thirty eight

2.2K 248 10
                                    

"Aku semakin serakah." kata Sehun masih memeluk Alyn.

Alyn diam nggak bereaksi dia biarkan Sehun mengutarakan apa yang mau Sehun katakan Alyn ingin dengar.

"Tadinya aku melepasmu. Lalu aku mengambilmu kembali secara paksa dari orang yang kamu sayangi. Tadinya aku hanya ingin namaku yang tertulis di akta anak kita nanti tapi aku makin serakah, aku ingin namaku juga tertulis di hatimu dan fikiranmu. Hanya ada aku bukan orang lain. Aku tau perasaan kamu ke aku mungkin udah nggak ada sisa tapi aku semakin serakah ingin perasaan kamu ke aku dulu balik lagi."
Alyn masih diam.

"Lyn, masih ada nggak kesempatan buat aku?"

Alyn melepas pelukkan Sehun, menatap Sehun lekat.
"Kamu tau nggak?"
Sehun cuma menatap Alyn lekat setia mendengar apa yang akan Alyn ucapkan.
Alyn tersenyum, "Kamu yang bikin aku jatuh cinta bukan karena wajahmu aku memang sesayang itu dulu sama kamu." kata Alyn.

Sehun tertegun sedalam itu rasa cinta Alyn terhadapnya namun Sehun sia - siakan dulu. Sehun semangkin merasa bersalah matanya sudah mengiba.

"Kamu yang bikin aku cemburu."

"Cemburu? Kamu cemburu?" tanya Sehun.

"Iya, waktu kamu sama mantan kamu jalan. Aku nangis tauk terus Kak Chanyeol nenangin aku." sambung Alyn lagi.

Chanyeol lagi, Chanyeol memang sosok penolong dalam hidup Alyn.
Sehun menyesal, menyesal membuat Alyn melihat kearah Chanyeol dan berpaling darinya.

"Sebelum kita jadian." lanjut Alyn lagi.

Sehun tersenyum hambar ada rasa senang Alyn pernah cemburu padanya tidak hanya Sehun yang mencintai Alyn sendirian tapi mereka saling mencintai, dulu.

"Aku nggak tau apa kamu masih pantes aku kasih kesempatan. Tapi, aku cuma manusia biasa bukan tuhan. Tuhan saja maha pemaaf pada manusia pendosa apalagi aku cuma manusia. Aku sudah memaafkanmu, Hun. Kalau aku nggak maafin kamu munkin aku bersikeras nggak mau nikah sama kamu." terang Alyn.

Sehun masih nggak ngerti Alyn memberikan jawaban yang membuat Sehun bingung. Tapi Sehun sudah senang Alyn memaafkannya dengan tulus tandanya Sehun masih ada kesempatan untuk memperbaiki dan membuat semuanya kembali seperti semula.

Alyn menyenggol lengan Sehun, "Bengong mulu, Mas. Nggak mau foto bareng nih?" tanya Alyn.

Sehun senyum sumringah. "Mau bangetlah, masak sama istri sendiri nggak mau, jelas aku nggak nolak kalau kamu yang ngajak." kata Sehun tersenyum.

"Aku panggil Abang ya suruh motoin."

"Eh jangan Abang, biar temen aku aja itu dia disana." tunjuk Sehun.

"Bi..." seru Sehun.

"Iya, kenapa?"

"Tolong fotoin gue sama istri gue ya."

"Siap, Eh bangke kapan lo nikah?"

"Sehun nikah? Sama siapa?" itu Dea temen satu angkatan Sehun yang naksir berat sama Sehun.

"Iya gue udah nikah sorry ya nggak ngundang lo pada."

"Gue aja nggak diundang." sahut Kai.

"Gue jugak." seru Bobby dan Lay kompak.

"Wah Sehun bener - bener tega ya lo. Hari bahagia masak nggak ngundang kita - kita." seru Chen.

Sehun menghela nafas.

"Sehun lama banget sih." Seru Alyn nyamperin Sehun.

"Lah, lo nikah sama cewek yang lo kenalin waktu di lapangan basket itu?"

Sehun cuma ngangguk.
"Sehun kamu ngapain bilang?" bisik Alyn mencubit lengan Sehun sebal.

Asli Alyn malu mereka semua senior Alyn. Dan malunya lagi Sehun pakai acara bilang sama teman - temannya kalau mereka udah nikah.

"Lyn, kamu hamil?" seru Sera teman Dea. Iya disana lagi ramai semua teman Sehun yang wisuda lagi ngumpul buat foto kelas.

Alyn cuma senyum canggung.
"Iya bini gue hamil, kasih gue selamat dong gue mau jadi Ayah." Lanjut Sehun tidak tahu malu.

"Wah - wah hebat juga ya lo, Hun."

"Mau nggak lo fotoin gue, Alyn nanti keburu bete nggak mau foto lagi."

"Takut amat lo sama bini lo Hun." seru Dio.

Beneran muka Alyn udah bete banget dari tadi dikecengin sama teman - teman Sehun.

"Kita minta fotoin Abang aja!" kata Alyn ninggalin Sehun.

"Eh Alyn beneran ngambek. Yaudah ayuk gue fotoin Hun."

"Sorry ya guys, bini gue emang akhir - akhir ini sensitif maklum bawaan orok." kata Sehun.

"Dasar bucin" kata Kai dan Lay kompak setelah kepergian Sehun dan Bi.

👁👁👁

Keesokan harinya di depan rumah Chanyeol Winata seorang cewek berparas lumayan cantik namun cukup cuek dari segi penampilannya. Terlihat daru penampilan cewek itu hanya mengenakan kemeja kotak kedodoran celana levis dan sepatu kets.

Chanyeol memandang cewek itu saat pintu baru saja dia buka.

"Cari siapa ya?"

"Cahyo, Cahyono, Chandra apa Chanyeol ya?" kata cewek itu mikir.

"Nggak ada yang namanya Cahyo, Cahyono, Chandra disini!" kata Chanyeol kesal.

"Salah alamat kali Mbaknya."

"Kalau alamatnya bener. Salah nyebutin nama kayaknya gue, bentar." kata cewek itu merogoh sakunya.
Chanyeol memutar bola matanya malas sambil ngeliatin penampilan cewek di depannya yang lagi ngescroll ponselnya. Cewek dari planet mana penampilan kayak gini nggak type Chanyeol banget, pikirnya.

"Ah, Chanyeol." gumam cewek itu.

"Mas bisa panggilin Chanyeolnya nggak?"

"Mau ngapain emang kenal?"

"Mas yang sopan ya, saya disini bertamu nanya baik - baik. Mas cuma tukang bersih - bersih disini aja songong banget. Saya calonnya Chanyeol. Sekarang Mas bisa panggilin orangnya nggak?" kata cewek itu.

"Lo waraskan? Jangan halu lo!"

"Loh Masnya kok ngegas, nggak punya sopan santun banget."

"Ya abis lo halu anjir, Gue Chanyeol! Kenal sama lo aja enggak udah ngaku - ngaku lo." seru Chanyeol kesal.

"Lo yang namanya Chanyeol?" tanya cewek itu menutup mulutnya.

Malu banget tadi ngomong apa dia. Nggak niat ngomong gitu, abis Masnya nyebelin jadi dia ngaku - ngaku aja biar urusannya cepet.

"Sorry - sorry gue nggak niat ngaku - ngaku bener deh. Abis gue kira lo penjaga rumah disini yang resek."

"Apa lo bilang? Penjaga rumah?! Resek?!"

"Iyakan lo tadi resek sekarang juga masih resek."

Chanyeol mengurut pelipisnya, malas berdebat.
"Denger ya, emang ada penjaga rumah seganteng gue? Lo siapa sih?"

"Gue anaknya Radolf Drajat temen bokap lo. Nama bokap lo Chandri Winata kan?"

"Terus?" tanya Chanyeol.

"Gue Alena, panggil gue Ale. Gue orang yang mau di jodohin bokap lo sama lo."

"HAH?!"


Getting PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang