Gadis itu terus saja memainkan ponselnya hingga lupa diri. Bahkan teriakan keras dari Ibunya sendiri tak ia dengar.
Dengan penuh rasa kesal Ibunya menghampiri anak gadisnya yang mendadak tuli gara-gara ponsel.
"Yaampun Diraaa" pekikan Ningsih sontak membuat Aryn melempar ponselnya ke sembarang arah dan menutup telinganya.
"Apaan sih Bu" Aryn menunjukan wajah kesalnya.
"Kamu tuli apa gimana sih? Kamu ngga seneng Ayah kamu pulang?" pertanyaan Ningsih hanya dihadiahi dengusan olehnya.
"Ibu teriak-teriak cuma gara-gara mau ngasih tau kalo Ayah udah pulang?" Ia terlihat tidak tertarik dengan berita yang dibawa Ibunya.
Namun Ningsih tak merasa heran karena ia tau bahwa anaknya memang tak sedekat waktu kecil dengan ayahnya sejak ia kelas 8.
Padahal Ayahnya sangat menyayanginya bahkan memanjakannya. Ayahnya selalu mengutamakan dirinya daripada kakak-kakak dan adiknya. Bisa dibilang Ayahnya tidak adil dalam memberi perhatian.
Saat Aryn berbuat kesalahan dan membuat adiknya menangis, ia tak akan dimarahi justru Ayahnya akan memarahi adiknya. Apalagi jika adiknya membuat kesalahan dan sampai membuat Aryn menangis, adiknya akan dimarahi habis-habisan tanpa henti.
Seperti saat ini. Ayahnya baru pulang dari Bandung karena harus mengurus cabang perusahaan milik pimpinannya yang sedang bermasalah. Saat pertama kali menginjakkan kakinya dirumah yang selama 3 tahun ia tinggalkan hal pertama yang ia tanyakan adalah putrinya.
Sosok gadis yang ia bahagiakan mati-matian. Bahkan kerap kali ia tak suka jika gadisnya dekat dengan seorang lelaki lebih dari teman atau sahabat.
Ia berjalan menuju pintu kamar anaknya yang tertutup rapat. Ia mengetuk pintu namun seperti tak ada sedikitpun pergerakan dari si empunya.
Ia mendorong sedikit pintu kamar itu yang ternyata tidak dikunci. Ia kemudian masuk dan duduk disamping ranjang.
Aryn terkejut saat ada yang memasuki kamarnya. Ia membalikan badannya dan netranya menangkap sosok ayahnya yang selama 3 tahun tak ia temui.
Gadis itu beranjak dari tidurnya dan mendekati Ayahnya yang tengah tersenyum kepadanya. Ia mencium punggung tangan ayahnya tanpa ada niatan untuk mengeluarkan kata sedikitpun.
"Gimana kabar putri Ayah?" tanyanya dengan senyum yang tidak luntur sedikitpun.
"Baik yah" jawab Aryn dengan sedikit senyum yang terkesan dipaksakan.
"Gimana sekolahnya? Udah punya pacar belum?" tanyanya dengan kekehan diakhir ucapannya.
Tumben Ayah bahas masalah beginian. Biasanya kan malah ngga suka kalo aku bahas masalah cowok. Batin Aryn.
"Sekolahnya baik kok,Yah. Tumben Ayah bahas masalah pacar?" Aryn bertanya dengan sedikit kecurigaan dimatanya.
"Putri kecil Ayah kan udah dewasa, Ayah sadar ngga seharusnya Ayah terus-terusan benci setiap lelaki yang deket sama kamu" jawab Arya-Ayah Aryn sembari mengusap lembut rambut anaknya.
"Maksud Ayah?" Aryn masih bingung dengan sikap Ayahnya.
"Selama ini Ayah ngga suka setiap kamu deket sama cowok karena Ayah mikirnya kamu bakal lebih sayang sama cowok itu daripada sama Ayah" jelas ayahnya sambil menahan air mata yang bebas meluncur kapan saja.
Aryn terkejut dengan penuturan Ayahnya. Ia lantas berhambur memeluk Ayahnya dan dibalas olehnya. Ia mengeratkan pelukannya saat terdengar suara isakan.
"Ayaahhhh.... Maafin Dira. Selama ini Dira egois. Dira cuma mikirin perasaan Dira tanpa tahu perasaan Ayah. Asal ayah tau, secuek dan sedingin apapun Dira sama Ayah, Dira sayang banget sama Ayah. Dan sedeket apapun Dira sama pria, Dira lebih sayang sama Ayah. Karena Ayah adalah cinta pertama Dira. Ayah ngga pernah sedikitpun melukai perasaan Dira. Ayah selalu berusaha membuat Dira bahagia meskipun harus Ayah yang menderita" Ia tak bisa menahan air matanya.
Ayahnya mengurai pelukannya dan menatap lekat wajah putri kesayangannya.
"Udah ngga usah nangis. Anak Ayah jelek kalo nangis" ucap Arya diakhiri kekehan.
Aryn tersenyum menghangatkan hati Ayahnya.
"Kamu istirahat. Ayah mau ketemu Ibu" Arya menarik selimut dan menutupi tubuh anaknya dengan selimut itu.
Aryn tersenyum hingga akhirnya ia terbawa ke alam mimpinya.
🌸🌸🌸
Aryn mengerjapkan matanya saat mendengar bunyi notif chat diponselnya. Ia tersenyum samar saat mengetahui siapa yang menghubunginya.
Gii💙
Ryn
Iya Gii kenapa?
Kamu lagi ngapain?
Baru bangun tadi aku ketiduran
Nanti aku mau kerumah kamu
Kamu tunggu ditaman yah
Iya Gii
Read
Aryn bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
🌸
Selesai mengerjakan semua tugas dan membereskan buku pelajarannya, ia keluar rumah dan menuju taman rumahnya.
Ia menghirup udara malam yang sangat ia sukai. Ia menatap langit yang seolah tersenyum kepadanya.
Ia mengambil ponselnya dan menyalakan lagu kesukaanya. Kemudian ia berbaring diatas rerumputan yang membuatnya nyaman.
Tiga puluh menit berlalu, Ia kesal dengan kekasihnya yang telah berjanji akan menemuinya. Namun ia tetap menunggunya.
Ia mengubah posisi menjadi duduk. Saat sedang menatap kosong ke depan, ia merasakan bahunya di pegang oleh seseorang. Ia terkejut dan bahkan tak berani membalikan badannya ataupun menggerakan kepalanya.
Ia semakin takut saat sosok itu berada disampingnya. Ia bahkan tak berani untuk meliriknya.
Sebuah suara menginterupsi membuat ia bernafas lega.
"Ryn" panggilnya dengan nada yang rendah.
Aryn sontak memalingkan wajahnya dan terkejut dengan sosok disampingnya.
"Argi?" Aryn menunjukan wajah kesalnya.
Argi merasa heran dengan ekspresi kekasihnya itu.
"Kamu kenapa? Kok kaya ketakutan gitu sih?" tanya Argi dengan nada khawatir.
"Kirain tadi bukan kamu" jawabnya masih dengan nada kesal.
Tingkahnya membuat Argi mengulas senyumnya. Tangannya bergerak meraih bahu kekasihnya berusaha menenangkan kekasihnya itu.
"Udah ngga usah takut. Aku disini"
Aryn reflek menyandarkan kepalanya di bahu kekasihnya.
Jadi ini bukan kisah nyata ya gaes
Cuma terinspirasi dari kisah nyata saya tapi ngga sepenuhnya isi dari cerita ini sama persis dengan kisah nyata.
-Ananditya1303💙-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rekan OSIS My Love(End)
Roman d'amourCinta pandangan pertama di ruang OSIS. Ya,menceritakan tentang ketua OSIS yang menjalin hubungan dengan anggotanya. Eits,bentar gaess Tapi disini bukan yang cowok yang ketua OSISnya,tapi justru yang ceweknya.Terlebih,mereka ngga seangkatan.Tapi yang...