1.2 : Jangan dihitung

1.8K 441 17
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Murid sekolah sudah pulang sejak pukul dua. Namun tidak dengan Chenle dan teman-teman se ekskul nya.

Mereka masih berada di sekolah untuk berlatih marching band bersama pelatihnya.

Chenle sebagai ketua, bertugas untuk mengatur dan mengabsen siapa saja yang tidak hadir di latihan. Chenle juga selalu melakukan latihan terlebih dulu dengan rekan rekannya supaya saat pelatihnya datang, mereka sudah siap.

Ten, pelatih marching baru saja datang. Biasanya ia dipanggil dengan sebutan "Kang" oleh anak-anak marching.

Ten tersenyum melihat antusias Chenle dan kawan kawannya. Ia selalu puas dengan apa yang mereka buat. Bahkan saat di tes pun, mereka kompak.

Tapi ia cukup heran dengan hari ini. Tadi sebelum sampai di ruang latihan, terdengar sangat ramai dari luar. Padahal disini hanya sedikit yang datang.

"Eh, Kang!" Seru Chenle dan hendak menyalami Ten yang baru saja datang.

"Tumben dikitan, Le? Temen-temenmu pada kemana?"

"Itu kang, pada izin bimbel tambahan."

"Yaudah, langsung barisin ya. Kang Ten mau nge test kalian bawain lagu mengheningkan cipta buat senin udah bener apa belum."

"Oh iya kang, tunggu ya."

Chenle mengatur barisan anggota nya. Setelah dirasa tersusun rapih, Chenle menghitung satu persatu anggotanya namun dicegah oleh Ten.

"Mau ngapain, Le?" Tanya Ten.

"Mau ngitung yang dateng dulu Kang."

"Gausah, jangan le."

"Ini tanggung jawab Chenle kang."

Chenle tak mengindahkan larangan Ten. Ia tetap bersikukuh menghitung.

"15..16.. Udah kang! 16 orang yang dateng." Ucap Chenle.

Ten hanya tersenyum kecut, 16 bagaimana? Jelas jelas hanya ada 8 orang di depannya.

"Eh tapi kang, kan anggota yang termasuk ke anggota latihan cuman 12 orang.. Terus sekarang kan pada izin.."

"Kan akang bilang jangan dihitung, Le. Udah ayo langsung latihan, udah sore."

Chenle merinding, ia mencoba bersikap bodo amat dan fokus kepada permainan nya.

Tapi tak lama, bel sekolah berbunyi. Dimana seharusnya bel tersebut terakhir berbunyi saat pukul dua siang.

Dan hanya bisa berbunyi ketika tombolnya ditekan manual di ruang guru yang sekarang sudah terkunci karena guru-guru sudah pulang.






Dan setelah bel tersebut berbunyi, ramai, ada kehidupan lain di sekolah.


🎭

maaf kalo ga nge feel, aku gaada mood buat lanjut nulis hhh : (

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang