Next!
********
"Haduh! Pusing banget gue, banyak banget berkasnya! Ini yang mana ya?" keluh Kavin, tangannya mencari cari benda yang dimaksud.
Aisha yang sedari tadi berdiri dibelakang Kavin akhirnya turun tangan juga membantu putra tunggal pemilik gedung ini.
"Ciri ciri mapnya gimana?" tanya Aisha.
"Papa gue ga ngasih tau, dia cuman bilang yang ada di atas meja. Sekarang meja disini ada berapa sih? Meja kerja dia doang kan?" kata Kavin sedikit kesal.
Aisha melihat lihat sekitar, ada satu meja untuk tamu dan sofa. Dia pindah ke meja itu. Ternyata benar, ada beberapa kertas yang dibungkus rapi didalam map.
"Kavin! Gue nemu nih!" seru Aisha.
Kavin langsung berlari menuju Aisha, dia kegirangan. Tapi kakinya tersandung oleh karpet sialan yang letaknya tepat didepan Aisha.
"Whooa!"
Aisha terdorong hingga ke tembok bersama Kavin. Aisha menahan Kavin yang mau tersungkur ke bawah, tapi! Kenapa begini kejadiannya?!!!
Bibir Kavin bersentuhan dengan kening Aisha. Kavin membelalakan mata, apalagi Aisha. Tangan Kavin menempel di tembok dua duanya, layaknya film remaja laki laki yang mengunci seorang gadis. Jarak mereka pun sudah tak terpaut beberapa centi lagi.
Dengan sisa kewarasannya Aisha mendorong Kavin hingga terjatuh duduk.
"Kavin gila!" bentak Aisha."G-gue ga tau kalo bakal jatuh kaya tadi, untungnya lo mau nangkep gue."
"Itu reflek tau!" sinis Aisha.
"Ah masaa? Tapi lo seneng kan kecium sama gue? Muka lo aja merah." balas Kavin.
Aisha menegang dan menangkup wajahnya sendiri menggunakan tangannya. Dia menyembunyikan pipinya yang menjalar noda merah pengganggu.
"Berisik!" sungut Aisha.
"Btw makasih udah nemuin map nya." kata Kavin, tangannya mengambil map dan membuka beberapa lembaran yang tersusun rapi didalamnya.
Krriiing!
Krriiiing!Bukan bunyi bel, tapi bunyi telepon berdering. Aisha dan Kavin sama sama melempar pandangan lalu merogoh kantung celana dan tasnya. Layar Kavin mati, sementara smartphone Aisha menyala terdapat tulisan "panggilan tidak diketahui"
Aisha langsung mengangkat telepon tersebut.
"Ekhem...ya Halo?""Apa benar ini Aisha?"
"B-benar."
"Pasti kamu yang mengantar saya ke dalam kamar Hotel saat saya sedang mabuk ya?"
Aisha tersenyum dan mengangguk. "Ah! Iya, betul sekali tuan Galen."
"Waw! Kamu tahu nama saya? Pasti kamu udah melihat lihat kamar saya ya?"
"Hehehe..maaf ya tuan Galen."
"Ah! Gapapa...saya mau mengajak kamu makan malam bersama saya sebagai ucapan terimakasih, bolehkah?"
Aisha semakin tersenyum lebar. "Beneran? Waah! Eumm...tapi aku ga bisa malam ini. Mungkin besok bisa, soalnya aku kerja dihotel." jawab Aisha.
Kenapa Aisha senang? Ingat tidak yang membersihkan muntahan itu siapa? Wajar bukan kalau Aisha senang diajak Galen makan? Itung itung timbal balik atas kebaikannya. Aisha bakalan gak makan seharian biar malemnya dia bisa makan banyak. Licik kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Teen Fiction"ayuk kita buat perjanjian." ~kavin "perjanjian apa?" ~aisha. "gue akan ngasih lo uang buat pengobatan, dan lo akan jadi pacar gue. Gimana?" ********* Cuman cerita dari otak murni gue yang unfaedah. Cerita tentang remaja, cinta, sebuah janji, dan ci...