50

48 11 86
                                    

Happy Reading^^

----

























“dan hari ini dia kritis.”

Chan menjeda ucapannya. Ia rasa sudah cukup tentang penjelasannya. Eunmi sudah cukup tahu tentang semua. Semuanya. Gadis itu terisak di tempatnya. Membuat Chan hanya bisa diam dan memilih fokus dengan perjalanan mereka menuju rumah sakit. Ya mereka ke rumah sakit. Chan hendak menemui Gyujin hari ini. Laki-laki yang tengah kritis di tempatnya.

“kenapa lu enggak bilang ini dari awal?” tanya Eunmi setelah sekian lama

Laki-laki di sebelahnya itu pun menoleh sejenak ke arah Eunmi. Menatap gadis dengan mata sendu itu. Chan kembali menatap lurus ke jalanan. Ia menghela nafasnya sejenak. Sekedar menyiapkan mental untuk menjawab seluruh pertanyaan Eunmi.

“Gyujin larang gue bilang ke lu, katanya percuma aja. Dia enggak bakal bisa bahagiain lu. Jadi dia bilang atau enggak itu enggak ada pengaruhnya. Gyujin bakalan tetep sekarat.” Jelas Chan lalu kembali menatap Eunmi yang kini sudah beralih menatap ke arah dasbor mobil

Setelahnya hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Tidak ada yang saling bersuara. Bahkan hanya sekedar mengutarakan perasaan masing-masing. Hanya sebuah isakan dari Eunmi yang masih belum bisa menerima kenyataan disini. Juga suara jeritan hati Chan yang merasa bersalah telah mengucapkan semuanya pada gadis itu.

Mobil hitam itu berhenti di depan sebuah rumah sakit. Rumah sakit yang cukup besar. Dengan beberapa tingkat lantai. Eunmi keluar dari mobil. Tepat setelah Chan mematikan mesin mobilnya. Gadis itu mendongak. Menatap langit yang tengah mendung hari ini. Nuansa sendu yang cukup mendukung Eunmi untuk tetap menangis saat ini. Di sisi lain Chan sudah keluar dari mobilnya. Di lihatnya gadis yang masih menatap langit itu. Sungguh ia masih merasa bersalah. Entah itu untuk mengatakan ini atau untuk tidak mengatakan ini dari awal.

“Mi,” gadis yang di panggil itu pun beralih menatap Chan. Dengan mata sembab yang beberapa kali ia usap dengan kedua tangannya. “ayo.” Ajaknya

Tampa jawaban Eunmi mengangguk. Mendatangi Chan yang tengah menunggunya. Menunggu mendatanginya. Keduanya pun berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Memasuki lorong dengan beberapa orang yang tengah duduk di sebuah bangku. Beberapa diantara mereka terlihat begitu sedih, begitu bahagia dan begitu sakit. Sejenak Chan menoleh ke arah Eunmi yang berjalan di belakangnya. Ia masih tetap mengusap air matanya sesekali. Membuat Chan hanya bisa menghela nafas dan kembali fokus dengan jalannya.

Mereka sampai di sebuah pintu. Dengan tanda bertuliskan ICU. Di depan ruangan ada beberapa orang yang tengah duduk disana. Ada orang tua Gyujin, Jisung dan kakak perempuannya. Kim Jisoo yang terpaksa meninggalkan kuliahnya di Sydney hanya untuk menemui sang adik tiri. Chan mendatangi keluarga kecil itu. Tapi langkahnya terhenti saat seorang pria paruh baya dengan jas putih baru saja keluar dari ruangan ICU. Keluarga kecil itu berhamburan mendatangi dokter itu. Di ikuti Chan dan Eunmi.

“bagaimana keadaan anak saya dok?” tanya ayah Gyujin dengan khawatir

“dia sudah sadar dari kritisnya, tapi kondisinya belum stabil. Jadi jika kalian ingin menemuinya sebaiknya jangan terlalu lama, takutnya itu akan berpengaruh pada keadaannya.” Jelas sang dokter

“kalau begitu saya permisi ingin menemui anak saya.” Ijin ayah Gyujin

“silahkan pak.” Jawab dokter itu lalu pergi meninggalkan mereka

Orang tua Gyujin pun berjalan masuk ke dalam ruangan ICU. Meninggalkan anak mereka yang lain berada di luar ruangan. Kedua anak itu kembali duduk. Jisoo yang menyadari jika ada orang yang datang menghampiri mereka kembali beranjak. Menatap dua orang dengan setelan baju yang sama. Chan dan Eunmi. Keduanya tersenyum kecil melihat kakak perempuan Gyujin. Di balaslah senyuman itu dengan hangat.

[1] Baper | Han Gyujin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang