Next!
*****
Malam ini, Andi, Ardi, dan Kavin berencana untuk mengunjungi rumah Aisha. Menjenguk mamanya yang sudah pulang dari rumah sakit.
"Bawa buah doang gapapa?" Ardi bersuara, melihat ke Kavin dan Andi bergantian dari kursi belakang.
"Lah emang kenapa?" Andi yang menyetir langsung mengerutkan kening.
"Gak bawa mahar? Manaan kita santai banget cuman pake hoodie. Kembar lagi, bertiga-tigaan warna abu-abu."
"Lo kira gue mau nikah?" Kavin berdecih melirik Ardi dari kaca yang menggantung.
"Aku suka Kavin jadi papa muda, papa mUuuda~~.. Tet tet tet tereret." Ardi bersenandung dibelakang, diikuti kepala Andi memanggut-manggut joget.
Kavin mendengus kesal. Sudahlah, suka hati mereka saja yang penting bahagia.
"Gue juga dikit lagi udahan." gumaman Kavin yang cukup keras menghentikan kedua orang itu.
Hening.
Andi dan Ardi saling bertatap kemudian.
"Apaan?" Ardi mulai grasak-grusuk mendekati Kavin untuk meminta jawaban.
Sementara Kavin dengan santainya memposisikan duduk bersandar, bersedekap dada lalu melihat ke luar jendela. Seperti tidak sadar apa yang ia ucapkan tadi.
"U-udahan?" tanya Andi, mengernyitkan dahinya bingung.
"Hah! Wah! Ga bener ini mah." Ardi menyaut.
"Vin, Kalau punya masalah diselesaikan aja kali. Jangan main ambil keputusan mau putus."
Kavin tidak menjawab. Dirinya masih santai melihat jalanan dibalik jendela. Melihatnya dengan pandangan kosong dan pikiran penuh.
Sungguh? Benarkah ia akan mengakhirinya besok dengan sia-sia? Atau melanjutkan dengan perasaan yang menggantung.
Lucu sekali. Bahkan dirinya sendiri masih belum bisa menyimpulkan perasaan terhadap gadis itu.
"Bener kata Andi. Lagian mau bagaimanapun gue dukung Aisha kok. Pasti lo selingkuh kan? Makanya mau minta maaf sama Aisha dengan alasan jenguk mamanya?"
"Bener kan gue?" Andi memastikan pendapatnya.
"Vin?"
"Hallow??"
"DIEM FERGUSO!"
Kavin mengakhiri percakapan dengan seruan itu. Semuanya berlanjut dengan keheningan di dalam mobil. Benar-benar tidak ada yang berbicara sepatah katapun hingga mereka sampai dirumah Aisha.
Dengan perasaan takut campur ngeri, Andi dan Ardi turun dari mobil. Mereka mengikuti Kavin yang sudah berjalan lebih dulu memasuki rumah Aisha.
Rumah Aisha bisa digambarkan minimalis bercat hitam putih dengan halaman yang hanya sepetak untuk membuat perkebunan sendiri.
Tok! Tok! Tok!
Kavin mengetuk pintu dengan pelan. Dirinya juga tak mau mengganggu Aisha dan mamanya.
"Jaga image ya."
"Hah apa Vin?" Andi berbisik.
"Jangan bandel."
"Ya ampun dikira gue bocah kali." canda Ardi.
"Jangan berisik."
Ceklek!
Aisha berdiri disana, hanya memakai singlet dan celana pendek. Setelan yang sangat santai. Plis jangan salahkan dia, Aisha kan tak tahu kalau ada tamu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Ficção Adolescente"ayuk kita buat perjanjian." ~kavin "perjanjian apa?" ~aisha. "gue akan ngasih lo uang buat pengobatan, dan lo akan jadi pacar gue. Gimana?" ********* Cuman cerita dari otak murni gue yang unfaedah. Cerita tentang remaja, cinta, sebuah janji, dan ci...