Menjalani hari-hari tanpa hadirmu
Bukanlah kemauanku
Bahkan aku tak menginginkan itu
Semuanya sudah menjadi bagian dari rencana tuhan
Biarkan aku tetap mencintaimu meskipun tanpa hadirmu disisiku
🌸🌸🌸
4 bulan kemudianGadis itu terus saja tergelak dengan candaan konyol dari sahabatnya. Hubungan Aryn dan Devan semakin akrab semenjak Argi pergi dari kehidupannya.
Meskipun seringkali gadis itu merindukan mantan kekasihnya, namun sahabatnya selalu bisa mengiburnya. Seperti saat ini, sekolah mereka sedang mengadakan acara class meeting setelah melewati penilaian akhir tahun. Ada banyak lomba yang diadakan, namun Aryn dan Devan memutuskan untuk tidak ikut berpartisipasi dan lebih memutuskan untuk menghabiskan waktu berdua. Sebenarnya hal tersebut adalah keinginan Devan dan Aryn menerimanya dengan senang hati membuat Devan merasa sangat bahagia.
Mereka bermain tebak-tebakan dan membicarakan sesuatu yang sangat tidak penting. Saat sedang asik-asiknya mereka tertawa, Devan terheran melihat perubahan ekspresi diwajah gadisnya.
"Kamu kenapa ?" tanya Devan dengan raut wajah khawatir.
"Laper" jawab Aryn seraya memanyunkan bibirnya membuat Devan terkekeh geli.
"Yaudah ayo ke kantin" Devan bangkit dari duduknya dan bersiap untuk melangkah. Namun belum sempat ia melangkahkan kakinya, Aryn menarik tangannya.
Devan melirik dan menaikan satu alisnya seolah bertanya 'ada apa'.
"Males jalan ih" ucap Aryn masih dengan wajah kesalnya.
Devan yang mengerti maksud Aryn langsung membalikan badannya dan berjongkok didepannya. Aryn bergegas naik ke gendongan Devan.
Sesampainya dikantin, mereka memilih meja yang berada di pojok. Devan menghampiri penjual makanan dan memesan makanan untuk mereka berdua.
Devan kembali dengan membawa dua mangkuk bakso ditangannya.
"Makasih Devan sayang" ucap Aryn sembari mencium pipi kanan Devan.
Devan yang merasa pipinya dicium, langsung tegang seketika. Namun sebisa mungkin ia menetralkan degup jantungnya. Ia tersenyum hangat dan mengacak rambut hitam gadisnya.
"Makan yang banyak biar ngga kelaperan"
"Kok tau sih aku lagi pengen bakso?"tanya Aryn disela-sela kegiatan makannya.
"Ya emang kamu pernah minta yang lain?"
"Enggak" jawab Aryn dengan kekehannya.
"Kamu nanti ujian mau ambil pelajaran apa?" tanya Devan kepada Aryn.
"Menurut kamu?"Aryn kembali bertanya kepada Devan.
"Kimia" jawab Devan singkat.
"Terus ngapain nanya? Kalo kamu ambil pelajaran apa?"
"Fisika"
"Iya tau yang murid kesayangannya Bu Nina mah beda" ucap Aryn dengan nada meledek.
"Orang kamu lebih deket sama Bu Nina daripada aku" jawab Devan tak terima.
"Yaudah lanjutin dulu makannya" ucap Aryn yang diangguki oleh Devan.
Mereka bergegas kembali menuju kelas setelah makanan mereka habis. Sesampainya di depan kelas mereka terheran karena kondisi kelas sudah sangat sepi. Kegiatan class meeting di lapangan pun sudah selesai dilaksanakan.
"Pulang yuk" ajak Devan.
"Bentar aku ambil tas dulu"
🌸
"Mau langsung pulang apa kemana dulu?" tanya Devan kepada Aryn setelah membuka helm fullface nya.
"Ke taman kota dulu yaa" jawab Aryn dengan puppy eyesnya.
"Yaudah, ayo buruan naik nanti keburu sore" ucap Devan yang diangguki oleh Aryn.
Devan melajukan motornya meninggalkan sekolah. Selama perjalanan, mereka hanya saling diam. Ketika Devan akan melontarkan kalimat, tiba-tiba ia merasakan ada tangan yang melingkari pinggangnya membuat ia mengurungkan niatnya.
Devan tersenyum senang sekaligus kaget karena baru pertama kalinya Aryn memeluknya saat sedang berkendara.
Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, mereka sampai di sebuah taman yang lumayan ramai.
"Kok tumben sih rame" ucap Aryn dengan raut wajah kesal.
"Kenapa kalo rame?Mau pulang aja?" tanya Devan sembari mengelus rambut hitam milik Aryn.
"Ngga mau. Tanggung udah nyampe sini" jawab Aryn berlalu meninggalkan Devan yang masih duduk diatas motor.
Sementara Devan tak melakukan gerakan apapun dan tetap duduk manis diatas motor sembari memandangi gadisnya.
Aryn menyadari tidak ada sosok disampingnya segera membalikan badannya. Ia melihat Devan yang masih duduk manis.
"Cepetan atau aku pulang sendirian" tanya Aryn dengan tatapan mengancam. Devan yang mulai merasakan aura mencekam bergegas turun dan menghampirinya.
Ia merangkul bahu Aryn namun tangannya ditepis oleh Aryn. Devan terkikik melihat kelakuan Aryn. Lantas ia membisikkan sesuatu kepadanya.
"Mau es krim ngga?" bisik Devan dengan nada menggoda.
Aryn yang tidak bisa menolak jika ditawari jenis makanan tersebut langsung berbinar. Tanpa menunggu sepatah kata dari gadisnya, Devan segera mengajaknya ke penjual es krim.
"Kamu pilih sendiri gih" ucap Devan kepada Aryn.
"Es krim yang ini dua yah, Pak" ucap Aryn sembari menunjuk sebuah gambar es krim.
"Ngga cukup emang kalo cuma satu? Itu ukurannya besar loh" tanya Devan keheranan.
"Kan satunya buat kamu" jawab Aryn enteng.
"Aku ngga usah" Devan berusaha menolak.
"Udah sih biarin lagian kan kamu yang bayar" sergah Aryn dengan tampang watadosnya.
Setelah menerima es krim dari Si penjual dan membayarnya, mereka berjalan menuju salah satu bangku.
Aryn memakan es krim tersebut layaknya anak kecil. Banyak coklat belepotan di sekitar mulutnya.
"Anak SMA bukan sih?" tanya Devan dengan nada menyindir sembari membersihkan sisa es krim di sekitar mulut Aryn.
"Apaan sih, Van, udah ah nanti tangan kamu kotor. Aku ngga bawa tisu soalnya" Aryn berniat membersihkan tangan Devan dengan baju seragamnya.
Ucapan Aryn membuat Devan tersenyum devil. Aryn seketika menegang melihat senyuman itu.
"Yaudah kalo kamu ngga mau tangan aku kotor sini aku bersihin pake mulut aku" Devan menunjukan smirknya seraya menaik turunkan alisnya.
"Heh! sejak kapan kamu jadi mesum?!" Aryn melototkan matanya tak percaya.
Devan terbahak melihat ekspresi Aryn. Ia sangat senang bisa menjahili gadisnya itu. Kemudian, ia melirik sekilas jam di pergelangan tangannya.
"Pulang yuk udah sore nanti dicariin Bunda" ajak Devan yang diangguki oleh Aryn.
Jadi ini bukan kisah nyata ya gaes
Cuma terinspirasi dari kisah nyata saya tapi ngga sepenuhnya isi dari cerita ini sama persis dengan kisah nyata.
-Ananditya1303💙-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rekan OSIS My Love(End)
RomanceCinta pandangan pertama di ruang OSIS. Ya,menceritakan tentang ketua OSIS yang menjalin hubungan dengan anggotanya. Eits,bentar gaess Tapi disini bukan yang cowok yang ketua OSISnya,tapi justru yang ceweknya.Terlebih,mereka ngga seangkatan.Tapi yang...