Ketika Tuhan berkehendak lain manusia sebagai hambanya hanya bisa pasrah dan ikhlas atas apa yang Tuhan beri dan ambil dari mereka. Sejam yang lalu Alyn baru menyiapkan makanan untuk suaminya. Sejam yang lalu suaminya merengek seperti bayi manja sekali. Tidak disangka itu adalah pertemuan dan percakapan terakhir mereka. Nama Sehun Megantara tertulis dalam nisan itu. Alyn duduk bersimpuh sekuat mungkin menahan sesak dan tangis. Sehun meninggalkannya begitu cepat tanpa kata perpisahan. Alyn menggenggam kuat tangannya yang memeluk erat buah hati mereka. Matanya menerawang betapa menyesalnya Alyn ketika dia belum menjadi sosok istri dan Ibu yang baik untuk Sehun dan putrinya. Alyn memejamkan matanya air matanya turun begitu saja. Berusaha untuk tidak menangis namun pertahanannya runtuh tak kuasa mengingat betapa sudah berusahanya Sehun selama ini meyakinkan Alyn bahwa cinta Sehun hanya untuknya.
"Kenapa kamu pergi ninggalin aku sama Selyn secepat ini? Bahkan gak ada kata perpisahan keluar dari mulut kamu. Kenapa Hun? Sehun... aku gak siap kalau harus membesarkan Selyn tanpa kamu..." Monolog Alyn. Alyn memejamkan matanya kembali tak kuasa menahan air mata.
"Mama...Mama...Papa mana ayo puyang?" Rengek Selyn kecil yang belum pandai berbicara itu. Dada Alyn kian sesak mendengar putrinya yang belum tahu apa - apa soal kematian Ayahnya.
"Lyn, lo yang kuat ya. Ikhlasin kepergian Kak Sehun biar dia tenang disana." Rengkuh Avi sahabat Alyn.
"Gue gak tau lagi Vi, gue bingung dia ninggalin gue secepat ini..."
"Lo harus kuat,..."
Mama Sehun pingsan berkali kali berharap itu hanyalah mimpi namun, ketika beliau sadar kenyataan tidak bisa dipungkiri Sehun Megantara Anak semata wayangnya telah meninggalkannya pergi untuk selamanya. Bagaimana bisa harusnya Sehun yang menguburkannya, yang mengantarkannya ke peristirahatan terakhir justru Mama Sehun menyaksikan putra kesayangannya itu dimasukkan ke liang lahat.
"Dek, kamu yang sabar ya. Adek Abang itu orang yang kuat, kamu harus ikhlasin kepergian Sehun. Abang yakin Sehun juga gak mau ninggalin kamu secepat ini tapi Allah lebih sayang Sehun. Kamu yang kuat ya." Taehyung memeluk Adiknya itu erat.
Semua yang mendengar kepergian Sehun yang tiba - tiba ini mengalami shock. Termasuk Chanyeol, baru beberapa hari yang Sehun meminta Chanyeol untuk bertemu dengannya ternyata itu adalah pertemuan terakhir mereka.
Chanyeol kembali mengingat pertemuannya sekitar dua hari yang lalu. Sehun meminta Chanyeol menemuinya di starbuck dekat dengan rumah Chanyeol. Sempat heran, namun Chanyeol mikir mungkin memang dia gak boleh seperti anak kecil lagi yang tidak mau menemui Sehun hanya karena dia masih mencintai istri Sehun.
"Ada apa Hun? Tumben sekali."
"Bagaimana kabarmu Chan?" Tanya Sehun tersenyum.
"Ya seperti yang lo lihat" Jawab Chanyeol singkat.
"Ya kayaknya si lo sehat - sehat aja." Jawab Sehun sambil meneguk kopinya.
"Lo belom jawab pertanyaan gua Hun, tumben ngajak ketemu."
"Ya, gue pengen membangun hubungan baik sama lo. Gue sadar gue dulu jahat banget sama lo. Gue udah ngerebut Alyn dari lo."
Chanyeol menghela nafas, "Sepertinya Alyn juga bahagia sama lo jadi ya gue sebagai temannya mendoakan kalian semoga selalu baik. Gue seneng dia menemukan kebahagiannya."
"Tapi Yeol," Sehun menjeda ucapannya yang membuat Chanyeol menoleh kearahnya. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Chanyeol.
"Nggak, nggak tau kenapa gue ngerasa harus nitipin Alyn sama anak gue ke elo."
Chanyeol memicingkan mata, " Maksud lo? Lo mau ninggalin Alyn lagi gitu? Hun, gue kan udah bilang sama lo. Kalau sampai lo nyakitin Alyn lagi gue gak akan segan - segan ngambil dia dari lo. Lo mau kemana hah?!" Tanya Chanyeol sedikit emosi.
![](https://img.wattpad.com/cover/117412165-288-k303825.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting Pregnant
Фанфик#1 Ranking on Shortstory [22 November 2018] "Kak Tanggungjawab!" "mending kamu gugurin aja. Aku belum siap jadi ayah!"