O.7 : Pelantikan

2.4K 577 17
                                    

Hari ini di sekolah Jeno sedang diadakan pelantikan anggota OSIS yang baru. Maklum, Jeno adalah ketua nya. Hingga ia harus berpartisipasi dalam pelantikan ini.

Jeno menyusuri lorong lorong gelap kelas. Tampak kursi-kursi kosong dan meja yang berantakan. Suasana sangat sunyi. Sampai akhirnya,

"WOI." Ucap seseorang sambil menepuk bahu Jeno dengan keras dari belakang.

Tentunya Jeno terlonjak, ia kaget ditambah dengan pukulan keras di bahunya. "Na, bisa gak sih kaga usah teriak teriak?!"

"Wey kalem bos. Yuk ah lur kita ke lapangan bawah." Ucap Jaemin sambil menarik tangan Jeno.

Keduanya menuju ke lapangan bawah. Tempat dimana pos mereka berada. Gelap. Hanya ada lampu remang remang dari kantin. Ditambah dengan pohon pohon yang tinggi menjulang dan rimbun, membuat sinar bulan sedikit terhalang.

"Na, lo jangan ngelawak ya nanti. Jangan main fisik juga. Kita harus tegas ke anak anak baru." Ucap Jeno ke wakilnya itu.

"Santuy. Paling parah perlakuan gue kayanya nanti bakal narik mereka ke dalem kantin yang gelap noh." Jaemin terkekeh, sedangkan Jeno hanya geleng geleng saja.

Tak lama, rombongan kelompok yang sudah dibagi bagi datang. Mereka ditatar habis habisan oleh Ketua dan Wakil OSIS. Satu persatu kelompok sudah datang hingga kini tersisa kelompok terakhir.

"Heh itu kamu." Ucap Jeno sambil menunjuk ke arah gadis perempuan yang gemetar dan terlihat pucat.

"Siapa namanya?!"

"L-lia, kak."

"Ck. Masa baru ditegasin dikit udah pucet gitu. Gimana sih? Mental lo lembek banget dah. Kaga usah drama." Ucap Jaemin.

"M-maaf kak. Tapi s-saya gemeteran bukan karena dimarahin k-kakak kok!" Balas Lia.

"Terus kenapa? Kamu sakit?" Tanya Jeno sedikit melembut.

"Ngga. Lia gak sakit. T-tapi Lia takut soalnya ditatap tajem terus sama yang dibelakang kakak!"

Semuanya terdiam. Jeno dan Jaemin pun terdiam. Bahkan kini Jaemin menelan salivanya susah payah. Pasalnya, yang berjaga di lapangan bawah hanya dirinya dan Jeno.

Bahkan panitia pun tidak menjaili. Tidak ada acara jurit malam dan semacamnya karena sekolahnya cukup 'rawan' dan akhirnya tidak diperbolehkan pihak sekolah.

Perlahan, Jeno menengok ke belakang. Dan mendapati belakangnya kosong.
Ia menghela nafas.

"Gak ada apa apa tuh. Jangan ngayal." Ucapnya dingin pada Lia.

"Sekarang dia ada diatas kakak."

Bertepatan dengan itu, Jeno menengadah keatas dan mendapati sosok si 'mbak' yang berada di atas pohon, tengah menatapnya tajam dengan mata merahnya disertai dengan seringaian menyeramkannya itu.

Sial.

🎭

Sepi amat ni buku : (

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang