"(Namakamu)?”
"(Nam)! Tunggu!" Teriak Iqbaal kemudian berlari menyusul (Namakamu) yang sedang berjalan cepat menuju kamar hotel yang ia tempati.
Iqbaal terus berteriak agar (Namakamu) berhenti berjalan, namun gadis itu sepertinya tidak memperdulikannya. Keluhan itu terdengar ketika (Namakamu) sudah memasuki lift yang artinya Iqbaal akan ketinggalan (Namakamu) jauh. Iqbaal pergi menuju tangga darurat kemudian menyusul (Namakamu) lewat pintu tangga darurat itu. Setelah ia sampai di lantai kamar (Namakamu) berada, ia segera mencekal tangan (Namakamu) yang baru saja keluar dari lift.
"(Nam)! Tungguin dong! Aku capek tau gak abis lari-lari lewat tangga darurat," Kesal Iqbaal menahan pergelangan tangan (Namakamu).
(Namakamu) menepis tangan Iqbaal yang bertengger di pergelangan tangannya, "Aku gak nyuruh kamu nyusul aku. Ngapain kamu disini? Udah balik lagi sana nanti Zidny kesepian lagi."
"Stop deh (Nam) jangan kayak anak kecil gini. Aku tau kamu marah tapi kejadian aku sama zidny tuh gak seperti yang ada dipikiran kamu!"
(Namakamu) tersenyum kecewa, "Aku?anak kecil? Yes baby, kamu betul aku itu anak kecil! Makanya jangan deketin aku nanti kamu repot. Udah sana balik lagi ke Zidny!"
"(Nam)? Lo itu egois ya. Disaat Lo tadi digendong Ari apa Lo tau gue cemburu? Apa Lo tau hah?!" Bentak Iqbaal membuat kedua mata (Namakamu) berkaca-kaca.
"Aku tau Baal tapi apa kamu gak mikirin, aku mutusin untuk di gendong sama kak Ari supaya kamu gak dihukum Iqbaal!" Ucap (Namakamu) dengan wajah yang memerah.
"Alah basi Lo! Udah sana lanjut pacaran sama Ari sana!" Bentak Iqbaal.
"Kok kamu jadi nyalahin aku sekarang? Kamu kan tau aku sama kak Ari cuma sebatas sahabat gak lebih!" Ucap (Namakamu) dengan satu tetes air mata yang meluncur di pipinya.
"Kenapa nangis Lo? Cari perhatian ya? Udah sana nangisnya di Ari aja, pacar belakang Lo!"
"Terserah!!" (Namakamu) tidak dapat menahan air matanya lagi. Ia berlari dengan sebelah kaki yang sakit menuju kamarnya dengan air mata yang turun tiap detiknya. Hatinya sakit melihat Iqbaal membentaknya seperti itu. Sedangkan Iqbaal merenung atas kejadian pertengkarannya dengan (Namakamu).
"Baal, (Namakamu) kemana? Aduh gue gak enak banget sama dia," Panik Zidny tiba-tiba seraya menggigit kuku jari tangannya.
"Udah Lo gak usah panik dia udah masuk kamar."
"Kok Lo gak anterin dia? Kamarnya masih lumayan jauh loh?"
"Dia bisa sendiri."
"Tap--"
"Udah mending Lo juga ke kamar ini udah malem." Lanjut Iqbaal.
"Ya gue masih mau d rooftop. Lo duluan aja," Ucap Zidny.
"Udah gue anterin Lo ke kamar buruan ayo!" Ucap Iqbaal menarik pergelangan tangan Zidny. Zidny melihat pergelangan tangannya yang ditarik oleh Iqbaal. Ia sebenarnya sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh Iqbaal karena mereka berdua bersahabat sejak dulu jadi tidak aneh lagi. Tetapi Zidny tetap merasa bersalah pada (Namakamu), bagaimanapun (Namakamu) adalah sahabatnya dan ia tidak mau persahabatannya dengan (Namakamu) hancur hanya karena kesalahpahaman.
~~~
Salsha, gadis itu kini sudah terbangun dari tidurnya, padahal ini baru menunjukkan pukul 3 subuh. Gadis itu melirik ke samping dimana tempat (Namakamu) seharusnya tidur. Ya, mereka satu kamar berdua. Memang setiap kamar ditempati oleh 2 orang dan itu sudah menjadi kebijakan sekolah pada study tour kali ini. Salsha mengucek matanya untuk menjelaskan penglihatannya. Ia terkejut ketika (Namakamu) tidak ada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Migu [Completed]
FanfictionMigu. Satu kata yang berhasil (Namakamu) buat hanya untuk seseorang yang menurutnya pantas memiliki gelar tersebut. Migu bukanlah hanya sekedar kata tetapi mempunyai arti yang sangat dalam. Terlihat aneh namun makna sebenarnya terdapat pada diri Iqb...