13. Mimpi

23 9 0
                                    

Aku melihati kedalam Mansion. Aku melihatnya, terdapat aura yang sangat besar. Tapi, kini Aura itu perlahan-lahan menghilang dan hanya menyisakan Rasa panas dari pedang kak Emily.

"Kak Emily," ucapku lalu melepaskan diri dari tangan Ryan dan berusaha berlari ke dalam Mansion.

Aku melihat Kak Emily yang Terduduk sambil menunduk, "kak Emily!apa kau tak apa-apa?" tanyaku sambil mendekati kak Emily. Tak peduli berapa panas tubuh kak Emily kini.

Kak Emily melihatiku. "m-Melissa..ughh.. Sangat tidak nyaman," keluh Kak Emily lalu terjatuh ke dadaku. Kak Emily pingsan.

"Kak, Kak! Kak Emily pingsan.."

"Emily, apa dia memakai seluruh mannanya? Bodoh sekali. Pada akhirnya, bukan hanya Vie yang kabur tapi dirinya juga jadi lemah," sembur Deon sambil berkacak pinggang.

"Huh! Berani-beraninya kamu bilang begitu sama kak Emily. Bagaimana kalau kamu yang lawan Vie saja!!" semburku.

"Mengalahkannya aku hanya perlu 1 detik aja,"

"Oh ya? Sombong kali kau!!"

Diantara kami bagaikan ada listrik yang beradu. Ryan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "kalian, dari pada berantem mulu. Bawa Emily ke kamarnya. Kita harus bersyukur, Rumah ini gak gosong"

"Huh!!" aku membuang muka dari Deon dan merangkul kak Emily. Tapi, kini kakiku malah bergetar.

"Kak.. Kakak gak pernah diet yak? Berat banget!" keluhku sambil berusaha mengangkat kak Emily.

Tapi tiba-tiba, Ryan menyambar tangan Kak Emily dariku. "Eeg.. Kak Emilynya!"

"Sama aku aja, kamu belajar aja sana sama Deon. Sekarang kan giliran belajar pengetahuan," ujar Ryan lalu berjalan kearah tangga.

"Eehh! Enggak-gak! Aku males belajar sama Kutu buku terkutuk yang bau ini. Selamanya gak mau!!" semburku.

"Kalau begitu, silahkan selamanya menjadi bodoh," elak Ryan. Aku yakin Ryan sedang tersenyum menertawakan aku sekarang.

Sial!! Pikirku sambil mengambil lirik kearah Deon yang.... KINI DIA MENERTAWAKAN AKU!.

"Deoon!! Mari kita belajar, Kutu buku nan bauk!,"ejekku.

"Panggil aku guru dulu, baru aku akan mengajarimu,"

"Eleeh! Ogah!"

"Yaudah, silahkan bodoh untuk selamanya," ucapnya lalu berlalu.

"Eeh!! Iya iya deh.. Gu-guru,euuhh aku jijik banget!"pikirku.

"Apaa? Aku tak mendengarnya"

"GURU!!"

Deon menyeringai menang, "baiklah, muridku yang bodoh dan Temperament, ikuti gurunu yang jenius ini, ke ruang perpustakaan" ujarnya lalu berjalan ke ruang perpustakaan, diikuti aku yang sedang berapi-api dibelakangnya.

-perpustakaan-

Aku duduk di kursi perpus yang lumayan besar ini. Terdapat bau kayu cendana yang kuat, dan aku menyukainya. Entah kenapa, dari kecil aku suka dengan wangi Alam. Bau tanah sehabis hujan, rumput, kayu, sungai, dan lain-lain. Kenapa ya?

"Yak, bayi besar kali ini kita akan belajar tentang hal yang paling mendasar di Seylikia," ujar Deon sambil bergaya seperti sedang membetulkan kaca mata.

"Jangan ejek aku dengan ejekan yang di berikan Ryan! Bauk!" semburku sambil menggebrak meja.

Deon tersenyum, "iya-iya.."

Eh?! Kok... Dia.. Ngalah sih?! Seriusan? Ajaib bet,heran ku.

"Baik, kita mulai pelajarannya. Aku harap kau sudah menyiapkan otakmu. Jangan sampai menguap," ucapnya, dengan seringai menakutkan diwajahnya.

SEYLIKIA this My New World!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang