Tiga puluh satu- Argi comeback

24 1 0
                                    

6 hari kemudian...

Gadis itu masih saja bergelung dengan selimut kesayangannya tanpa ada niatan sedikitpun untuk bangkit dari posisinya. Padahal hari ini adalah hari istimewa dalam hidupnya.

Suara gorden terbuka diiringi masuknya cahaya matahari yang mulai menyengat karena memang hari sudah cukup siang. Ia penasaran siapa yang sudah mengganggu tidurnya.

"Udah siang,Ryn, bangun! Perawan bangunnya siang amatt" bentak Ningsih saat tak ada respon dari anaknya.

"Iya" jawab Aryn dengan kesal.

Selesai dengan aktivitas mandinya, Aryn menemui Mamahnya di meja makan. Ia menikmati sarapannya hanya dengan Mamahnya. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu utama.

"Bukain sana" perintah Ningsih kepada anaknya.

"Ck. kenapa nggak Mamah aja?" tanya Aryn kesal.

"Udah sana cepet tinggal bukain kenapa sih?" Aryn mendengus kesal dengan Mamahnya yang tiba-tiba bertindak otoriter.

Mau tidak mau, Aryn menuruti perintah Mamahnya tanpa kecurigaan sedikitpun.

Perlahan ia membuka pintu. Ia terpaku saat melihat sosok didepannya. Sosok yang sukses membolak-balikan dunianya dalam sekejap.

"Happy Birthday, Sayangnya Argi" tubuh Aryn sontak membeku saat sosok didepannya mengucapkan kalimat yang paling ia tunggu-tungu diakhiri satu kecupan yang mendarat secara sempurna tepat di keningnya.

"Argi?" ucap Aryn tak percaya dan berusaha memastikan sosok didepannya benar kekasihnya.

"Iya. Kamu nggak lagi halu kok, ini beneran aku" jawab Argi seraya mengulas senyum terbaiknya.

Aryn hanya terdiam sembari memikirkan apa yang harus ia lakukan. Sebenarnya ia sangat ingin sekali memeluk sosok didepannya dengan sangat erat. Tetapi egonya terlalu besar.

Dua tahun lebih menjalin hubungan dengan Aryn, membuatnya banyak mengerti tentang kepribadian Aryn. Banyak hal yang dapat Argi mengerti tanpa Aryn ceritakan. Termasuk keinginan Aryn saat ini.

Argi meletakkan kue yang dipegangnya diatas meja didekatnya. Ia merentangkan kedua tangannya seolah memberi kode agar Aryn memeluknya. Namun Aryn tetap tak bergeming. Argi langsung menarik kedua tangan Aryn dan membawa Aryn kedalam dekapannya.

Aryn terkejut dengan yang dilakukan oleh Argi. Tetapi tak lama kemudian ia membalas pelukan Argi dengan sangat erat seolah sangat takut kehilangan untuk kesekian kalinya.

Argi mengusap rambut hitam milik Aryn sambil sesekali mencium puncak kepalanya. Aryn menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Argi.

Argi melonggarkan pelukannya, menatap lekat manik mata sosok gadis yang secara tidak langsung masih berstatus sebagai kekasihnya karena pada dasarnya tidak ada kata putus diantara mereka.

"Kamu inget ulang tahun aku?" tanya Aryn tak percaya.

"Aku nggak bakal lupa ulang tahun seseorang yang berarti di hidup aku" jawab Argi seraya tersenyum.

Aryn mencoba mencari kebohongan di mata Argi. Namun sampai kapanpun ia tak akan pernah menemukannya meskipun sudah terbukti Argi seringkali melakukannya.

"Aku udah janji bakal ada di sisi kamu saat hari ulang tahun kamu" ucap Argi dengan nada serius.

"Sekedar janji? Bahkan seharusnya kamu nggak perlu repot-repot nepatin janji kamu" Aryn tertawa miris.

Argi tertegun dengan pertanyaan Aryn yang lebih seperti pernyataan. Ia mencoba mengalihkan perhatian Aryn.

"Tiup lilinnya dulu. Nanti keburu kuenya habis kebakar" ucap Argi setelah mengambil kembali kue yang ia letakkan diatas meja dengan diakhiri kekehan.

Tanpa sadar Aryn mengulas senyum yang tak pernah ia tunjukkan kepada siapapun selain sosok didepannya saat ini. Argi menyadari hal tersebut, dan entah kenapa ia merasakan sesak didadanya karena telah membuat gadisnya selalu menderita.

Setelah membuat wish, Aryn meniup lilin bertuliskan angka tujuh belas yang hampir tersisa setengah.

Aryn mengajak Argi untuk pergi ke taman depan di rumahnya. Ia sangat menikmati momen kebersamaa dirinya bersama Argi.

Sejenak ia melupakan status Argi yang juga merupakan kekasih dari gadis lain. Ia berharap ini adalaha awal yang baik untuk kelanjutan hubungan mereka yang sempat renggang.

🌸🌸🌸

Devan duduk termenung dikamarnya sembari menatap nanar kue ulang tahun yang telah ia siapkan untuk gadisnya. Namun kejadian menyakitkan ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Ia melihat gadisnya sangat bahagia dengan kekasihnya.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengalah demi kebahagiaan gadis kesayangannya. Ia tak mau bertingkah egois dengan memaksakan perasaan Aryn.

"Loh,Van kok udah pulang?"

"Udah,Bun" jawab Devan dan segera menyembunyikan kue untuk Aryn dari pandangan Bundanya.

"Kamu kenapa sih?" tanya Bunda dengan curiga.

"Nggak papa kok,Bun. Bunda bisa keluar nggak? Aku lagi mau sendiri" Devan berusaha menyembunyikan perasaan kalutnya.

"Yaudah"

Devan merebahkan tubuhnya di ranjang berusaha melupakan kejadian yang baru saja ia alami. Rasanya sangat sulit jika harus melepaskan Aryn. Namun ia juga tak mau jika Aryn terus saja bersedih karena keegoisan dirinya.

-Ananditya1303💙-

My Rekan OSIS My Love(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang