Gadis itu berjalan menyusuri koridor sekolah dengan rasa kecewa yang menggelayar dihatinya. Perubahan sikap kekasihnya membuatnya berpikir keras 2 kali. Padahal baru semalam mereka merayakan hari jadi mereka yang kedua tahun.
Ada apa lagi? Padahal baru semalam kamu bikin aku bahagia. Tapi pagi ini kamu buat aku kecewa lagi. Batin Aryn.
Ia berjalan tanpa memperdulikan sekelilingnya. Pikirannya melayang-layang entah kemana memikirkan kekasihnya.
Ia beberapa detik kemudian kepalanya serasa membentur sesuatu. Ia mendongakan kepalanya dan tatapannya bertemu dengan tatapan milik seseorang.
"Devan" Aryn terkejut karena ia menabrak dada bidang milik sahabatnya.
"Kamu pagi-pagi kok udah ngelamun sih" tanya Devan dengan raut wajah khawatir.
"Ngga papa,Van. Ayo ke kelas" tanpa menunggu persetujuan dari Devan, ia menarik pergelangan tangan sahabatnya berjalan menuju ke kelas. Tanpa Ia sadari, Devan tersenyum tipis hingga tak seorangpun dapat melihatnya.
Sesampainya di kelas, mereka langsung terheran karena kelas mereka yang biasanya tertib mendadak seperti pasar ikan.
"Fa, kok tumben rame banget gini" tanya Aryn kepada Fafa selaku ketua kelas.
"Kayaknya kita seharian full jamkos soalnya guru-guru lagi pada ujian apaan ngga tau" jawab Fafa dengan santai.
Aryn menganggukkan kepalanya paham. Ia merasa bosan jika harus free class seharian penuh tanpa tugas.
Ia teringat dengan kejadian semalam saat Argi memberinya kejutan dan berakhir mereka merayakan anniversary mereka.
Ia melirik satu persatu temannya dan mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Ia lantas menghampiri Devan yang tengah duduk manis sembari memegang buku paket Fisika. Devan memang siswa yang rajin seperti Aryn. Dan kemampuannya di mata pelajaran Bahasa Inggris tidak bisa diragukan lagi. Lain halnya dengan Aryn yang justru membenci pelajaran tersebut karena menurutnya terlalu rumit.
"Van" panggil Aryn.
Devan hanya menaikan satu alisnya seolah berkata 'ada apa'. Hal itu membuat Aryn kesal. Ia lantas mengambil paksa buku yang tengah dibaca oleh Devan.
Devan yang mengerti maksud Aryn pun langsung membenarkan posisi duduknya.
"Kenapa hmm?" tanya Devan dengan lembut seraya meraih tangan Aryn.
"Kamu ngga bosen apa belajar terus? Aku ngga ada temennya" Aryn mencebikkan bibirnya dan memasang ekspresi kesal.
"Mau ke taman belakang?" pertanyaan Devan membuat mata Aryn berbinar-binar.
Tanpa menjawab pertanyaan Devan, ia langsung menarik tangan pria itu. Devan tersenyum, biasanya dia yang harus duluan mengajak gadis itu keluar.
Sampai di taman belakang, mereka duduk dibawah pohon yang rindang.
"Tumben bosen, biasanya kamu ngga bisa lepas dari buku" tanya Devan.
"Iya kan hari ini aku ngga bawa buku kimia" jawab Aryn.
"Kenapa? Biasanya selalu bawa"
"Iya semalem lupa ngga dimasukin kedalam tas"
Devan hanya ber oh ria.
"Oh iya Van aku mau cerita sesuatu" ucap Aryn dengan raut wajah yang sangat ceria.
"Cerita apa?" tanya Devan singkat.
Aryn menceritakan tentang Argi yang tiba-tiba datang dan merayakan hari jadi mereka. Ia sangat bahagia mengingat momen itu.
Tanpa ia sadari ada seseorang yang perasaanya terluka.
Devan berusaha tetap menampilkan senyum terbaiknya.
"Semoga dia selalu kaya gitu. Aku seneng liat kamu bahagia kaya gini" Devan menahan air matanya. Ia merasa sangat terluka.
Padahal Devan adalah sosok yang tak pernah memikirkan tentang wanita. Tapi entah kenapa sejak pertemuannya dengan Aryn, ia merasa tertarik dengan sosok tersebut.
Ia merangkul bahu Aryn dan dengan reflek gadis itu menyandarkan kepalanya dibahu Devan.
Aku bahagia liat kamu bahagia. Dan aku sedih setiap kali liat kamu sedih gara-gara mikirin dia. Aku ngga tau apa perasaan aku buat kamu. Intinya aku akan berusaha buat kamu bahagia meskipun aku harus mengorbankan kebahagiaanku sendiri. Sebenarnya aku kecewa. Tapi aku tak mau jika kau melihatku terluka. Batin Devan.
Ia melirik sekilas jam di pergelangan tangannya. Ia terkejut ternyata jam sudah menunjukan saatnya pulang sekolah.
"Ke kelas yuk. Sebentar lagi pulang"
Aryn bangit dari duduknya dan akhirnya mereka pergi dari taman itu.
Sesampainya dikelas, ternyata teman-temannya sudah pulang terlebih dahulu. Hanya mereka berdua yang masih berada di sekolah.
Mereka lantas mengambil tas masing-masing dan bergegas keluar kelas.
"Aku anterin"
"Ngga usah,Van. Nanti aku naik taksi aja" Aryn menolak tawaran Devan.
"Ngga pokoknya aku anterin" ucap Devan dengan nada sedikit memaksa.
Aryn hanya bisa mendengus kesal. Karena jika Devan sudah menggunakan nada memaksanya ia harus menurutinya.
Akhirnya Aryn mengalah dan mereka berjalan menuju parkiran.
🌸🌸🌸
"Mau mampir dulu ngga?" tanya Aryn setelah turun dari sepeda motor Devan.
"Lain kali aja soalnya udah ditungguin Bunda"
"Yaudah hati-hati" ucapnya sembari tersenyum manis.
Devan membalas senyumannya dan berlalu meninggalkannya.
Gadis itu segera memasuki rumahnya saat sahabatnya itu hilang dari pandangannya.
Ia membaringkan tubuhnya dan membuka ponselnya. Ada satu panggilan tak terjawab dan satu pesan dari kekasihnya.
1 Missed call from Gii💙
1 New message
Ia langsung membuka pesan tersebut.
Gii💙
Ryn
Ia tersenyum miris. Tumben sekali kekasihnya itu tak memberinya spam chat. Padahal biasanya ia akan mencarinya dan akan menelponnya sampai Aryn menjawabnya.
Bahkan buat chat aja susah. Apalagi harus ketemu setiap hari. Aku mulai takut kamu berpaling disaat aku sedang berada di titik tertinggi menyayangimu. Aku harap semua ini hanya feelingku saja.
Jadi ini bukan kisah nyata ya gaes
Cuma terinspirasi dari kisah nyata saya tapi ngga sepenuhnya isi dari cerita ini sama persis dengan kisah nyata.
-Ananditya1303💙-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rekan OSIS My Love(End)
RomansCinta pandangan pertama di ruang OSIS. Ya,menceritakan tentang ketua OSIS yang menjalin hubungan dengan anggotanya. Eits,bentar gaess Tapi disini bukan yang cowok yang ketua OSISnya,tapi justru yang ceweknya.Terlebih,mereka ngga seangkatan.Tapi yang...