Next!
Kritik saran selalu ku nanti.
************
Setelah motor sudah terparkir dihalaman rumah Kavin, Aisha pun turun dari motor itu. Dia terkagum melihat rumah Kavin yang 3 kali lipat mungkin lebih besar dari rumahnya. Bahkan rumahnya bisa dibilang bak istana.
"Terpesona sama rumah gue,huh?" tanya Kavin langsung membuyarkan penglihatan Aisha.
"Mungkin. Kalo gue beneran jadi pembantu disini, gaji gue berapa?"
"Gausah bercanda. Lo pacar gue sekarang, bukan pembantu." ujar Kavin dengan senyumannya.
"Ayo masuk! Mau gue gandeng atau gue rangkul?" tanya Kavin mengada ngada.
"Beneran?"
"Enggak sih, males gue. Kalo lu bisa jalan sendiri kenapa harus gue gandeng atau rangkul?" jawab Kavin dengan terkekeh pelan.
"Bacot! Udah gue jalan sendiri aja. Duluan!" titah Aisha.
"Iya pacar." 2 kata tapi membuat Aisha malu sendiri.
Kavin langsung membuka pintu, dia teriak semaunya sambil menyebut Mama dan Papanya.
"SAMLEKOM!! KAVIN PULAAANG! MAMAA! PAPAA!!" teriak Kavin.
Aisha mendelik ke Kavin, tak disangka suara teriakan Kavin melebihi osis yang memakai toa setiap memanggil siswa/i.
"Harus gitu ya vin?" tanya Aisha.
"Iya. Rumah ini kan besar, gue ga tau sekarang mama papa ada di rumah bagian mana."
Lah? Emang rumahnya terdiri dari rumah bagian barat, rumah bagian selatan sama rumah bagian tengah apa? Kayak waktu di Indonesia aja.
Kavin berjalan masuk diikuti Aisha tepat dibelakangnya. Mata Aisha melihat pajangan pajangan mewah yang ada disetiap sudut ruangan. Entah itu guci, vas bunga, lukisan ataupun barang koleksi.
"Eh, kamu udah pulang." suara berat milik papa kavin membuat Aisha menoleh padanya.
"Eumm...pah! Ini Aisha." ucap Kavin merujuk ke Aisha.
Aisha tersenyum sebaik baiknya dihadapan papa Kavin.
"Loh vin? Ini siapa kamu?" kata Papa Kavin."Nah ini dia pah, kenalin....ini pacar Kavin." ujar Kavin.
Aisha malu setengah mati. Demi adu du dia bingung harus ngapain.
Ucapan Kavin disambut senyum mengembang dari papanya."Mahh!! Mamah! Kavin bawa pacarnya! Akhirnyaaa..." seru papa Kavin kegirangan.
Aisha tertawa kikuk. Dia terlihat seperti bocah tolol yang tidak punya pendirian sama sekali. Dia harus masang muka apa? Senyum? Girang? Atau tertawa seperti Papa Kavin saat ini.
Mama Kavin datang dengan celemek bunga-bunga yang melingkar di perutnya. Matanya berbinar binar saat melihat Aisha, mulutnya sengaja ditutup oleh tangan karena menganga.
Kavin? Dia duduk santai di sofa sambil makan camilan.
Aisha bersumpah akan mengutuk laki laki itu nanti. Disaat seperti ini Kavin tidak memberikan petunjuk apapun.
"Cantik sekali..." puji mama Kavin.
"M-makasih tante..." jawab Aisha diiringi senyumnya.
"Nama kamu siapa nak? "
"Aisha tante, Aisha Callia." jawab Aisha.
"Yaampun, nama kamu cantik kayak puteri aja. Tante ga tau harus ngapain, tante kesenangan. Akhirnya Kavin punya pacar, akhirnya dia suka sama perempuan...."
Buset! Emang dulu dia suka laki laki?
Papa dan mama Kavin melihat ke anaknya yang tengah main hp dan bersantai dengan toples camilannya.
"Hei! Orang ada pacarnya kok malah main ponsel sih, kamu gimana toh!" kata papa Kavin merebut ponselnya.
"Ya ilah pah! Si Aisha kan lagi ngobrol sama mama juga. Kavin cape tau mau istirahat." balas Kavin langsung berjalan ke kamarnya.
"Ehmm....Aisha ikut tante ke dapur yu, tante lagi buat kue. Tante mau Aisha nyobain kue buatan tante." kata mama Kavin.
"B-baik tante..." jawab Aisha tersenyum lagi.
Aisha melirik Kavin yang menutup pintu cukup keras, dia mengidikkan bahunya. Apa apaan dia?! Disaat kayak begini dia malah meninggalkan Aisha sendirian.
Aisha disuruh duduk di kursi makan. Aisha melihat mama Kavin yang cukup pandai mengeluarkan dan menyajikan kue diatas piring.
"Nah..ini dia." seru mama Kavin mengasongkan kue sagu buatannya.
Aisha mengambil satu dari beberapa kue di piring. Kebetulan sekali Aisha suka kue sagu dengan topping keju.
"Mmmm...nyum nyum! Enak tante." puji Aisha merem melek memakannya.
"Wahhh, ga nyangka tante sukses bikin sagu keju....oh iya, kamu kenal sama Kavin udah dari kapan?" tanya mama Kavin.
Aisha beradu pendapat dalam hati. Jawab benar, pasti dicurigai bisa bisa kebongkar semuanya.
"U...udah lama kok tante, hampir 3 bulan yang lalu." Aisha tersenyum kikuk lagi.
Tiga bulan lalu?
Bahkan Aisha belum tau kalau Kavin hidup
"Wah, lama juga ya..."
"Hehehe."
Pea! Malah cengengesan.
"Dari dulu, tante selalu mengharapkan Kavin itu punya pacar tau. Kayak kamu gini, cantik dan tante yakin kamu juga pintar disekolah. Beberapa bulan ini Kavin juga udah nggak mulai boros seperti tahun tahun sebelumnya. Apa itu berkat kamu?"
Aisha bingung mau menjawab apa. Dia tidak tahu menahu tentang keborosan dalam diri Kavin.
"I-iya tante." dusta Aisha.
"Waaahhhh!! Hebat sekali kamu. Nggak nyangka Kavin punya pacar sebaik kamu." puji mama Kavin lagi, semakin ia memuji semakin banyak dusta yang Aisha keluarkan.
Tak disangka Aisha sudah berkunjung dan berbincang bersama orang tua Kavin selama 2 jam. Merasa cukup, dia pun pergi pamit ke mama dan papa Kavin.
Aisha mengahampiri kamar Kavin yang tertutup. Dia juga mau berpamitan dengannya, tapi ia juga tidak mau mengganggunya.
Suara dengkuran keras langsung terdengar saat Aisha mendekat ke pintu.
"Lagi tidur mungkin ya? Keras banget lagi ngoroknya. Serem anjir, ganteng2 ngoroknya kaya babi."
Aisha menduga kalau Kavin mimpinya itu 1% hidup dan 99% hidup menjadi seekor babi ngepet. Aisha juga berharap Kavin keselek ngorok sekarang.
Aisha memegang knop pintu.
"Emmhh!! Gl- gladis, jangan pergi Gladis Angela.""Gladis? Siapa dia?"
*************

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Roman pour Adolescents"ayuk kita buat perjanjian." ~kavin "perjanjian apa?" ~aisha. "gue akan ngasih lo uang buat pengobatan, dan lo akan jadi pacar gue. Gimana?" ********* Cuman cerita dari otak murni gue yang unfaedah. Cerita tentang remaja, cinta, sebuah janji, dan ci...