sixteen

3.3K 285 10
                                    

Catatan kematian kamis, 14 juni 2017 pukul 21:05.



Sore itu pertemuan chanyeol dan nina yang ingin melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Sore itu, alyn sebagai saksi cinta mereka. Sore itu, detik dimana chanyeol serius ingin melupakan cinta sepihaknya. Sore itu, semua tinggal janji, semua tinggal kenangan, semua hanya tinggal untaian-untaian kata yang mengapung sia-sia.

Chanyeol kedua kalinya kehilangan cinta saat kondisinya ingin mencinta.

Nina pergi,
Pergi selamanya dari hidupnya. Perempuan yang sabar, setia menunggu balasan cintanya. Perempuan yang menahan lara saat prianya mencintai gadis lain.

Chanyeol tidak kuasa menahan sesak. Tangisnya pecah, memeluk perempuan yang wajahnya pucat pasih serta bibir membiru terbujur kaku di ranjang rumah sakit.

Sejam yang lalu, perempuan itu masih tersenyum dengan luka di sekitar keningnya. Tidak banyak luka yang nina dapat, namun benturan keras di kepala bagian otak kecil, penyebab hilangnya nyawa gadis cantik itu.

Nina tersenyum, menyampaikan untaian kata yang masih terngiang di ingatan seorang chanyeol winata.

"Sayang..." ucapnya lemah, melepas alat bantu pernafasan. tangannya membelai pipi chanyeol.
"kamu masih lemah. Istirahat dulu, Jangan banyak gerak." kata chanyeol khawatir.
Nina menggeleng
"kakak kenapa nangis?"
"kamu masih nanya kenapa aku nangis? Aku gak mau kehilangan kamu!"
"kehilangan? Aku akan selalu ada buat kakak kok. Kakak jangan sedih ya. Aku pergi, tapi aku akan selalu disini." kata nina menunjuk dada chanyeol.

"kamu pasti sembuh. Jangan ngomong gitu."
"I love you chanyeol winata..."

Lost...
Garis lurus di monitor menandakan denyut nadi seseorang berhenti. Nina pergi untuk selamanya.

Chanyeol diam.
Pandangannya lurus, tatapan kosong.
Chanyeol merasa bersalah. Chanyeol menyesal tidak mengantar gadisnya terlebih dahulu. Jika chanyeol yang mengantar pasti tidak akan seperti ini kejadiannya. Chanyeol menjabak rambutnya. Berputar dengan fikirannya yang berkata "seharusnya dengannya, maka peristiwa yang menimpa nina tidak akan terjadi."

Alyn memandang chanyeol iba. Di dekatinya chanyeol. "kak gue ngerti lo sedih. Tapi lo jangan nyalahin diri lo sendiri kak." katanya nyentuh pundak chanyeol.

"lo gak ngerti lyn, gue salah, gue banyak salah selama ini sama nina. Kalau aja  gue anterin dia, kalau aja tadi gue berusa-"

"sttt! Cukup kak jangan nyalahin diri lo. Ini semua takdir, nina pergi karena tuhan sayang sama nina kak. Lo jangan kayak gini, biarin nina tenang disana." kata alyn memeluk chanyeol berusaha menenangkan sahabatnya.

Alyn sangat sedih, kenapa disituasi seperti ini dirinya kehilangan sahabatnya. Meski alyn berusaha menahan tangis, namun tangisnya pecah juga. Nina sahabat sekaligus pacar sahabatnya. Bahkan kalimat terakhir di rumah sakit yang nina ucapkan terngiang jelas di telinganya.

"gue nitip kak chanyeol ya lyn. Bahagiain dia. Gue tau kak chanyeol itu sayang banget sama lo." ucap nina tersenyum lemah. Bahkan wajah cantiknya tidak hilang meski wajahnya sangat pucat.

"lo ngomong apa sih nin, lo tu harus sembuh. Lo kan mau nikah sama kak chanyeol."

"lo yang harus nikah sama dia. Lo harus besarin anak lo sama kak chanyeol." alyn tercekat dengan ucapan nina. Darimana nina tahu semuanya. Tapi ini bukan anak chanyeol.

"lo tau darimana? Tapi ini bukan..."

"gue tau itu bukan anak kak chanyeol. Tapi gue gak mau sahabat gue besarin anak sendiri lyn."

"darimana lo-"
"gue tau, kak sehun pergi ninggalin lo gitu aja kan? Lyn gue sayang sama lo. Gue yakin kak chanyeol itu masih mencintai lo." nina melepaskan cincin di jarinya, lalu memasangnya pada jari alyn.
"nin lo apaan sih" tolak alyn.
Nina ngegeleng, "ini buat lo, lo orang yang tepat buat kak chanyeol. Gue mohon setidaknya lo bisa jagain cincin ini buat gue lyn."

"tapi gue-"

"lo orang yang tepat buat kak chanyeol."

Alyn menutup matanya masih menenangkan chanyeol. Yang terus menangis di pusaran makam nina.

Chanyeol winata sosok yang kuat, alyn tahu itu. Namun, kehilangan cinta untuk yang kedua kalinya alyn merasa chanyeol tidak akan baik - baik saja. Alyn harus selalu berada di samping chanyeol. Menguatkan sahabat yang amat sangat ia sayangi.

"kak pulang yuk, udah sore."
"nggak, gue mau nemenin nina disini."
"nanti lo sakit kak, dari kemarin lo belum makan."

"biarin lyn, biarin gue nyusul nina!"

"kak chanyeol! Lo fikir dengan lo kayak gini nina bakalan senang? Nina sedih kak disana kalau lo bersikap kayak gini," suara alyn meninggi namun bibirnya bergetar kala mengatakan itu. alyn menyentuh pundak chanyeol, "sekarang ayo kak, kita pulang." kata alyn lirih.

Chanyeol menoleh lalu mengangguk yang di sambut senyuman alyn.

Semua manusia yang bernyawa akan kembali ke pangkuan tuhan. Namun, chanyeol merasa tuhan terlalu cepat dan tidak memberikannya kesempatan untuk membalas cinta gadis itu padanya.

Apakah seberdosa itu dirinya?
Saat mencintai tak berbalas.
Saat di cintai tak membalas.
Saat ingin mencintai, tuhan tak mengizinkan justru mengambilnya dari sisi chanyeol.

Chanyeol berusaha berprasangka baik kepada tuhan. Munkin, tuhan menginginkan chanyeol untuk menata diri dan memperbaiki dirinya. Apakah ia pantas sudah di cintai atau harus menunggu sedikit lebih lama.

Kini gadisnya telah pergi untuk selamanya.

"kak jaga alyn dan bayinya. Sayangi bayi alyn seperti darah daging kakak sendiri. Alyn sahabatku kak, aku sangat menyayanginya."

Chanyeol menutup matanya. Tanpa nina mintapun chanyeol pasti akan lakukan itu.

Getting PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang