Skip pulang sekolah.
Hari ini, ulangan fisika kelas IPA 3 dibagikan. Kavin cukup terkejut dengan hasilnya, dia mendapatkan nilai 45 dan dialah yang mendapat nilai terendah dikelasnya.
Kavin menatap kertas putih ditangannya, dengan nilai 45 berwarna merah disudut sebelah kanan atas.
"Vin, ulangan lo berapa?" tanya Andi.
"Rendah." lirih Kavin seraya mengeluarkan ekspresi sedihnya.
"Gue nanya nilai ulangan, bukan harga diri lo." balas Andi.
"Cih! Gausah bercanda ndi, gue lagi ga fokus banget ngerjainnya. Lo mah enak tintanya warna hitam, jadi ga remedial. Lah gue? Udah warnanya merah, tebel banget lagi." keluh kesah Kavin.
"Lo kurang fokus belajar itu. Emang lo ada masalah sampe gak fokus gitu?" Ardi menatap Kavin heran.
"Tertekan gue. Permintaan orang tua gue terlalu berat. "
"Emang ortu lo minta apa?" Tanya Andi.
"Pacar."
"Emang lo gak merasa tertarik sama cewe apa? Banyak kali yang cantik dan baik disekolah ini." ujar Ardi.
"Ga ada tuh."
"Aisha?" tanya Andi.
Kavin langsung menatap andi, dia tidak mengerti maksudnya.
"Dia temen gue, nggak lebih.""Ooh...mau gue bantuin cari cewe?" tawar Ardi.
"Enggak ah, selera lo mah modelan Lucinta Luna. "
"NAJISIN!" Bentak Andi dan Ardi.
Di Gerbang
Aisha sedang berdiri menunggu Kavin yang katanya mau ikut ke rumah sakit bersama Aisha. Tak lama kemudian, mobil sedan bercat merah langsung berhenti di depan Aisha. Kaca mobil diturunkan, Aisha dapat melihat pengemudinya dengan jelas.
"Masuk." titah kavin.
Aisha langsung masuk mengikuti perintah Kavin. Setelah itu, mereka berdua langsung pergi menuju rumah sakit.
********
"Udah sampe." seru kavin lalu melepas seat belt nya.
"Lo yakin mau nemenin gue?" tanya Aisha.
"Iyalah, cuman ke rumah sakit doang kan? "
"Abis ini gue mau kerja di hotel, lo juga mau ikut? " tawar Aisha.
"Kalo lo bolehin, gue mau. "Ujar Kavin. Aisha tersenyum sekilas lalu pergi meninggalkan Kavin di dalam mobil.
Kavin menyusul Aisha masuk ke rumah sakit, mereka berdua pergi ke tempat dr.Silva agar dapat informasi lebih lanjut.
"Alhamdulillah operasinya lancar. Tapi, mama kamu belum bisa dijenguk sekarang. Besok mungkin sudah bisa. " ujar dr. Silva.
"Alhamdulillahh..." ucap Kavin dan Aisha.
"Makasih ya dokter. Oh iya, apa ada kertas yang perlu di tanda tangani lagi sama pihak pasien dok?"
"Tidak ada lagi. Mungkin ada di bagian Administrasi nanti. "Kata dr. Silva.
Raut wajah Aisha langsung berubah drastis menjadi tatapan sendu. Sadar akan hal itu, Kavin langsung membawanya keluar ruangan.
"Makasih ya dok." kata Kavin, dan diangguki oleh dr.Silva.
Kavin mengajak Aisha untuk keluar ruangan. Ekspresinya masih sama, sendu dan sedih.
"Merasa senang, nona Callia?" tanya Kavin.
Aisha menoleh ke Kavin lalu mengusap air matanya yang mau jatuh. "Senang, lebih dari apapun." jawab Aisha.
"Bagus, sekarang kita ke administrasi." ajak kavin.
"Tapi gue ga bawa uang." balas Aisha.
Kavin menarik pergelangan tangan Aisha dengan paksa, tarikannya membuat Aisha tersungkur kedepan.
"Gue yang bayar." kata Kavin.
Aisha membeku ditempat, tangannya melemas, dia berhenti berjalan. Aisha langsung menundukkan kepalanya. Sedangkan Kavin memperhatikan Aisha dengan bingung, apakah yang dikatakannya salah?
"M-maaf ngerepotin dan makasih banyak." lirih Aisha.
"Belum saatnya lo bilang makasih ke gue." jawab Kavin diiringi senyumannya.
"Nanti uangnya akan gue ganti ya, tapi kasih waktu gue untuk nyicil. Gue janji akan ngegantiin."
"Terserah lo."
************Makin gaje ya guys?
Ah entahlah.
Yang penting baca terus aja guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"ayuk kita buat perjanjian." ~kavin "perjanjian apa?" ~aisha. "gue akan ngasih lo uang buat pengobatan, dan lo akan jadi pacar gue. Gimana?" ********* Cuman cerita dari otak murni gue yang unfaedah. Cerita tentang remaja, cinta, sebuah janji, dan ci...