Dua puluh tiga- Suasana Baru(4)

20 1 0
                                    

Gadis itu berjalan tergesa-gesa sembari merapalkan doa agar guru mata pelajaran di jam pertama belum masuk ke kelasnya.

Sesampainya didepan kelas ia bernafas lega saat melihat kamar keduanya masih dalam keadaan sangat ramai menandakan bahwa kelasnya masih kosong.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.

"Ryn, ngapain?" Aryn sontak membalikkan badannya dan terkejut saat wajahnya hanya berjarak 1cm dengan wajah sahabatnya.

"Iihh Devaann.. Kok bisa-bisanya kamu jalan nyante banget aku aja tadi hampir nabrakin semua orang" Aryn berekspresi kesal membuat Devan terkekeh.

"Hari ini tuh ngga bakal ada pelajaran" ucap Devan dengan santai.

"HAH!" Aryn terkrjut dan membulatkan matanya.

"Itu biasa aja matanya" Devan mendekatkan wajahnya membuat tubuh Aryn tegang seketika.

Devan terbahak dan berlalu meninggalkan Aryn yang masih mematung.

Saat kesadarannya terkumpul, Aryn bergegas memasuki kelasnya. Ia menghampiri Alina, teman sebangkunya. Ia duduk disebelahnya dan mengeluarkan ponselnya.

Baru saja akan membuka aplikasi gamenya, satu panggilan masuk membuatnya mengurungkan niatnya.

Gii💙 is calling....

"Iya Halo Gii kenapa?"

"Kamu lagi ngapain?"

"Lagi ngga ngapa-ngapain sih"

"Ngga ada pelajaran emang?"

"Tadi sih katanya free class"

Argi terdiam.

"Gii" ucap Aryn dengan nada yang rendah tetapi masih dapat didengar oleh Argi.

"Iya" Argi memjawab dengan nada dingin nan cueknya.

"Kamu kenapa?" tanya Aryn mulai khawatir.

"Ngga papa" lagi-lagi Argi menjawab dengan nada cuek.

"Kamu inget ngga besok kita anniv yang kedua" Aryn berharap Argi memgingatnya.

"Oh iya ? Emang udah dua tahun yah?" perkataan Argi membuat Aryn merasakan sesak didadanya.

"Kamu beneran ngga inget Gi?" Aryn berusaha menahan air matanya.

"Aku ngga inget Ryn"

Jleb.

Empat kata yang mampu membuat seorang Aryn yang notabenenya tak pernah merasakan sakit hati kini hatinya merasa sangat tersakiti.

Argi tak lagi mendengar jawaban dari kekasihnya itu.

"Udah dulu yah, Ryn. Aku lagi sibuk"

Belum sempat Aryn menjawabnya, Argi sudah lebih dulu memutuskan panggilannya.

🌸🌸🌸

Gadis itu tak henti-hentinya meneteskan air matanya. Gadis itu memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong sembari menikmati semilirnya angin taman. Ya, gadis itu berlari menuju taman belakang sekolah saat kekasihnya memutuskan panggilannya secara sepihak.

Jangankan buat ngerayain hari jadi kita yang kedua tahun. Kamu inget aja enggak. Aku bingung, sebenernya aku berarti atau nggak buat kamu. Aku cuma pengen ngerayain Anniv kedua kita Gii. Aku ngga butuh hadiah atau apapun aku cuma mau fulltime sama kamu seharian. Batin Aryn.

Ia merasa ada seseorang yang menghampirinya. Ia lantas menghadap kesamping dan menengadahkan kepalanya. Tatapannya bertemu dengan manik mata sahabatnya.

Tangan lelaki itu bergerak mengusap sisa air mata diwajah gadis itu.

"Kamu kenapa lagi?" tanyanya dengan lembut.

Aryn menggeleng. Ia merasa belum siap sepenuhnya bercerita kepada sahabatnya itu.

"Aku bakal selalu siap dengerin setiap keluh kesah kamu. Apapun akan aku lakukan asal kamu bahagia. Anggap aku ada, Ryn. Aku ngerasa aku ngga berguna jadi sahabat" Lelaki itu meneteskan air matanya.

Aryn mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata itu.

"Jangan nagis, Vaann. Aku ngga papa kok" Aryn tersenyum. Lebih tepatnya memaksakan diri untuk tersenyum.

" Bohong. Aku tau kamu bohong,Ryn. Mau sampe kapan kamu nutupin semuanya dari aku? Aku ngerasa ngga berguna banget jadi sahabat kamu. Kalo kamu menganggap aku sahabat kamu, setidaknya kamu cerita sama aku. Apa aku harus kaya gini tiap hari? Cuma diem aja sedangkan aku tahu kamu lagi ada masalah. Ryn, please cerita sama aku" Devan berucap dengan nada memohon.

Aryn kembali meneteskan air matanya. Tubuhnya bergetar hebat. Devan lantas menariknya kedalam pelukan.

"Maafin aku, Vaaann. Aku ngga pernah cerita sama kamu. Aku takut kamu kecewa sama aku dan ngga mau jadi sahabat aku lagi. Aku takut kamu pergi Vaann" Aryn memeluknya dengan sangat erat seolah-olah takut kehilangan.

Devan merasa nyaman saat Aryn menangis didalam pelukannya. Tangannya ia gunakan untuk mengelus rambaut hitam milik sahabatnya.

"Apapun yang terjadi aku bakal selalu ada buat kamu. Aku ngga bakalan ninggalin kamu. Sekarang kamu cerita semuanya sama aku"

"A...Ak..Aku sebenernya punya pacar Van" perkataan Aryn membuat Devan melepaskan pelukannya.

Aryn semakin takut saat Devan melepaskan pelukannya.

"Vaan maafin aku" ucap Aryn dengan bibir yang bergetar.

"Udah berapa bulan?" tanya Devan dengan nada dingin nan menusuk.

"Dua tahun" jawab Aryn dengan ragu-ragu.

Deg.

Rasanya Devan ingin sekali mengakhiri hidupnya. Wanita yang selama ini mengisi hari-harinya ternyata telah mempunyai tambatan hati. Rasanya sangat kecewa saat mengetahui bahwa sahabat yang sangat ia cintai bahkan lebih dari sahabat itu lebih mencintai orang lain.

Ia kecewa. Namun ia tidak egois. Ia mencintai sahabatnya itu. Ia juga sudah berjanji akan melakukan apapun untuk membuatnya bahagia. Mungkin termasuk melepaskan dan membiarkannya bahagia bersama pria lain.

Ia memutuskan untuk tetap memendam perasaanya. Ia akan mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya.

Ia menunjukan senyum terbaiknya membuat hati Aryn sedikit menghangat.

"Terus kenapa kamu akhir-akhir ini kamu sedih?" tanya Devan sembari menggandeng pergelangan tangan Aryn dan berjalan menuju ruang kelas.

Aryn terkejut saat merasakan ada genggaman di tangannya. Tubuhnya ingin menolaknya namun hatinya merasa nyaman dan seolah meminta membiarkan tangan sahabatnya itu tetap menggandeng tangannya.

"Belum genap dua tahun. Harusnya besok kita ngerayain anniv tapi ngga tau dia mendadak cuek" Aryn kembali pada perasaan sedihnya.

Devan yang merasakan ada perubahan ekspresi di wajah sahabatnya itupun mengerti.

"Udah ngga usah terlalu dipikirin barangkali dia sibuk" Devan berusaha menenangkan sahabatnya.

Tanpa mereka sadari mereka telah tiba didepan kelas mereka. Banyak dari teman-temannya yang menatap mereka heran.

Tiba-tiba suara dari Karin mengejutkan mereka.

"AAAH YAAMPUN KALIAN HABIS DARIMANA AJA SII? PAKE GANDENGAN TANGAN SEGALA LAGI" Semua orang sontak menutup telinganya.

Termasuk Aryn dan Devan, mereka langsung melepaskan tangan mereka masing-masing.

"Apaan sih berisik banget tauu" ujar Aryn sambil berlalu meninggalkan Karin yang kesal karena pertanyaannya tidak dijawab oleh keduanya.

Jadi ini bukan kisah nyata ya gaes
Cuma terinspirasi dari kisah nyata saya tapi ngga sepenuhnya isi dari cerita ini sama persis dengan kisah nyata.
-Ananditya1303💙-

My Rekan OSIS My Love(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang