48

28 11 37
                                    

Happy Reading^^

----
  



“oh iya katanya lu mau nanya sesuatu sama gue.”

“eh iya sih.”

“emang lu mau nanya apa? Pasti mau nanya gue masih sayang enggak sama lu. Iya kan?”

Spontan Eunmi menggeleng cepat. Ia langsung memukul bahu Chan dan membuat laki-laki itu sedikit kehilangan kendali di kemudinya. Sementara Eunmi hanya bisa tertawa kecil melihat wajah terkejut laki-laki di bangku kemudi itu saat mendapatkan pukulan yang sedikit lumayan. Lumayan sakit.

“malah ketawa nih anak, lu mau nanya apa sih mimi?” tanya Chan lagi

Eunmi diam sejenak. Ia sedikit berfikir. Apa ia harus bertanya atau tidak. Tapi ia cukup penasaran. Terlebih pada kata pergi yang sempat di ceritakan Mina kemarin. “Gyujin mau pergi kemana Chan? Kata Mina kalian ngobrol dan bahas pergi-pergi gitu. Gyujin enggak kenapa-napa kan?” tanyanya dengan penasaran

Kali ini Chan lah yang diam. Sorot matanya memang menatap jalanan. Tapi pikirannya. Menerawang jauh. Seakan-akan memang ada jawaban untuk pertanyaan Eunmi saat ini. “pliss Chan kasih tau ke gue. Apapun itu, gue cuman pengen tau Gyujin kenapa. Itu aja.” Lanjut Eunmi

“hmm jadi sebenarnya–“ Chan menggantung ucapannya. Sesekali ia menatap Eunmi yang duduk di bangku sebelahnya. Ia nampak berharap laki-laki itu menjawab pertanyaannya sekarang. Chan pun menghela nafas panjang. Sembari tetap fokus dengan mengemudinya.

“Gyujin itu–“

***

Hari itu tepat di hari dimana Chan mendapatkan penolakan telak dari Eunmi. Gadis itu menolaknya. Hanya karena sahabatnya sendiri. Gyujin. Hari itu pula ia berniat menemui laki-laki itu. Sekedar bertanya apa sahabat karibnya itu menyukai gadis yang Chan suka. Tepat di lapangan basket kompleks perumahan. Tepat pukul delapan malam, Chan duduk di sebuah bangku pinggir lapangan. Memainkan ponselnya sembari menunggu Gyujin datang.

Beberapa kali ia melihat sekeliling. Sekedar melihat apa orang yang ia tunggu datang atau tidak. Sampai ia putuskan untuk kembali memainkan ponselnya. Beberapa saat pun berlalu, tampa di sadari Chan, seseorang datang diantara gemuruh langit malam yang mendung. Dia Gyujin, laki-laki dengan kaus berwarna hitam polos dan jeans berwarna cerah. Ia mendatangi Chan yang masih sibuk dengan permainan onlinenya di ponsel.

“heh!!” Gyujin mengejutkannya. Membuat Chan langsung menatapnya dengan wajah yang bisa di bilang tidak cukup baik. Wajah dingin. Tampa mempedulikan sikap Chan, Gyujin langsung saja duduk di sebelah laki-laki itu. Sekila ia melihat ke arah Chan yang tengah menaruh ponselnya di saku celana. “lu udah lama disini?” tanyanya

Tidak ada jawaban. Chan malah memalingkan wajah. Menatap Gyujin dengan wajah dinginnya itu. “langsung aja deh jin, lu suka enggak sama Eunmi?” tanyanya balik

Sontak Gyujin mulai kikuk di posisinya. Secara tidak langsung Chan menangkap basah dirinya. Menyukai gadis yang sama dengan Chan. “m-m-maksud lu apa Chan?” tanyanya belaga tidak tahu apapun

Chan pun menghela nafasnya kasar. Di dalam hati ia mulai bersumpah serapah. “gue tadi habis nembak Eunmi dan dia nolak gue.” Penjelasan itu pun terhenti sejenak. Seakan memberi jeda Chan untuk membombardir Gyujin dengan seluruh kesalahannya yang sudah membuat Eunmi menyukainya.

“dan itu semua gara-gara lu, dia suka sama lu.” Lanjutnya

Gyujin diam. Ia bingung ingin merespon apa selain diam. Rasanya memang tidak ada satu katapun yang bisa ia ucapkan untuk sahabatnya itu. Disisi lain Chan mulai jengah dengan situasi ini. Laki-laki itu pun bangkit dari bangku. Dengan sesekali menendang pagar besi yang menutupi lapangan itu. Kemarahan pun mulai kembali menyelebunginya. Membuat Chan menatap Gyujin yang masih betah diam itu dengan nanar.

“sekarang jawab pertanyaan gue jin, lu suka sama Eunmi?” tanyanya

Hening tidak ada sebuah jawaban disini. Gyujin menghela nafasnya. Ia bangkit dari bangkunya. Berdiri di hadapan Chan. Lalu di tatapnya Chan dengan sebuah anggukan pelan sebagai jawaban. Rahang Chan mulai mengeras. Sekeras kepalan tangan yang ingin rasanya ia berikan pada Gyujin, sahabatnya.

bangsat lu jin!!” maki Chan bersamaan dengan pukulan yang mengenai wajah Gyujin

Gyujin pun mulai tidak seimbang. Tangan kanannya mulai menyentuh bagian yang perih itu. Di tatapnya Chan lagi. Dengan wajah yang sedikit membiru di sekitar pipinya. “maaf Chan.” Sesalnya

“maaf kata lu? Segampang itu lu ngomong maaf ke gue ha? Setelah apa yang lu renggut selama ini dari gue?” Chan tertawa sinis. Sungguh apa ini terlihat hanya sebuah masalah kecil untuk Gyujin. Ini sebuah masalah besar. Bug. Sebuah pukulan kembali mengenai wajah Gyujin yang terlihat begitu pasrah hari ini. Kali ini pukulan itu membuatnya jatuh tersungkur.

Chan pun berjongkok. Menatap Gyujin yang masih belum bangkit dari jatuhnya. “asal lu tahu aja, lu udah ambil semuanya dari gue dan gue makin benci gara-gara lu ambil Eunmi dari gue.” Jelasnya

“dulu gue masih bisa wajarin waktu lu ngambil posisi gue jadi anggota tim futsal sekolah waktu SD, karena gue tahu posisi gue gimana waktu itu. Habis itu gue masih bisa sabar waktu lu ambil posisi gue di keanggotaan OSIS, karena gue tahu lu punya orang dalem dan gue enggak. Tapi gue mulai kesel sama lu pas orang tua gue mulai bandingin lu sama gue. Rasanya lu itu anak mereka bukan gue. Terus gue makin kesel lagi pas gue tahu ternyata Eunmi suka sama lu. Apa itu adil buat gue?”

Chan memiringkan kepalanya menatap wajah Gyujin yang mulai menatapnya kali ini. Bahkan ia mulai bangkit dari jatuhnya. Chan yang masih kesal itu pun bangkit. Menatap Gyujin yang sudah berdiri di hadapannya.

Tangan Chan mulai mengepal. Membuat satu pukulan lagi di dapatkan Gyujin. Meskipun itu hanya membuat tubuh Gyujin sedikit tidak seimbang. “itu enggak adil jin, enggak adil!! Kenapa harus lu yang beruntung disini? kenapa ha?”

“m-m-maafin gue Chan, gue enggak–“

Bruk. Tubuh Gyujin terjatuh.

***

Ruang UGD nampak seperti ruangan paling mencekam untuk Chan. Terlebih setelah ia mendapati jika Gyujin mimisan saat jatuh pingan tadi. Padahal ia tidak memukul tepat di hidungnya. Orang tua Gyujin yang sudah datang dari tadi terlihat khawatir di tempatnya. Tampa peduli jika Chan yang mulai ketakutan di posisinya. Ia hanya takut ini karenanya itu saja. Chan tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Gyujin seperti in karenanya.

Pintu terbuka. Seorang laki-laki paruh baya keluar dari ruangan. Dengan jas putih ia mendatangi keluarga pasien yang ia tangani tadi. “keluarga Han Gyujin?” tanyanya pada orang tua Gyujin

Ibu Han mengangguk. “anak saya bagaimana dok?” tanyanya di rangkulan sang suami

“dia tidak apa-apa, dia hanya pingsan. Tapi saya sarankan untuk jangan membuatnya berfikir terlalu berat. Ini akan mempengaruhi penyakitnya nanti.” Jelas Dokter

Mendengar itu Ayah Gyujin menaikkan sebelah alisnya heran. “penyakit? Maksud dokter apa?” tanyanya

“apa bapak dan ibu tidak tahu?” keduanya menggeleng. Tanda jika Gyujin belum memberitahukan hal ini pada kedua orang tuanya.

“Gyujin mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. Sebenarnya ia harus menjalani kemo terapi, tapi karena Gyujin tidak mau jadi saya hanya memberinya obat untuk rawat jalan.” Jelasnya

Sedetik setelah penjelas itu, Ibu Gyujin mulai terisak. Ia tidak berdaya dengan kenyataan yang ia dengarkan. Di sisi lain sang ayah mulai memeluk sang istri dan membiarkan dokter itu pergi. Melewati mereka dan juga Chan yang masih terkejut dalam diamnya.

***







Tbc.

Kejawab ya😢
Jangan sedih ya kalau ending work ini bakalan sad ending😂

Aku juga mau nunjukin sesuatu disini :v

Aku juga mau nunjukin sesuatu disini :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fotonya bang kogyeol 😂


Udah sih itu aja :")

Jangan lupa votementnya temen-temen😍
See ya🌻
yeolki_

[1] Baper | Han Gyujin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang