Tigabelas

54 10 8
                                    

Pagi pun tiba namun Alina belum merasakan kemajuan obat yang ia minum dari resep dokter kemarin sore, dengan mata sayu Alina membuka mata dan rebahan di kasur empuk nya, pintu kamar Alina di ketuk beberapa kali ternyata Zuba membawa kan makanan untuk Alina, dengan membawa nampan kecil berisi segelas susu, obat, dan bubur favorit Alina, dengan wajah cemas ia masuk dan duduk di samping putri nya tersebut.

"Alina, makan dulu ya" ucap Zuba kali ini lembut.

"Emang kata dokter apa sih bun, badan Alina masih sakit loh padahal asma yang kambuh" ucap Alina tiba-tiba meronta.

"Ya kamu butuh istirahat dulu kecapean kamu itu al" balas Zuba dengan menyuapi Alina.

"Sekarang bunda tanya kenapa bisa kambuh?" pertanyaan Zuba membuat Alina terkejut.

Dengan nada bingung Alina mencoba meyakinkan Zuba bahwa tidak ada kejadian yang harus di curigai, meskipun kenyataan berbanding terbalik, mungkin saja saat masuk nanti Kutai akan menjahili bahkan menyakiti nya lebih dari ini apalagi saat Kutai tau bahwa Alina harus memakai inhaler untuk sakit nya.

"Alina bunda tanya kenapa gak di jawab, malah bengong" Zuba membuyarkan lamunan Alina.

"Ehh, eumm gak apa-apa kok bunda cuma Alina kecapean kaya nya" Alina berbohong.

"Alina, bunda tau Alina anak baik Alina anak jujur kan?" Zuba mencoba merayu agar Alina mau berbicara sesungguh nya, namun memang Alina tidak mau kejadian ini di ketahui oleh orang tua nya.

"Engga bunda, Alina gak apa-apa semua baik-baik saja" Alina meyakinkan.

Zuba pun akhir nya menyerah dan terus menyuapi Alina agar makan dan segera minum obat lalu istirahat lagi.

**

Di sekolah an Morikha sudah membuat janji pada Alando dan Nikho jika akan bersama-sama menjenguk Alina di rumah, saat pulang sekolah mereka dengan menaiki motor melayu ke rumah Alina kali ini Morikha di bonceng oleh Nikho, di jalan mereka mampir ke tokoh buah untuk Alina, sedangkan Nikho membeli bunga yang cantik untuk Alina, pandangan Alando langsung tertuju pada Nikho, ia merasa bahwa Nikho memang memiliki perasaan lebih pada Alina, namun Alando tidak peduli bagi nya Alina tetap wanita yang akan ia perjuangkan, Alando pun memilih membeli coklat untuk Alina.

Setelah ketiga nya membeli buah tangan untuk Alina dengan cepat mereka menuju rumah Alina.

Sesampai nya di rumah Alina Alando dan Nikho memarkirkan motor nya, terlihat motor milik zuba terpakir kan tanda Zuba hari ini tidak bekerja untuk menjaga Alina.

Morikha pun mengetuk pintu rumah Alina yang ber cat warna putih tersebut.

"Assalamualaikum" suara Morikha terdengar kencang namun belum ada jawaban, Morikha pun mengetuk nya untuk ke dua kali, akhirnya pintu di buka kan oleh Zuba.

"Waalaikumsalam, eh temen-temen nya Alina ya" sapa Zuba ramah.

"Hehe iya tante, Alina nya ada gak?" balas Morikha.

"Ada kok mari masuk dulu" ajak Zuba agar mereka masuk ke dalam rumah.

Akhirnya mereka pun masuk dan duduk di ruang tamu yang ber sofa warna gold tersebut, Alando memandangi design rumah Alina dan foto Alina waktu masih kecil yang terpajang di meja dan dinding sebagai hiasan,pandangan mata nya tertuju pada sebuah foto lelaki seusia nya tengah mengendong Alina dengan senyum bahagia nya tersebut

"Mau minum apa kalian?" tanya Zuba.

"Gak usah tante kita mau jengukin Alina boleh gak?" kali ini Alando membuka pembicaraan, terlihat memang Alando tak sabar melihat langsung kondisi Alina saat ini, dan ingin sekali meminta maaf atas pembicaraan nya tentang Kutai kemaren sore.

Alando AlinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang