22

48 7 0
                                    

Will menyemprotkan krim mulai dari atas bibirnya hingga dagu. Ia mulai mencukur rambut halus itu dan mencuci wajahnya. Kini ia terlihat lebih segar.

Ia membuka lemari baju kecilnya dan mencari setelan yang lebih layak dari biasanya. Ia menggunakan kemeja putih dengan balutan sweater hitam, jeans hitam dan sepatu converse.

Ia berjalan kepintu apartmentnya dan menutup matanya sebentar.

" i can do this and i have to do this " ucapnya pada diri sendiri.

Ia keluar dari apartmentnya dan berjalan menuju halte. Sepanjang perjalanan ke tempat tujuan, Will terus menyebut alamat kantor Jonash dalam hatinya.

Saat tiba dikantor Jonash, Will menanyakan keberadaan Jonash di resepsionis. Namun wanita dibagian resepsionis itu memperlakukan Will dengan tidak begitu baik. Ia bersi kukuh tidak mau memberi tau Will dimana Jonash.

" Tunggu saja kau! " ucap Will penuh penekanan pada wanita itu. Saat Will baru saja akan meninggalkan kantor terdebut. Ia melihat Jonash baru memasuki lobi.

" Will, you're here ? What's good? " Jonash berjalan mendekati Will dan memeluknya.

" Ku pikir - pikir, aku butuh tawaran pekerjaan dari mu " ucap Will to the point.

" Chill. I got your back, Sir Will "

Jonash merangkul Will dan mengajaknya keruangan yang akan dipakai Will mulai besok. Ruangan ini tidak sebesar ruangan Will dulu, hanya sekitar 10 x 7 meter. Will melihat sekelilingnya,

" Almost perfect. So what's my job? i need to know what i should do " tanya Will.

" Kemarin aku berencana menjadikan mu HRD di kantor cabang, tapi karena pembangunan belum selesai, disini kau akan bekerja menjadi asisten pribadi ku. Sebenarnya, aku membutuhkan asisten pribadi seorang wanita. Tapi tak apalah, aku yakin kerja mu bahkan jauh lebih bagus dari ku " ucap Jonash sambil memberi 1amplop besar dan 1 amplop kecil.

" Kau bukan karyawan kontrak, aku akan langsung menjadikan mu karyawan tetap. Ini gaji pertama mu dan kau juga akan ku beri fasilitas berupa apartment dan kendaraan mobil " lanjut Jonash.

" Thanks, Nash. Someday i'll pay for all of this "

" Kau ini bicara apa Will? Dulu sekali, saat ayahku terpuruk, ayahmu yang membantu ayahku untuk membangun sebuah perusahaan. Bahkan ia memberikan ayahku uang sebesar 450 juta dollar secara cuma - cuma. Sekarang, giliran aku membalas jasa Sir Kim kepada Sir Will. Kau bisa mulai bekerja besok, aku pergi dulu, ada rapat "

Will tersenyum pada Jonash dan Jonash segera meninggalkannya karna akan ada rapat yang diselenggarakan. Will yang masih berada didalam ruangan barunya langsung merapikan letak barang. Ia harus menyusunnya sesuai dengan kenyamanannya. Setelah selesai, ia duduk dikursi itu dan beristirahat sebentar.

" Permisi, Sir Will " seorang perempuan masuk kedalam ruangan Will dengan membawa sebuah kotak berukuran sedang dengan warna coklat. Will sedikit menyeringai saat ia melihat siapa perempuan itu. Perempuan itu adalah perempuan yang berada diresepsionis tadi dan ia yang memperlakukan Will secara acuh.

" Kenapa memanggil ku 'sir' ? " tanya Will.

" Maaf sir, tadi saya tidak tau anda siapa " perempuan itu sedikit menundukkan kepalanya.

" Oh, jadi kau akan memperlakukan semua orang yang tidak kau kenal secara suka - suka? Aku harap suatu hari Jonash tau bagaimana tingkah aslimu "

" Maaf sir. Sir, ini semua fasilitas yang diberikan perusahaan untuk sir " ucapnya lalu pergi meninggalkan Will sendirian di ruangan itu.

/-----/

Setelah Will pergi dari kantor Jonash, ia mendatangi restoran yang 11 bulan lalu menjadi tempat kejadian Will kehilangan semuanya. Bukannya Will tidak trauma, tapi, ia berusaha menghilangkan semua trauma itu dan berusaha untuk menjadikannya sebagai sepercih kenangan yang tidak semestinya ia sedihkan lagi.

Will akan berusaha untuk menjadikan kejadian saat itu sebagai suatu pelajaran. Menyakitkan, memang... Tapi ia harud bangkit. Menjadi seorang kuli bukan impiannya sejak dulu. Menjadi seorang yang lemah bukan keinginnya sejak dulu.

Saat pesanan Will dihidangkan, beberapa pelayang menatapnya penuh pertanyaan. Dan bukan Will kalau tidak bisa mengetahui isi pikiran seseorang.

" Kenapa? Kau bingung karena setelah hampir setahun aku menghilang? " tanya Will pada salah satu pelayan.

" eh.. tidak Sir.. Maaf, saya permisi " ucap pelayan itu yang langsung berjalan cepat meninggalkan Will.

Will melahap makanannya dengan pelan dan sesekali memerhatikan sekelilingnya. Dan dari kejauhan, ia bisa melihat seseorang yang sangat ia kenal sedang berjalan mendekati mejanya sambil tersenyum.

" How's life, Will ? " tanya Josh.

" As good as my expectation " bohong Will dan Will mengkerutkan dahinya saat Josh dengan seenaknya duduk didepan Will.

" Siapa yang menyuruhmu duduk disitu? " tanya Will penuh penekanan.

" Oh? bukankah kau hanya sendiri disini? apa ada masalah? "

" Aku tidak memperbolehkan kau duduk dihadapan ku "

" Hemm.. Baiklah. Padahal aku cuma mau bercengkrama, mengenai nikmatnya dunia "

" By the way... Kemana saja kau 11 bulan ini ? Kau menghilang tanpa ada jejak sama sekali. Disaat ayahmu meninggal, kau bahkan tidak menghadiri acara pemakamannya, padahal, semua orang dengan tersedu - sedu melihat petinya dikuburkan dengan begitu layak. Oh.. apakah kau lari membawa semua hartanya yang tidak akan habis itu? " lanjut Josh.

Rahang Will mengeras. Namun ia tetap mengontrol emosinya dan masih dapat memakan spaghettinya dengan sangat tenang.

" Tapi, kalau dipikir - pikir... kau itu sangat jahat ya? Membunuh ayah sendiri, melarikan diri, tidak mengingat sahabat mu ini dan kau, meninggalkan wanita mu? ah.. kasihan sekali Alyana " lanjut Josh yang tampaknya masih belum puas menggoda Will agar marah.

" Hey.. kau ini kenapa Will? Kau sudah berubah ya? Emosi mu tidak mudah terpancing lagi. Apa itu karena kau sudah membunuh ayahmu dan tidak perlu berbagi harta dengan ayahmu sen-"

Will menancapkan garpu pada bahu Josh dengan sangat kuat. Gigi nya menggeretak berkali - kali. Beberapa pelanggang restoran itu berteriak ketakutan, sedangkan Josh langsung menarik kepala Will dan menghantamkannya ke meja dimana Will berada.

Will menahan dengan kuat agar kepalanya tidak terhantam pada meja marmer tersebut. Ia menggapai kaki kanan Josh dan menariknya dengan kuat. Josh terjatuh dan kepalanya terhantam dengan keras pada lantai granit itu.

Will berdiri dan merapikan pakaiannya. Ia dapat mendengar Josh mengerang kesakitan sampai tak lama kemudian, 2 orang bertubuh besar datang menghampiri Josh dan mengangkatnya.

" Cih. You did this to me? Ini balas jasa mu? setelah dulu bertahun - tahun, aku yang menjaga mu diluaran sana dan bahkan aku banyak ikut andil mengerjakan semua kerjaan mu. Kau memang pantas kehilangan orang yang kau sayang " ucap Josh dengan lantang.

" Balas jasa? Balas jasa apa? Apa kau ingat? Saat aku hilang, kau bahkan tidak mencari ku dan saat aku mendatangi rumah mu, semua pelayan mu mengusir ku layaknya seekor anjing liar! Aku tau kau melihat ku dari jendela kamar mu! " balas Will.

" Bertekak dengan mu sama seperti beradu mulut dengan seorang perempuan. Tidak akan mau disalahkan! "

Josh meninggalkan Will yang masih berdiri dimeja itu. Will menghempaskan bokongnya dengan keras pada kursi itu. Ia mengatur nafasnya dan ia tersadar, ia sudah kehilangan nafsu makannya. Will menaruh beberapa lembar uang dimeja itu dan langsung pergi.

tbc...

(If) He Became Mine   [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang