekan tombol lift, ia mempersilahkan Jisoo naik terlebih dahulu. "Kita harus segera pergi."

Jisoo mendekatkan wajahnya. "Kenapa?" tanyanya bingung.

"Kamu gak tahu? Bahkan ketika malam kamu akan diikuti penguntit."

Jisoo bergidik ngeri, ia memperkuat genggaman tangan Taehyung. "Tapi aku gak pernah diuntit. Cuman pernah dengan dari artis senior saja. Mereka sangat parah." Jisoo bergidik ngeri, membayangkan dirinya diikuti oleh orang seperti itu.

"Apa jadinya ya jika mereka tahu, kamu udah punya pacar? Apa fansmu bakal terus bersamamu?"

Jisoo berpikir, benar juga, jika fans Jisoo tahu dia sudah memiliki kekasih. Apa mereka akan terus mendukungnya? Apalagi jika kekasih Jisoo tidak sesuai harapan mereka.

"Jangan terlalu dipikirkan. Lagi pula mana ada yang menolakku. Aku, kan, tampan, pantas bersanding denganmu yang cantik."

Jisoo mencubit lengan Taehyung. "Dasar gila."

Perempuan itu memilih tertidur di sepanjang perjalanan mereka pulang. Setelah mobil berhenti, Taehyung tak enak untuk membangunkan Jisoo. Perempuan itu sangat pulas dan pasti lelah menunggunya tadi. Taehyung mengangkatnya, ia menyelipkan tangannya di paha bagian bawah, lalu tangan satunya menopang leher Jisoo.

Jika sudah seperti ini, makan malam mereka akan gagal.

Taehyung bernafas lega karena sepanjang perjalanan tidak ada orang yang melihat, bisa gawat jika ada penguntit yang melihat mereka.

Taehyung meletakkan Jisoo secara perlahan, gadis itu menggeliat, lalu tertidur dengan nyaman di kasurnya. Taehyung meluruskan lengannya, Jisoo ternyata seberat itu.

Jisoo merasa tenggorokannya kering. Ia melihat ke sekitar. Sudah gelap, lampu kamar sudah dimatikan. Ia membuka pintu dan melihat Taehyung masih betah terjaga—punggungnya bersandar di sofa—sembari mengerjakan tugasnya melalui laptop.

Jisoo mendekat. "Kamu tidak tidur?" Suara Jisoo ternyata membuat laki-laki itu terkejut, bahkan detak jantungnya tidak karuan sekarang. "Jisoo, buat kaget saja."

Jisoo tidak menjawab, ia berjalan ke arah dapur. Mengambil air minum dingin dan meletakkanya di meja—depan Taehyung. "Minumlah, kamu pasti lelah." Laki-laki itu mengangguk, tapi pikirannya masih bercabang terhadap kotak persegi panjang berpita ungu yang terletak di meja sudut dekat tv.

"Jis." Jisoo yang tengah menahan kantuk menoleh. "Itu apa?" Gadis itu mengikuti arah telunjuk Taehyung.

"Oh, itu hadiah untukmu." Jisoo berdiri kemudian meraih kotak tersebut. "Lupa kemarin aku kasih. Buka, gih."

Taehyung menarik pita ungu tersebut. Sedangkan kepala Jisoo bertengger di dada Taehyung. Laki-laki itu tersenyum puas saat melihat hadiah yang berada di dalamnya. "Kaosnya bagus."

Taehyung menatap Jisoo, setelahnya ia tertawa. "Ternyata ia tertidur." Laki-laki itu mengelus rambut Jisoo, lalu ia memberi sebuah kecupan seraya bergumam, "Terimakasih."

***

Jisoo memandang tidak percaya laki-laki dihadapannya. Maksudnya memakai kaos itu apa? Jisoo ingin sekali pergi dari ruangan ini sekarang. Rasanya sangat sesak saat melihat laki-laki itu memakainya. Seolah kenangan itu memang tidak bisa lepas dari Jisoo.

Taehyung tahu arah pandang gadis itu, ia juga sebenarnya sengaja menggunakan ini. Biar bagaimanapun kenangan itu  memang tidak mudah untuk dilupakan. Ia masih memikirkannya.

Rasanya sangat resah saat mengingat semua kenangan dengan perempuan itu, apalagi harus kembali terhadap kenyataan bahwa mereka akan bercerai.

Cklek

"Hehe, maaf telat." Seorang perempuan dengan jas putih, rambut digerai terburu-buru masuk sembari berulang kali membungkukkan badan. Di belakangnya ada laki-laki dengan pakaian formal serupa tapi kali ini berwarna hitam. Ia juga meminta maaf.

"Maaf kami telat." Perempuan itu membuka berkas. Lalu ia mengaitkan jemarinya. "Oke, nyonya Kim, tuan Kim, mau darimana kita membahasnya?"

TBC

Jisoo di sini karakternya judes sih, kuat, gak lemah sma dengan Taehyung.

Aku harap kalian enjoy bacanya, mgkn ini mmg belum sampai konflik sih



After This | Jisoo • Taehyung [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang