Pagi hari yang cerah, Alina terbangun dari tidur panjang nya, ia masih menggenggam handphone dari semalam, Alina merasa lebih sehat dari sebelum nya, ia pun bangkit dan segera mandi dan memakai seragam yang di pajang dalam lemari nya. Alina menyiapkan buku-buku yang akan ia pelajari di sekolah nanti. Ketika semua terasa sudah selesai Alina pun turun untuk sarapan.
Terlihat Zuba tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya, Zuba yang kini memakai seragam kantor berwarna hitam memeperlihatkan ke anggunan meskipun umur nya sudah masuk kepala 4, Alina turun dan duduk di kursi nya.
"Kamu udah sehat al?" ucap Zuba yang kini sedang mengambil nasi untuk Wijaya nanti.
"Aku udah baikan bunda lagian bosen pengen sekolah" ucap Alina yang sudah terlebih dahulu menyantap sarapan nya itu.
"Ah kamu bosen apa mau ketemu sama Alando, eh dia ganteng juga ya" ledek Zuba.
Alina berhenti mengunyah makanan yang ada di mulut nya sesekali ingin berteriak kencang mendapatkan malaikat seperti bunda nya tersebut, Alina melirik Zuba dengan tatapan kosong membuat Zuba semakin geli menggoda anak nya tersebut.
"Itu kamu kenal juga sama Nikho? Kok dia segala bawa bunga, emang kamu demit makan nya bunga" tawa Zuba memecah keheningan.
"Ikhh bunda, ya Allah Alina lagi makan ini" rengek Alina kesal.
"Haha yaudah sana makan siapa suruh teriak-teriak" jawab Zuba santai.
Alina mencoba untuk tetap sabar bagaimana pun dia adalah orang tua Alina dan malaikat Alina. Terlihat wijaya keluar dari kamar sambil menenteng tas kerja milik nya, terlihat sedang merapikan kancing tangan kemeja nya.
"Waduh pagi-pagi ibu sama anak udah ribut aja ya" ucap Wijaya yang masih berdiri menatap Alina yang lahap makan.
Alina tak menjawab ia hanya melirik sinis ke arah Zuba yang merasa menang telah membuat anak gadis nya kesal.
Wijaya pun duduk dan memakan sarapan yang sudah di sediakan Zuba.
"Kamu udah sehat al?" tanya Wijaya.
"Udah kok udah baik an yah" jelas Alina.
"Syukur deh kalo gitu" Wijaya lega.
Setelah selesai sarapan Alina dan wijaya pun berangkat bersama, dalam perjalanan Alina mengobrol dengan Wijaya yang tengah memegang kemudi sedangkan Alina duduk di bangku depan dekat Wijaya.
"Emang beneran kamu deket sama yang namanya Alando Al?" tanya Wijaya membuat Alina kaget.
"Hemm bukan ayah kita cuma temen kok" jawab Alina dengan mimik wajah yang kusut.
"Tapi kemaren kan dia nungguin kamu di UKS terus kata bunda dia jengukin kamu" pancing Wijaya.
"Nothing, kita cuma sebatas Kakak kelas sama Adik kelas yah" ucap Alina mengelak.
"Ouh okee" Wijaya pun percaya pada ucapan putri nya tersebut
"Pasti ayah udah di ceritain sama bunda kan, awas aja tuh bunda" umpat Alina.
"Hahaha gak udah lah jangan di perpanjang" Wijaya terkekeh mendengar ucapan Alina baru saja.
Akhirnya mereka pun sampai di sekolahan Alina, Alina pun turun dan ber pamitan pada Wijaya.
Alina pun berjalan menuju halaman sekolah dan bertemu dengan Morikha.
"Alinaaaaaaaa" teriak Morikha dari kejauhan yang sedang berlari kecil menghampiri Alina
"Ohh shitt, momo" maki Alina kesal.
"Hayyy gimana udah sembuh lu?" tanya polos Morikha.
"Kalo belum sembuh ngapain gue disini" goda Alina.
"Ahh serah lu deh yaa" kali ini Morikha menyerah berdebat sama Alina sahabat nya tersebut.
Mereka pun berjalan menuju kelas dan melewati beberapa kelas, tiba-tiba ia bertemu dengan Kutai.
Kutai yang berangkat seorang diri kini berhadapan dengan Alina, tinggi nya pun melebihi Alina yang hanya se pundak cowok jangkung tersebut.
"Sehat lo?, gue kira kritis masuk rumah sakit" ucap Kutai sadis.
Alina hanya diam tak menggubris omongan Kutai bahkan tak melirik nya sama sekali.
"Woy gue ngomong sama lu ya" teriak Kutai mengangetkan Alina.
Namun Alina sama sekali tidak meladeni perkataan Kutai, Alina justru meledek nya.
"Aduh mo kuping gue kek nya congean nih, siapa sih yang ngomong dikira hutan apa yak" sinis Alina.
Alina pun pergi bersama Morikha meninggalkan Kutai yang amat kesal dengan perkataan Alina baru saja.
Kutai pun melirik punggung Alina yang mulai menjauh dari mata nya.
"Sehh, awas aja lu ntar, dasar anak mama" batin Kutai dengan senyum jahat nya.
**
Kelas Alina terlihat masih sepi hanya ada beberapa anak saja yang sudah berangkat.Alina dan Morikha pun duduk di bangku nya, dan mengeluarkan buku bahasa yang akan di pelajari nya.
"Gila lu al berani amat sama Kutai" Morikha memulai acara ghibah di pagi hari.
"Halah emang harus takut?" ucap Alina santai.
Morikha tak melanjutkan pertanyaan nya ia kali ini fokus membaca buku nya.
Kutai pun masuk kelas bersama dengan Gio sejak masuk ia melihat ke arah Alina , Alina pun membalas melirik nya kembali, sampai lah Kutai di kursi nya dan duduk disana.
Alina tak begitu peduli dengan kehadiran kutai di dalam kelas nya tersebut, tiba-tiba buku Morikha terjatuh dan Alina menemukan sesuatu dan mengambil nya, sebuah foto usang menampakan gadis dan anak laki-laki kecil sedang bergandengan tangan.
Alina mengerutkan dahi nya, sedangkan Morikha membetulkan posisi duduk karena tadi mengambil buku yang jatuh, Morikha pun menyadari apa yang tengah di pegang oleh Alina dan dengan cepat mengambil nya.
Alina yang kaget atas tindakan Morikha memberanikan diri bertanya.
"Siapa mo?" tanya Alina pelan.
"Gue sama sahabat kecil gue" nada Morikha kini memelas dengan mimik wajah yang tak menunjukan Morikha yang selalu ceria.
"Terus? Sekarang dimana sahabat lu itu?" tanya Alina lagi.
"Gue gak tau kita lost contact sejak SD dan gue gak tau dia dimana" Air mata Morikha tak terbendung.
Alina seperti merasakan apa yang Morikha rasakan, karena ia juga pernah merasakan kehilangan sahabat terkasih.
Alina pun menepuk bahu Morikha pelan.
"Berdoa aja semoga kalian bisa ketemu lagi mo, lu tau gak wajah dia sekarang kaya gimana" tanya Alina.
"Gue gak tau yang pasti dia punya Gelang kaya yang gue punya ini" ucap Morikha dengan menunjukan gelang di dalam tas nya. Gelang kecil berwarna merah yang sudah terlihat lama.
"Kok lu gak pake?" selidik Alina.
"Takut ilang makanya di simpen sama gue" jawab Morikha.
Alina mengangguk faham dan berharap semoga sahabat Morikha cepat di pertemukan dengan nya, ia tak mau Morikha merasakan kepedihan yang dulu pernah di rasakan nya kehilangan sosok terkasih setelah orang tua nya.
Guru pun masuk ke kelas dengan cepat Morikha menyudahi kesedihan dan menghapus air mata nya, kedua nya pun fokus belajar di pagi ini.
Maaf ya terlalu pendek😄biar pada kepo
Jangan lupa Vote yaa pencet tombol bintang di pojok kiri bawah karena itu berarti buat Author🤗🙏🏻
![](https://img.wattpad.com/cover/198884156-288-k141310.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alando Alina
Romance"Aku Selalu Memerhatikan Mu Dalam Diamku. Selalu Mencoba Mengertimu Dalam Diamku. Selalu Mencoba Menjadi Yang Kamu Mau Meski Aku Diam" -AlandoQomaruzzaman. "Aku Bukan Termasuk Wanita Egois namun Pasal Kehilangan mu Aku Akan Menjadi Wanita Paling Eg...