9.Blacksmist

46 9 0
                                    

Kami melewati hutan itu sekali lagi untuk kembali kekota. Hewan yang aku lihat tadi aku lihat kembali sekarang. Mereka masih belum ingin mendekat, sebenarnya ada apa?

"Ryan, kenapa hewan-hewan disini tak mau mendekat?" tanyaku pada Ryan yang memimpin jalan.

"Hm? Mereka takut," jawab Ryan.

"Takut? Karena apa?"

Ryan mengangkat sudut bibirnya, dan menunjuk dirinya sendiri "karena aku,"

Aku bingung. Kenapa harus takut pada cowok muka babyface ini?..

"Kamu???"

"Apa kamu tak bisa melihat aura ku? Padahal kamu udah punya elemen," ucapnya merendahkan aku.

Aku cemberut mendengar perkataannya. "Aku kan belum bisa menggunakannya " gumamku pelan.

Mungkin Ryan mendengar gumamanku, dia tersenyum kecil.

***

Kami sudah berada di balai kota, aku bingung dia akan membawaku kemana lagi. Apakah ke toko Emily? Aku sudah punya baju, lalu kemana?.

"Ne, kita mau kemana sih?" tanyaku pada Ryan kembali.

"Ck, dari tadi kamu banyak pertanyaan ya," runtuk Ryan pandaku.

"Mau bagaimana lagi, aku kan masih baru didunia ini. Bisa dibilang aku tuh masih bayi didunia ini tau," runtukku pasa Ryan sambil memukulnya pelan.

"Ya, Bayi besar. Seterah kamu," ucap Ryan sambil terkekeh kecil.

"Ih! Jangan dijadiin ejekan dong, tiang listrik!" teriakku pada Ryan yang malah tertawa sedang.

"Ok,oke.. Aku kasih tau ya bayi besar, kita akan menuju ke Blacksmist(aku gak tau ya ejaannya salah atau bener,#thor). Oke?? Jelas?"

Aku berpikir "Blacksmist? Apa itu?"

Ryan mendesah pelan, lalu menjitak kepalaku," pandai besi, bayi besar bodoh!"

Aku meruntuki Ryan sambil memegang kepalaku yang panas karena dijitak Ryan. "Gak usah mukul juga kali,!" gumamku.

Akhirnya, kami sampai di satu buah toko, tulisan diatasnya adalah Blacksmith Ariyana. Tak pakai lama kami masuk kedalamnya dan disambut oleh seorang Pria dan wanita.

"Selamat datang!" ucap mereka berdua secara bersamaan.

"Ha-halo," ucapku.

"Ara, ara... Ternyata tuan Ryan yang datang," ucap Wanita muda itu dan diikuti anggukan Ryan.

"Siapa gadis ini, tuan Ryan?" tanya si lelaki.

"Dia......."

"Te-teman! Aku dan Tuan Ryan berteman sejak lama. Tapi baru bertemu sekarang," ujarku dengan gugup.

"Ohhh.... Ternyata Tuan Ryan memiliki teman lain, selain putri Riana. Kenapa anda tak memberi tahu kami, hohoho.." ucap si wanita.

Putri Riana dan Ryan berteman? Katanya hanya sebatas penjaga, Ryan kau pendusta besar! Pikirku.

"Jadi, ada keperluan apa tuan Ryan kesini?" tanya si lelaki.

"Aku ingin memilihkan senjata untuk bayi besar ini," ucap Ryan seraya menyentuh kepalaku. "Oi!" teriakku padanya.

"Hahaha! Sampai-sampai tuan Ryan memberi panggilan lain padamu, Kau memang istimewa gadis kecil," ucap Lelaki itu dengan lepas.

"Ti-tidak, itu bukan panggilan lain, itu ejekan!" ucapku.

"Jadi siapa namamu gadis kecil yang manis,?" tanya wanita itu.

"Melissa, hanya Melissa," ucapku.

Wanita itu tersenyum "nama yang bagus, sudah-sudah Melissa tolong kesini untuk memilih senjata," ucapnya sambil menarik tanganku. Ryan hanya melambaikan tanganya padaku, itu bagaikan isyarat 'berjuanglah!'.

***

Kami berdua sekarang berada disebuah ruangan penuh senjata. Ada pedang dengan perisai, ada panah, ada palu besar, ada kalung-kalung salib yang bergelantungan, bahkan ada pedang besar seperti dalan game.

"Anu, apa yang harus aku lakukan?" tanya ku pada Wanita itu.

"Kau hanya perlu mendekati senjata itu, bila ada reaksi berarti senjata itu adalah job mu," ucapnya dengan Senyum di wajahnya yang tak luntur.

Aku mengikuti sarannya, dan aku berkeliling sambil melihati senjata-senjata yang tersusun rapi. Aku melihati panah dengan 3 busur emas dan dilengkapi oleh bulu perak, itu sangat indah. Aku melihati Kalung seperti yang dipakai Ryan, ada yang bertabur kristal merah. Tapi aku lihat punya Ryan hanyalah kayu yang berbentuk salib.

Tapi, saat aku melewati satu pintu. Aku melihat sesosok remaja yang menatapku tajam bagai akan menerkam. Apa itu, itu sangat menyeramkan.

Aku mendekati semua pedang besar, ada satu pedang besar yang sangat menarik perhartianku. Dia ada didalam lemari kaca, pegangannya terbuat dari sesuatu yang sangat halus dan dilengkapi kristal hijau ditengahnya. Serta pedangnya yang berkilau terkena sinar matahari, aku bingung itu terbuat dari apa. Bahkan ada ukiran-ukiran yang detail, di samping bagian nya, seperti suatu rangkaian huruf yang tak aku ketahui.

"Ini,......"

"Itu adalah item tertua kami, sekaligus terkuat," ucap Wanita itu seraya mendekatiku.

"Apa bacaan di pedangnnya itu?"

"Aku tak tau,"

Aku terkejut, "bukankan anda yang membuatnya?"

Wanita itu menggeleng, "bukan, yang membuat ini adalah anakku,"

"Anakmu? Bagaimana bisa?"

Dia mengangguk pelan " dia adalah orang paling jenius di kota ini, orang-orang disini sering menyebutnya,' sikecil jenius'. Dia mendapatkan pegangan pedang ini dari gading mamoth level 5, dan pedangnya yang berasal dan sisik naga perak level 7. Untung dia mendapatkannya saat hewan-hewan itu sedang hibernasi di musim dingin. Aku benar-benar marah dengannya saat itu, dia berkata 'kau tak menghargai usahaku!' dan dia pergi kekamarnya. Tapi, dia tak pernah keluar selama 2tahun. Saat dia keluar, dia memberikanku pedang ini. Dia memintaku untuk menemukan pemiliknya. Tapi, sampai sekarang belum ada yang diakui pedang ini. Sekarang, anakku yang masih mengurung diri ini, hanya menerima makanan dan minum saja tanpa melihat kearahku. Mungkin, dia sekarang adalah seorang pemuda yang tampan," cerita sejarah pedang ini yang diceritakan oleh wanita itu..

"Di-dimana kamarnya?"

Dia melihat kepintu yang aku lewati tadi. "Disana,"

Aku hanya ber-oh panjang.

Hn?

Next!

SEYLIKIA this My New World!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang