!! Note : Part kali ini full POV Ana !!
Ana sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu. Namun ia tidak memiliki niat dan semangat untuk bangkit dari kasur empuknya. Tapi cahaya matahari sangat mengganggu ketenangannya. Kalau saja tadi malam ia ingat menutup gorden, pasti sekarang ia masih akan tetap bermalas - malasan ditempat tidur.
Ana bangkit dan duduk didepan meja rias. Riasannya tadi malam masih ada diwajahnya, namun terlihat sangat um.. menyeramkan? Eyeliner Ana luntur karena tangisannya semalam. Ia tidak bisa memendung semuanya.
Setelah Will meninggalkannya seorang diri diparkiran club, Ana dengan dramatis seperti di drakor - drakor yang ada, ia menangis sejadi - jadinya. Ia bahkan tidak memperdulikan penjaga club yang menghampirinya.
Ana menghela nafas dan mengambil kapas beserta micellar water. Dengan kasar ia membersihkan sisa makeupnya dan langsung mandi.
Dengan riasan natural dan Sweater abu-abunya, Ana keluar dari apartment dan mendatangi restoran cepat saji di perempatan jalan. Dari pintu masuk, ia bisa melihat seorang perempuan berambut pendek dengan outfit casual.
" Hai Yen " sapa Ana.
" Let's just to the point. What do you want to ask, Ana? "
" Hem hem hem... baiklah.. Kau itu kan sepupunya Will, please Yen.. Help me, gimana caranya biar Will mau dengerin semua penjelasan aku dan percaya dengan aku? i really regret everything i've done "
" What the hell Ana.. I dont know how to. Kami sama sekali ga dekat dari dulu, bahkan setelah dia kembali karena insiden waktu itu, kami sama sekali ga ada komunikasi "
" Please Yen.. you're the only hope i got " ucap Ana dengan puppy eyesnya.
" Gini aja.. Coba lo cari semua bukti yang bisa lo kasih ke Will. Bukti yang kuat, apapun itu. Setelah lo dapetin, ajak dia ketemu empat mata dan jelasin aja semuanya "
" Okay, i'll try. Thanks, Yenni "
Yenni menganggukkan kepalanya pada Ana, sedangkan Ana langsung pergi dari sana dengan sedikit berlari. Ana masuk kedalam mobilnya dan melesat kearah apartment lamanya.
Saat sampai disana, ia menghampiri penjaga apartment kecil itu.
" Hai, Dorothea " sapa Ana.
" eh.. Hai Ana! Bagaimana kabar mu? "
" Tidak terlalu baik sebenarnya. Um.. Dorothea, apa Apartment bekas ku dulu ada yang menempati? "
" Ada sih, seorang mahasiswi didekat sini, tapi minggu lalu sudah keluar. Sepertinya dia cari apartment yang lebih besar. Kenapa?? "
" Ada yang mau kucari didalam apartment itu, boleh ya? aku rasa barangnya masih ada sampai sekarang "
" Ha? Kau sudah setahun pindah, apa yakin masih ada ? " tanya Dorothea, dan dibalas anggukan oleh Ana.
Dorothea masuk kedalam ruangannya dan memberikan Ana kunci kamar nya. Ana mengambil kunci itu dan langsung menuju kamar apartment lamanya itu.
" Semoga masih ada.. " bisik Ana pada dirinya sendiri.
Ana masuk dan berjalan kearah kamarnya. Tempat tidur lamanya masih ada disana, namun ditutupi kain putih. Ana menarik kain itu perlahan, agar debu yang ada tidak beterbangan.
Ia menggeser kasur bagian atasnya dan melihat sebuah resleting kecil. Ia langsung menarik resleting itu dan merogoh celah kecil itu. Setelah menemukan sebuah kunci dari sana, Ana berjalan kearah toilet dan membuka kaca diatas wastafel.
Ia mengambil mancis di tasnya dan membakar sebuah timbulan plastik berbentuk bulat. Lama kelamaan, Ana dapat melihat sebuah lubang untuk kunci, ia memasukkan kunci yang tadi ia dapat dan memutarnya.
Ana menarik plastik berbentuk panjang dan pipih itu. Ia mengeluarkan sebuah plastik bening berisi amplop coklat yang besar. Ana kembali memasang semuanya dan keluar dari apartment itu. Tak lupa ia mengembalikan kunci pada Dorothea dan mengucapkan terima kasih.
Tak terasa, matahari sudah hampir tenggelam. Ana merasa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bertemu dengan Will. Ia memutuskan untuk kembali ke apartmentnya.
Setiba nya diapartment, Ana membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan piyama tidurnya.
Ia mengambil sebotol wine dan menuangnya pada gelas itu. Ia meneguknya dengan perlahan sembari melihat kearah gedung - gedung diluar apartmentnya.
Tak ia sadari, perlahan air matanya mulai keluar dari mata indahnya. Ia merasa tenggorokannya sedikit terbakar oleh Wine. Bukankah menyedihkan, selama setahun ini, Ana harus meneguk wine sendirian. Wine yang sangat membakar ini memacu jantung dan pikirannya.
Selama setahun ini, Ana sudah berfikir cukup matang tentang keputusannya. Ia harus menemukan Will, meminta maaf, menjelaskan semua kepada Will dan Ana juga harus bisa mendapatkan Will kembali.
Dan sekarang, ia ada ditahap dimana ia harus menjelaskan kebenaran kepada Will. Bodoh, Ana mengakui dirinya sendiri bodoh. Awalnya Ana hanya menjalankan ini semua untuk kepentingan pribadinya. Satu - satunya rencana Ana pada saat itu adalah untuk menjatuhkan Will dan mendapatkan bayaran atas hal itu.
Tapi ia malah melakukan sesuatu diluar rencana. Ia bahkan tidak sadar, ia sudah menyukai- ah ralat.. Ana mencintai Will dari awal mereka berjumpa dan dekat. Ia mementingkan ego diatas perasaannya sendiri.
Dan kini Ana sadar, hal yang ia dapat setelah melakukan hal itu bukanlah Uang, tapi penyesalan. Ia melakukan kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan dihidupnya. Menyakiti orang yang dia sayangi dan menyakiti ayahnya juga.
Ana menggigit bibir dalamnya dan mencoba menahan air matanya.
" Besok.. Besok aku akan menjumpai mu, Will... Berikan aku waktu untuk menjelaskan semua yang terjadi.. " ucap Ana bermonolog.
POV ANA END.
tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
(If) He Became Mine [COMPLETED]
RomanceAlyana Prado, seorang gadis berdarah campuran Indonesia - Korea yang baru saja tamat SMA di Indonesia itu memutuskan untuk pindah ke negara lain bersama seorang temannya. Dibalik wajah manis & polosnya, siapa yang tau Alyana ternyata sedang menjalan...