Sudah 2 jam (Namakamu) dan Iqbaal berdiri di depan tiang bendera dengan tangannya yang disimpan di pelipis. Gadis itu sedari tadi tidak mengeluh sedikitpun atas panasnya matahari hari ini, namun pertahanan tidak mengeluh itu runtuh pada detik ini juga, karena sepertinya tubuh (Namakamu) sudah tidak kuat lagi menahan panasnya cuaca hari ini.
"Baal," lirih (Namakamu). Ia sudah benar-benar lemas, ingin sekali (Namakamu) pingsan saat ini juga tetapi ia urungkan niat tersebut karena tidak mau jadi pusat perhatian murid SMA Bina Bangsa.
Iqbaal diam, pura-pura tidak mendengar. Iqbaal pikir (Namakamu) pasti hanya ingin mengoceh tidak jelas jadi lebih baik ia diamkan dan memikirkan rencana jahil apa yang pantas untuk (Namakamu) selanjutnya.
"Baal!" Lirih (Namakamu).
(Namakamu) menatap lelaki disampingnya bingung. Dia itu tuli atau apa sih?
Akhirnya (Namakamu) memutuskan memegang tangan Iqbaal. Iqbaal tetap diam pada posisinya seraya menahan tawanya. Detik kemudian (Namakamu) jatuh menubruk tubuh Iqbaal. Pertahanannya sudah tidak kuat lagi. (Namakamu) pingsan.
"(Namakamu)!" Panik Iqbaal menggendong (Namakamu) ala bridal style dan membawanya ke UKS.
~~~
"Cantik! Bangun!!!" Ucap Iqbaal memegang tangan kanan (Namakamu).
"Maafin gue cantik. Gue kira Lo tadi mau ngoceh makanya gue diemin," ucap Iqbaal mengelus rambut panjang (Namakamu).
"Gue janji bakal jagain Lo cantik. Asal Lo bangunnn," Ucap Iqbaal murung.
Tiba-tiba pintu UKS terbuka dan menampakkan seorang murid yang sepertinya teman seangkatan Iqbaal dan (Namakamu) tetapi berbeda kelas.
"Baal itu ada yang nyariin (Namakamu)!" Ucap murid itu.
"Dimana?"
"Lo temuin aja di lapangan deket kok dari sini,"ucap murid itu. "Oke thanks!" Murid itu menutup pintu UKS dan beranjak pergi.
"Cantik, gue temuin yang nyari Lo dulu ya. Lo jangan kemana-mana sebelum gue kesini," Pamit Iqbaal kemudian segera keluar dari UKS.
Iqbaal memandang seluruh penjuru lapangan untuk mencari seseorang yang dimaksud murid tadi. Seketika Iqbaal dikejutkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya.
"Iqbaal?"
"Eh Tante? Tante kesini mau nyari (Namakamu) ya?" Tanya Iqbaal menyalami telapak tangan Misya.
"Iya Tante mau ketemu (Namakamu). Iqbaal tau (Namakamu) dimana?" Tanya Misya.
Seketika wajah Iqbaal berubah murung, "Maafin Iqbaal Tante. (Namakamu) pingsan tadi dihukum gara-gara Iqbaal gak ngasih contek pr sama gak respon (Namakamu) waktu sakit."
Misya terkekeh mendengar celotehan Iqbaal, "Bukan salah kamu sayang. Itu (Namakamu) nya aja males!"
"Tapi Iqbaal ngerasa bersalah Tante gak jagain (Namakamu) dengan baik."
Memang semenjak pertama Misya dan (Namakamu) mengunjungi rumah Iqbaal pada malam itu, Misya memberikan amanat kepada Iqbaal agar terus menjaga (Namakamu) apalagi setelah tahu mereka sudah kenal dekat.
"Ini bukan salah kamu Baal, (Namakamu) nya aja yang bandel. Udah ya jangan nyalahin diri sendiri!" Ucap Misya lembut.
"Iya Tante. Yaudah Tan, (Namakamu) ada di UKS yuk kesana," Ajak Iqbaal yang diangguki oleh Misya.
Misya dan Iqbaal berjalan menuju UKS. Banyak yang melihat keduanya. Sesekali mereka mendengar gumaman yang menganggap Misya adalah Ibunda Iqbaal. Fyi, Rike itu memang jarang ke sekolah, jadi sedikit orang yang tahu mengenai Ibunda Iqbaal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Migu [Completed]
FanfictionMigu. Satu kata yang berhasil (Namakamu) buat hanya untuk seseorang yang menurutnya pantas memiliki gelar tersebut. Migu bukanlah hanya sekedar kata tetapi mempunyai arti yang sangat dalam. Terlihat aneh namun makna sebenarnya terdapat pada diri Iqb...