Delapan belas- Kembali

21 1 0
                                    

1 tahun kemudian

Aryn kini sudah kelas 11. Aryn berubah seratus delapan puluh derajat. Sejak memulai pendidikannya di kelas 2 SMA, Ia menjadi yang banyak bicara.

Hubungannya dengan Devan semakin dekat bahkan siapapun yang melihatnya mengira mereka berpacaran.

Namun dibalik kebahagiaanya bersama sahabatnya, Devan. Aryn sangat merindukan sosok kekasihnya yang selama satu tahun tidak memberikan kabar.

Suatu malam, Aryn baru saja selesai melaksanakan shalat Isya. Ia membereskan mukenah yang dipakainya dan bergegas menuju meja belajarnya. Ia merapikan buku untuk pelajaran esok hari. Ya, hanya merapikan. Sejak kelas 11 ia berubah menjadi gadis yang bisa dibilang agak malas. Ia jarang sekali membuka buku pelajarannya kecuali pelajaran Kimia.

Ia sangat menyukai pelajaran tersebut. Bahkan baginya Kimia sudah mendarah daging dalam tubuhnya. Hidupnya terasa sangat hampa tanpa Kimia.

Ingat bahwa Aryn adalah siswa yang sangat membeci pelajaran IPA saat SMP terutama yang berkaitan dengan kimia.

Namun itu semua berubah semenjak ia duduk di bangku kelas 1 SMA. Sejak ia menjadi murid kesayangan dan murid kepercayaan guru kimia yang mengajarnya, Ia menjadi murid yang sangat kental dengan pelajaran tersebut.

Bahkan ia diprioritaskan oleh guru Kimianya. Sampai-sampai seluruh penjuru kamarnya ia sulap dengan tema Chemistry.

Ia berjanji kepada Bu Ayu-guru kimia, untuk tetap mencintai Kimia apapum yang terjadi. Ia akan tetap memilih kimia seberat apapun resiko yang harus dihadapinya. Ia juga bercita-cita menjadi sarjana dengan gelar sama seperti beliau, yaitu S. Si.

Selepas merapikan bukunya, Aryn keluar rumah menuju teras untuk sekedar mencari udara segar. Meskipun Ayahnya seringkali melarangnya agar tidak keluar malam, ia tetap saja sering berada diluar untuk menghilangkan sejenak beban dipikirannya.

Baru saja selesai menutup pintu, ketika membalikkan badanya ia menangkap sesosok lelaki.

Pandangan mereka bertemu. Saling menatap dalam manik mata sosok didepannya.

Sosok itu. Sosok lelaki dengan tatanan rambut yang rapi. Alis tebal serta senyuman yang sangat berpengaruh bagi Aryn. Sosok yang sangat Aryn rindukan. Lelaki yang tak pernah ia temui selama setahun terakhir. Tanpa kabar bagai ditelan bumi. Lelaki yang masih terikat hubungan dengannya karena tak pernah ada kata putus diantara mereka.

Aryn mengerjapkan matanya. Memastikan bahwa sosok didepannya benar-benar nyata.

Belum sepenuhnya kesadarannya kembali. Pria didepannya sudah memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Seolah-olah jika dilepaskan sedetik saja ia akan kehilangan untuk selamanya.

Aryn semakin terkejut saat pria tersebut memeluknya. Ia mencoba memastikan bahwa pria tersebut adalah sosok yang selama ini dirindukannya.

"Argi?" ucap Aryn dengan suara yang kurang jelas karena masih berada dalam dekapan pria tersebut.

"Iya Ryn, ini aku. Aku kangen banget sama kamu. Setahun ini kita ngga komunikasi" jawaban dari pria tersebut membuat Aryn menahan mati-matian air matanya agar tidak turun.

Namun percuma saja, semakin erat Argi memeluknya. Semakin sakit perasaannya. Ia tidak bisa berbohong ia sangat merindukan kekasihnya.

Aryn membalas pelukan tersebut dan menumpakan segala tangisnya. Sedih, bahagia, kecewa, bersyukur , dan perasaan tidak percaya bercampur aduk menjadi satu.

Argi semakin mengeratkan pelukannya membuat Aryn semakin terisak. Baju yang dikenakan Argi sudah sangat basah oleh air mata Aryn. Namun ia tak mempermasalahkannya karena ia juga sangat bahagia bisa bersama kembali dengan Aryn.

Mereka saling mengurai pelukan saat dirasa sudah cukup tenang. Argi menatap manik mata Aryn yang sudah sembab karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.

Tangannya terulur mengusap bekas air mata yang masih tersisa.

"Udah jangan nangis lagi. Maaf udah bikin kamu kaya gini" ucap Argi sambil menghapus air mata yang tersisa di wajah Aryn.

Aryn tersenyum dan menarik tangan Argi dari wajahnya.

"Masuk yuk" ajak Aryn.

"Ngga usah, enakan disini. Udaranya seger" tolak Argi.

"Yaudah ayo duduk" Aryn mengajak Argi untuk duduk.

Hening. Tak ada yang mau mengeluarkan suara.

Argi mengalah dan memecahkan keheningan diantara keduanya.

"Ryn, gimana sama sekolah kamu?" tanya Argi memulai obrolan.

"Alhamdulillah lancar" Aryn menjawab dengan kikuk. Masih terasa canggung diantara keduanya.

Bayangkan saja, setahun tidak bertemu dan tanpa komunikasi membuat keduanya sama-sama merasa canggung.

Detik kemudian, Aryn menghembuskan nafasnya kasar.

"Kenapa sih? Kita setahun ngga ketemu ngga komunikasi juga. Tapi pas ketemu malah cuma diem-dieman gini" suara Aryn membuat Argi tersentak. Pasalnya selama ini Aryn lebih banyak diam dan tidak menuntut. Namun ternyata satu tahun mereka tidak bertemu membuat kepribadian Aryn berubah drastis.

Argi bingung. Ia tak tau harus melakukan apa.

"Maaf Ryn. Aku belum siap sepenuhnya. Aku pulang dulu" Ucap Argi sembari bangkit membuat Aryn semakin kesal.

Tanpa menunggu jawaban dari Aryn, ia mulai meninggalkan halaman rumah Aryn. Deru suara motor meninggalkan halaman rumahnya membuat Aryn menghembuskan mafasnya pasrah.

-Ananditya1303💙-

My Rekan OSIS My Love(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang