Dua puluh empat-Anniversary

22 1 0
                                    

Gadis itu duduk termenung sendirian ditemani sejuknya angin malam. Ia memutuskan untuk menenangkan dirinya.

Ia terus saja memikirkan kekasihnya yang lupa tentang hari jadi mereka.

Saat ia menelungkupkan wajahnya kedalam lipatan kakinya, Ia seakan mendengar derap langkah kaki. Ia langsung merinding seketika. Karena pasalnya ia tak memiliki janji untuk bertemu dengan siapapun.

Tubuhnya menegang seketika saat sosok tersebut terasa berada tepat dibelakangnya. Ia menutup matanya dan berharap semuanya hanya mimpi. Ia kembali membuka matanya dan memutuskan untuk melihat sosok dibelakangnya.

Dengan penuh keberanian ia membalikkan tubuhnya. Saat tubuhnya sudah berbalik secara sempurna, netranya menangkap sesosok lelaki yang saat ini sedang ia harapkan.

Ia mengerutkan keningnya bingung.

"Happy anniversary yang kedua sayang" Argi menggerakan tangan kirinya mengelus kepala Aryn dan mendekatkan wajahnya ke wajah kekasihnya. Sedetik kemudian, Ia mencium kening kekasihnya dengan sangat lembut sembari menyalurkan perasaan sayangnya. Sedangkan tangan kanannya menahan sebuah kue tart agar tidak terjatuh.

Aryn sangat terkejut. Namun ia berusaha menetralkan detak jantungnya yang sudah berdetak 3 kali lebih cepat.

"Bukannya kamu lupa?" tanya Aryn dengan wajah datar.

Argi mengulas senyum terbaiknya.

"Ngga mungkin aku lupa hari jadi kita"

"Tadi pagi?"

Argi terkekeh.

"Iya maaf buat yang itu. Aku sengaja cuekin kamu padahal aku lagi nyiapin sesuatu buat kamu" ucapan Argi membuat wajah Aryn memerah.

"Kamu tuh yaa aku udah kecewa banget padahal" sarkas Aryn dengan nada kesalnya.

Argi semakin gemas dengan tingkah kekasihnya yang menurutnya menggemaskan.

Satu ciuman kembali mendarat dikening kekasihnya itu.

"Udah dong keselnya. Sekarang tiup dulu nih lilinnya" Argi menyodorkan sebuah kue tart yang sudah dihias dengan nama dirinya dan nama Aryn lengkap dengan tanggal jadian mereka dilengkapi lilin yang sudah mulai habis.

"Kamu juga dong, kan anniv kita bukan cuma aku"

Dalam hitungan ketiga, mereka meniup lilin itu secara bersamaan.

Mereka memutuskan untuk duduk karena sudah lelah berdiri.

Ketika Aryn sedang memotong kue tersebut, Argi menempelkan krim diwajahnya.

"Giiii" rajuk Aryn sedangkan Argi semakin terkekeh.

"Jangan marah-marah mulu ih yang" Argi mencubit hidung Aryn membuatnya semakin kesal.

"Yaaang ihh sakit"

"Iya sayang maaf" Argi kembali mencium kening Aryn. Aryn mendengus kesal.

"Diem dulu kenapa sih?! Ngga kepotong-kepotong ini kue nya"

Argi membiarkan kekasihnya melanjutkan kegiatannya memotong kue.

"Nih udah tinggal dimakan"

Argi mengarahkan sepotong kue ke mulut kekasihnya.

Aryn menerima suapan itu dan mengambil sepotong kue kemudian melakukan hal yang sama.

Setelah kue tersebut tersisa sedikit, Argi menyingkirkan sisa kue tersebut dan menggeser posisinya agar lebih dekat dengan Aryn.

Aryn lantas menyandarkan kepalanya di bahu Argi membuat Argi reflek mengelus kepalanya.

"Ryn. Maaf yah aku cuma bisa kasih yang sederhana" Argi berkata dengan nada yang lirih namun masih bisa didengar oleh Aryn.

"Aku bahkan ngga ngarepin kejutan atau hadiah apapun. Aku cuma pengen fulltime sama kamu"

"Aku juga pengen banget full seharian sama kamu. Tapi ngga bisa karna kita punya urusan masing-masing. Tapi malam ini aku udah ngeluangin waktu dan ninggalin semua tanggung jawab aku. Aku juga udah ijin ngga ngajar dulu"

Aryn mendongak menatap wajah Argi.

"Kok gitu sih? Nanti murid kamu gimana?" tanya Aryn.

"Kan masih ada yang lain, sayaang" jawab Argi.

"Ya ngga bisa gitu dong. Kan kamu punya tanggung jawab yang besar"

"Iya kan hari ini doang" jawab Argi dengan santai.

Argi memang menjadi pelatih salah satu cabang olahraga beladiri.
Sedangkan Aryn menjadi salah satu tutor di perusahaan bimbel terbesar di kotanya.

Karena ia sudah lebih lama mengenal dunia mengajar, ia setidaknya tahu bahwa tangggung jawab tidak seharusnya ditinggalkan. Dan jangan lupakan jabatannya semasa sekolah sebagai ketua OSIS terbaik membuatnya selalu menekankan prisnip tanggung jawab dihidupnya.

Argi tersenyum. Ia bangga mempunyai kekasih yang berjiwa pemimpin yang besar. Dilihat dari status memang Aryn lebih tinggi dari Argi. Namun dilihat dari usia, usianya lebih muda dari Argi. Itulah alasannya Argi selalu berusaha mendewasakan dirinya.

"Iya Ibu ketoss" Argi mengetukan jari telunjuknya di hidung Aryn.

Aryn kembali ke posisi awalnya. Karena sejujurnya ia tak kuat jika harus lama-lama memandang wajah kekasihnya itu. Iyalah tampan gitu kok wkwk.

"Besok sekolah aku jemput yah"

"Ngga usah gii. Kan beda arah"

"Udah yaang aku ngga nerima penolakan"

"ck. selalu aja pemaksaan"

Argi terkekeh. Ia heran dengan kekasihnya itu. Selalu saja tak ingin merepotkan dirinya padahal ia adalah kekasihnya.

"Btw tadi kok kamu kuat sih ngehabisin kue segitu banyaknya. Kamu belum emang?" tanya Aryn keheranan.

"Belum. Kan aku sengaja ngga makan biar bisa ngabisin kue sama kamu" Argi menunjukan cengiran khasnya.

"Tuhkan. Aku kan udah bilang kalo mau kemana-mana itu makan dulu. Kamu mah susah banget sih dibilangin"

"Iya sayang iyaaa. Udah ah jangan ngambek gitu dong"

"Udahlah capek aku ngomongin kamu tapi ngga pernah dengerin" Aryn menjauhkan kepalanya dari bahu Argi.

"Aku baru kali ini loh ngga nurutin permintaan kamu tapi setiap aku punya kesalahan kamu selalu bilang kalo aku ngga pernah nurutin kamu" ucapan Argi membuat Aryn tersentak.

Argi menatap kosong kedepan. Aryn sontak memeluknya dari arah samping membuat Argi hampir terjungkal.

"Maafin aku" ucap Aryn dengan bibir yang bergetar ketakutan.

Argi lantas membalas pelukan Aryn.

"Ngga papa. Maaf juga tadi aku udah ngebentak kamu" Argi mengeratkan pelukannya. Merubah posisinya menjadi menghadap Aryn dan memberikan posisi yang nyaman untuk Aryn.

Argi membiarkan Aryn tetap memeluknya. Namun ia terheran karena sudah lebih dari sepuluh menit, Aryn tak melepaskan pelukannya. Saat ia memandang kearah wajah kekasihnya, ia menemukan wajah damai kekasihnya sedang terlelap. Ia tak tega membangunkannya. Namun ia juga tak bisa tetap dalam posisi itu.

Ia mengelus puncak kepala Aryn dan membangunkannya.

Aryn yang merasa tidurnya terusik segera tersadar.

"Kamu masuk gih. Langsung tidur ngga usah main hp. Aku pulang dulu"

"Hati-hati sayang" ucap Aryn dengan suara yang parau.

"Iya sayang" Argi menepuk puncak kepala Aryn dan belalu meninggalkan halaman rumah kekasihnya itu.

Saat deru suara motor terdengar menjauhi rumahnya, Aryn bergegas memasuki rumahnya dan memutuskan untuk beristirahat.

Jadi ini bukan kisah nyata ya gaes
Cuma terinspirasi dari kisah nyata saya tapi ngga sepenuhnya isi dari cerita ini sama persis dengan kisah nyata.
-Ananditya1303💙-

My Rekan OSIS My Love(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang