Next!!!
*********
"Enggak"
"Iya...EHHHHH??"
"Oke, lo ke rumah gue."
Aisha cemberut. Mana dia siap kalau harus berhadapan dengan orang tua Kavin. Walaupun hanya memunculkan perannya sebagai pacar bohongan Kavin, tapi kan setidaknya itu membutuhkan latihan akting.
"Jangan cemberut. Ingat! Cuman menjalankan tugas lo doang kok. Gue ga sabar buat nunjukkin ke orang tua gue kalau anaknya udh punya pacar. Ya, walaupun cuman bohongan."
Aisha menoleh ke laki laki disampingnya ini. Kavin tersenyum tipis, begitupula Aisha.
"Iya, gue juga ga sabar ngeliat mama akan sembuh. Gue gak sabar ngeliat mama masak di dapur, nonton tv bareng gue, dan nemenin gue tidur sambil baca cerita." ujar Aisha penuh harap disetiap kata katanya.
"Dengerin sha. Gue ga bisa jamin kalau mama lo sembuh, gue cuman bisa ngasih uang perawatannya doang."
"Tapi kan gue juga harus menghilangkan pikiran negatif, gue harus yakin kalau mama gue sembuh!"
Kavin tersenyum menanggapi pernyataan Aisha. Tunggu! Kavin? Tersenyum pada perempuan?
Jarang!
Mungkin sangat jarang!
"Eumm...anu-" suara lemah lembut seorang gadis dari belakang membuat Kavin dan Aisha menoleh ke sumber suara.
"Ada apa Lina?" jawab Kavin. Dia Lina, sekertaris kelas Kavin yang cantik dan disegani para siswa disekolah ini. Dia sedikit pemalu, dan dirumorkan sangat menyukai Kavin.
"Kamu...dicari pa Bambang. K-kelas kita udah masuk Kavin." kata Lina malu malu.
Kavin menegang, demi apapun dia lupa kalau pelajaran pa Bambang dimajukan satu jam. Mampus lah dia.
"ADUH! GUE LUPA!" teriak Kavin seraya menepuk jidatnya.
Aisha geleng geleng kepala dan tertawa cekikikan. Sangat jelas kalau Kavin pasti akan dimarahi oleh pa Bambang.
Kavin langsung lari menuju tangga rooftop diikuti Lina dari belakang. Ketika Kavin sudah tidak ada, Lina berhenti melangkah. Lina berbalik badan dan menatap Aisha penuh tanda tanya.
Aisha langsung bingung dengan tatapan Lina. Tapi Aisha pura pura memalingkan ke arah lain. Lina pun turun dari rooftop, meninggalkan Aisha sendirian disana.
"Semangat sha! Pasti lu bisa menjalani semuanya!" Aisha menyemangati dirinya sendiri di rooftop. Tak disangka dirinya bisa menerima Kavin dalam jangka waktu dekat. Aisha sendiri bingung memikirkannya.
"Btw...tadi Lina kenapa ngeliatin gitu ya? Apa dia cemburu? Ah entahlah, ga mau pusing mikirin."
**********
Kriiing!
Kriiiing!Semua siswa siswi langsung berhamburan keluar dari kelas. Banyak yang mengambil kendaraannya di parkiran, banyak yang menunggu jemputan di gerbang, banyak juga yang berjalan kaki untuk pulang ke rumah masing masing.
Disinilah Aisha berada, di parkiran yang penuh dengan motor atau mobil para siswa maupun siswi. Aisha menunggu Kavin sambil celingak celinguk. Hampir 15 menit dia menunggu Kavin yang tidak kelihatan batang hidungnya sedikit pun.
"Nih!" sebuah minuman dingin ada didepan mata Aisha. Kavin membawa minuman dingin untuk Aisha.
"Makasih." Aisha mengapit minuman diantara sela sela sikunya.
"Maaf nunggu lama, gue habis dihukum sama Pa Bambang nyemir sepatunya." ucap Kavin dengan jujur.
"Pfhhh! Hmmph! Gila sih, hukuman macam apa itu? "Kata Aisha menahan tawanya.
"Ga tau tuh. Untungnya gue profesional, hasilnya cukup memuaskan pa bambang." ujar Kavin lalu meneguk minumannya.
"Good job!"
"Oh iya hari ini gue ga bawa mobil, gue bawa motor. Gapapa kan?"
Aisha mengangguk dan mengernyit. "Memang kenapa?"
"Takut make up lu luntur."
"Gue nggak pake make up sama sekali." ucap Aisha. Toh, dia juga nggak pake apa apa cuman bedak bayi sama lipbalm doang.
Kavin memajukan wajahnya, dia melihat wajah Aisha dengan detail. Dari mata, alis, pipi, hidung, dan bibir. Karena terlalu dekat jadi hembusan nafasnya terasa hangat dipipi Aisha.
Jantung Aisha maratonan, demi apapun dia gugup di tatap Kavin seperti orang curiga berlebihan.
"Kok lu cantik?" gumam Kavin tetap menatap Aisha dengan detail.
Byurrr!!
Aisha menyemburkan isi mulutnya yang penuh dengan minuman. Kavin tersentak dan gelagapan karena tersembur hingga membuat wajahnya basah.
"Maaf maaf. Oh ya ampun! Maaf banget Kavin." seru Aisha panik mencari cari tisu dalam tasnya.
"Cepet sha! Mata gue perih nih." Kavin mengerjapkan matanya terus terusan.
Aisha menemukan tisu sisa, dia langsung mengelap wajah Kavin. Tak disangka dia membuat kesalahan seperti itu. Aisha mengelapnya pelan pelan dan penuh perasaan.
Aisha gugup dan deg degan. Jantungnya tak karuan saat mengelap wajah Kavin, mata mereka saling berpandangan. Wajah Aisha matang dan merah sempurna. Kali ini tak ada rona merah muda, benar benar merah matang.
"Makasih." lirih Kavin langsung merebut tisu dari tangan Aisha.
"Maaf ya..."
"Iya sha....."
"Sha! Ganteng gue alami, nggak pake Make up. Jadi kalo lu nyemburin kaya tadi juga nggak bakalan luntur ganteng gue." ujar Kavin.
"GA GITU JUGA KAVIN!"
**********
Ternyata Aisha perhatian ya guys! Wajar juga sih, orang pacarnya. Woopsies! Ralat, pacar bohongannya.
Next part?
Siap boss!
![](https://img.wattpad.com/cover/214671325-288-k160615.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"ayuk kita buat perjanjian." ~kavin "perjanjian apa?" ~aisha. "gue akan ngasih lo uang buat pengobatan, dan lo akan jadi pacar gue. Gimana?" ********* Cuman cerita dari otak murni gue yang unfaedah. Cerita tentang remaja, cinta, sebuah janji, dan ci...