08 | Percaya (B)

4.4K 687 49
                                    

"Ihh, lucu, namanya siapa, Kak?" Jisoo merasa kagum dengan anak digendongannya. Ia suka anak-anak, sangat lucu dengan wajah polosnya. Matanya mirip sekali dengan Irene, tajam. Bibirnya mirip Suho. Jisoo jadi membayangkan kalau anaknya nanti wajahnya seperti apa? Jisoo segera membuang pikiran itu jauh-jauh.

"Cantik, 'kan? Itu gue yang buat. Lo kapan punya anak sama Taehyung?" Suho datang membawa perlengkapan bayi ke dalam ruang rawat Irene. Perkataannya tadi berhasil membuat Irene menghadiahi cubitan di perut.

Senyum yang tadi merekah di wajah Jisoo kini pudar. Mungkin Suho mengira hubungan ia dan Taehyung masih baik-baik saja.

Suasana jadi terasa canggung, Jisoo memilih meninggalkan ruangan. Sebelumnya, meletakkan anak Irene ke atas tempat tidur. Irene jadi tak enak melihatnya. Bahkan, untuk bermimpi punya anak dari Taehyung saja rasanya tidak mungkin.

Perempuan itu membetulkan riasannya di kaca kamar mandi. Tapi saat ia ingin keluar, ada banyak wartawan yang menunggu di depan ruang rawat Irene. Apa mereka mencari Jisoo?

Jisoo masih diam di tempat, apalagi ada satu reporter yang melihat Jisoo. Tangannya terasa digenggam. Perempuan itu menoleh. "Kenapa masih diam? Kita harus sembunyi."

Taehyung menarik tangan Jisoo, ia bahkan sengaja menggunakan tangga darurat supaya mereka bisa terhindar dari para reporter yang haus akan informasi itu.

===

Jisoo tersenyum puas saat memandangi matahari terbit itu, sangat indah. Jisoo senang sekali. "Gak nyesel, kan, diajak kesini?" Taehyung duduk di sebelah Jisoo. Matanya sama-sama tidak bisa lepas dari matahari yang mulai meninggi.

Matahari terbit memang sangat indah apalagi melihatnya dari tempat tinggi seperti sekarang.
"Kamu tu coba percaya sama aku." Taehyung mengelus punggung Jisoo.

"Kalau seandainya di sini ada wartawan gimana?" Pertanyaan random itu berhasil membuat Taehyung kehilangan mood. Jisoo Itu selalu cemas akan wartawan, selalu cemas akan penguntit.

"Ini ni, susahnya pacaran sama artis, selalu aja ya."

Jisoo hanya tertawa. "Hei, jangan marah. Jawab dulu yang tadi."

"Aku bakalan ajak kamu lari, apa susahnya, sih? Kamu percaya dengan aku, 'kan?"

***

Kalau percaya sesederhana itu, Jisoo pasti bisa melakukannya. Tapi semuanya tidak sesederhana itu. Wanita ini tidak percaya, wanita ini dari awal tidak percaya dengan kesungguhan Taehyung.

Sampai ia menggenggam jemari Taehyung, ia percaya Taehyung. Ia yakin, ini salahnya, benar kata Nayeon, semua hubungan memang harus didasari kepercayaan.

Laju lari Taehyung tiba-tiba pelan dan akhirnya berhenti, mereka berjalan perlahan. Taehyung membawa Jisoo ke parkiran mobil, ia membukakan pintu mobil untuk Jisoo. Gerakan mereka harus cepat, Taehyung takut wartawan itu datang. "Maaf, aku minta maaf, aku bener-bener."

Tembok yang mulai Taehyung bangun akhirnya tidak kuat. Laki-laki itu tidak sanggup melihat Jisoo mulai terisak. "Hei, Jis?" Taehyung memegang kepala Jisoo. "Kamu kenapa?"

Jisoo menolak menjawab. Perempuan itu sekarang merapatkan tubuhnya pada Taehyung. "Dari awal aku gak percaya sama kamu, masih ada keraguan di diri aku tentang kamu. Tapi semua yang kamu omongin ke aku, kamu tepatin ... aku."

Taehyung membungkam mulut Jisoo, ia ajak perempuan itu masuk ke dalam mobil, sebelum ada yang melihat mereka.

===

"Jis." Taehyung memanggil Jisoo yang tengah merebahkan diri di kasur. Perempuan itu baru saja menyelesaikan syuting iklan, dia lelah sekarang. Jisoo membuka mata saat Taehyung memanggilnya. "Kenapa?"

Taehyung memberikan bajunya. "Maaf, aku ganggu istirahatmu. Tapi ini bajuku belum disetrika?" Jisoo memicingkan matanya. Kemudian ia teringat. "Aku lupa serius, Tae." Perempuan itu berdiri dan segera membawa baju Taehyung ke belakang untuk ia setrika.

"Kamu butuhnya kapan?" Taehyung tidak menjawab, bagaimanapun Jisoo sudah lalai dengan tugasnya. "Aku butuh kamu. Seharusnya kamu undurin diri. Kamu gak tega lihat aku gini?"

Ya ampun, pembahasan ini lagi. Jisoo mencabut colokan lalu menatap Taehyung. Perempuan itu memperbaiki rambutnya terlebih dahulu. "Tae, kamu mau berantem lagi? Gak puas kita berantem semalem? Aku capek. Aku perlu istirahat. Aku janji bakalan undurin diri. Tapi gak sekarang, plis."

Jisoo memijit keningnya, ia pusing jika terus diajak Taehyung berantem. "Aku gak bisa lagi percaya sama kamu." Laki-laki itu mengambil kemejanya.

Jisoo mengikuti Taehyung. "Aku gak nyuruh kamu percaya, aku nyuruh kamu sabar."

Perempuan itu masih mengikuti Taehyung yang sedang memakai sepatu. "Kamu gak bisa bedain sabar sama percaya? Bahkan kamu juga gak bisa pecat sekertaris itu? Aku biasa aja gak pernah nuntut."

Mendengar tentang sekertarisnya disebut, Taehyung berdiri. Ia kini juga terpancing amarah. "Ini gak ada hubungannya sama dia."

Jisoo tertawa mengejek. "Ada. Kamu gak tahu, dia mungkin bisa aja jadi duri di rumah tangga kita."

Jisoo berteriak, Taehyung hanya diam. "Jadi kamu gak percaya aku?"

"Coba tanya balik ke diri kamu, kamu percaya aku atau enggak?"

Jisoo melewati Taehyung dan segera keluar. Ia butuh istirahat sekarang, tapi Taehyung mengajaknya bertengkar.

***

Mobil melaju, Taehyung jadi mengingat kejadian itu, mereka rupanya memang tidak saling percaya dari awal.

"Jis, aku juga minta maaf. Seandainya aku percaya—"

"Ini semua sudah terjadi." Taehyung mengarahkan pandangan pada Jisoo. "Maksudmu?"

Jisoo memilih lagu. "Gak bisa disesali. Kita hanya perlu jalanin ini."

Taehyung memutar kemudinya. "Jadi, kamu gak mau kita rujuk?"

"Bener kata Nayeon, kita belum punya dasar yang kuat. Aku belum yakin sama ini semua. Kita memang harus ikuti perkataan Nayeon."

"Setelah itu semua, kamu mau balik kayak dulu lagi?"

"Aku gak bisa jawab sekarang, karena hubungan kita memang masih banyak kejanggalan."

Mobil berhenti di depan rumah, Nayeon sudah menunggu dari tadi. "Kalian sangat lama."

Nayeon membuka sebuah pertanyaan. "Bagaimana? Kalian sudah siap?" Jisoo yang sedang menarik koper beratnya menoleh ke arah Nayeon. "Kita bahas bentar lagi. Aku lelah."

Nayeon menatap ke arah Taehyung. "Kalian bertengkar lagi?"

***

Setelah sore tadi hujan, langit malam ini sangat terang. Empat orang duduk di bawah atap langit. Jisoo diam tak bergerak. Masih kepikiran dengan dirinya yang tadi. Taehyung sama saja. Ia ingin memperbaiki semuanya, berusaha mempercayai Jisoo bukanlah hal sulit.

Taehyung dan Jisoo duduk bersebalahan, canggung sekali. Karena mereka sama-sama bungkam. Di depannya ada Nayeon dan Bobby. "Oke, aku mulai ya."

"Jis, alasan kamu gak percaya sama Taehyung?"

Nayeon menunggu jawaban Jisoo. Begitu juga Taehyung. "Sebagai manusia, kita bukannya perlu hubungan timbal balik? Aku bakalan percaya sama dia, jika dia percaya sama aku."

Bobby mulai membuka suara. "Jadi, Tae. Kamu mau percaya sama Jisoo?"

Laki-laki itu mengangguk. "Kalau gitu, apa kalian tetap mau bercerai?"

TBC

After This | Jisoo • Taehyung [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang