Duapuluh Tiga

26 4 1
                                    

Alina sudah rapi untuk berangkat sekolah di pagi ini, sengaja bangun awal karna setiap senin sekolah akan melakukan kegiatan rutin Upacara Bendera. Alina menyisir rambut nya dan menyelipkan pita kecil berbentu buah cerry di rambut nya yang lebat dan hitam, beberapa waktu lalu ia telah memotong rambut nya dan kini tak begitu panjang lagi.

Alina turun dengan penuh semangat dan di buat kaget dengan ada nya laki-laki yang seumuran dengan nya tengah membantu Zuba menyiapkan sarapan untuk nya.

Dengan perlahan ia menuruni tangga dengan perasaan sedikit tak percaya, Alando yang mengetahui kehadiran Alina langsung melempar senyuman manis. Dan Alina pun membalas nya.

Alina pun duduk di meja makan di susul dengan Wijaya yang sudah rapi dengan jas Abu-abu pagi ini. Sama seperti Alina, Wijaya pun sedikit kaget dengan kehadiran Alando di sini.

"Alando, udah di sini aja kamu" tanya Wijaya yang sudah duduk di kursi nya.

"Hehe iya om, mau jemput Alina, sekalian tadi liat tante siapin makanan jadi Alando Bantuin" ucap Alando.

"Nak Alando nih baik loh sopan pula, menantu idaman pokok nya" ucap Zuba yang kini juga sudah duduk dan mengoles roti nya dengan selai.

Alina hanya diam tak berbicara, ia hanya melirik Alando dengan pandangan tak percaya, dan akhir nya mengambil roti lalu memakan nya.

"Alando udah mau lulus ya, mau lanjut kemana" tanya Zuba.

"Belum tau sih tante, kek nya lulusan ini mau lanjutin usaha orang tua dulu" balas Alando.

"Wah bagus tuh, syukur-syukur bisa jadi penerus, oh iya itu adik kamu cowok kelas berapa?" Wijaya menambahi.

"Olando, seumuran sama Alina om" jawab nya.

Alina hanya diam mendengarkan percakapan mereka dan fokus pada makanan nya.

"Alina, jangan diem dong ajakin ngobrol" ucap Zuba yang dari tadi melihat tingkah Alina yang tak seperti biasa.

"Kalian asik sendiri yaudah Alina diem hehe" kini senyum nya mulai terlihat.

**

"Ahh ini motor kenapa lagi sih, perasaan gue mah udah servis, bensin juga masih full" keluh seorang remaja laki-laki yang sudah berseragam rapi dan memakai hoddie Hitam kesayangan nya.

Ia berhenti di jalanan sepi yang jarang di lewati motor di pagi itu, ia sedang melihat keadaan motor nya yang tiba-tiba mogok, sesekali menekan tombol di handphone nya menandakan ia sedang menelfon seseorang, namun tak ada jawaban disana.

**

"Bunda, Ayah, Alina berangkat dulu yaa, eumm kali ini sama Alando berangkat nya" Alina berpamitan dan mencium tangan kedua orang tua nya, di ikuti Alando.

"Pelan-pelan ya naik motor nya" pesan Wijaya yang sudah berdiri di depan pintu bersama Zuba.

Alando pun menyodorkan helm kepada Alina, dan sesekali Alina mencium helm itu, dan melihat kondisi helm nya.

"Tenang, abis gue cuci, yaelah" ucap Alando sedikit jengkel.

"Yeuh, kan lu jorok biasa nya, ini tumben" jawab Alina sedikit meledek. Lalu memakai helm tersebut.

Akhir nya kedua nya pun meninggalkan halaman rumah Alina.

**

"Lu kenapa, sakit apaan pagi-pagi jemput gue" tanya Alina di atas motor yang sedang di kemudi Alando.

Alando AlinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang