"Tolong jangan naif! Kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain! Jangan bersikap seolah tidak butuh orang lain dalam hidupmu. Sebab, untuk lahir ke dunia saja kamu membutuhkan seorang ibu,"
~Salah Terima Khitbah~
Motor Aqila mogok di waktu dan tempat yang sama sekali tidak tepat. Mati tepat di depan persimpangan menuju kampus. Kabar lebih mengenaskan lagi, hari ini ia ada presentasi kelompok, jadi harus segera tiba ke kampus.
"Gini nih kalau punya motor butut," kesalnya dalam hati.
Aqila membelinya ketika awal masuk kuliah. Belinya bekas, yang terpenting ia bisa berkuliah. Menurut gadis itu, kuliah dengan motor lebih mudah daripada harus naik angkutan umum. Tidak perlu menunggu ketika berangkat pagi, juga tidak perlu berdecak sebal ketika supirnya lama karena harus menunggu penumpang penuh terlebih dahulu.
Sebuah motor matic melintas lalu berbelok kembali ke arah semula. Kemudian berdiri tepat di hadapan Aqila, sehingga gadis itu mengalihkan perhatiannya ke arah pemilik motor itu.
Dari apa yang Aqila amati, ia melihat dan yakin jika itu adalah seorang lelaki karena memakai jaket kulit dan celana jeans.
Si pemilik motor menarik kaca helmnya ke atas sehingga terpampang wajahnya.
"Zulfi?" gumam Aqila dengan ekspresi sedikit kaget.
"Kenapa? Mogok ya?" tanya lelaki itu dengan raut wajah penasaran. Melihat Aqila harus mendorong motor sendirian, membuatnya tidak tega.
Aqila mulai menjelaskan permasalahan yang menimpanya, juga mengatakan jika ia harus cepat tiba di kampus karena sebentar lagi harus melakukan presentasi. Ditambah lagi, bahan presentasi kelompok ada padanya saat ini.
Kalau saja modul presentasi tidak sedang padanya, tentu ia akan izin saja. Biar teman sekelompok dengannya saja yang tampil.
Aqila menghela napas kasar. Begitulah menjadi orang rajin di kampus. Dimanfaatkan oleh anggota kelompok. Aqila yang harus mengerjakan tugasnya sampai pada proses print modul. Mereka hanya membayar saja.
"Kita pergi bareng aja," usulan Zulfi membuat Aqila kembali memfokuskan apa yang sedang terjadi.
Zulfi meminta agar Aqila menitipkan motornya di tempat terdekat saja dulu. Kebetulan di persimpangan itu ada sebuah masjid.
"Gak bisa ...." tolak gadis itu.
"Kenapa?" tanyanya sedikit geram. Zulfi tahu bahwa Aqila sangat membutuhkan bantuan pada saat ini, tapi Aqila menolak berboncengan dengannya. "Kamu bisa terlambat lho,"
"Aku nggak bisa!" Aqila bersikukuh tidak ingin berboncengan dengan yang bukan mahram. Ia sudah menanamkan prinsip itu sejak tiga tahun terakhir.
Kalau saja Zulfi tidak berbaik hati, ingin sekali Zulfi pergi dari sana dan membiarkan Aqila sendirian. Namun, ia semacam merasakan dorongan agar menolong gadis itu. Di matanya, Aqila terlihat memiliki aura yang berbeda dibandingkan perempuan lainnya yang pernah didekati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Terima Khitbah ✔
Espiritual🇲🇨🇲🇾 (Indonesia X Malaysia) HARAP FOLLOW DULU Tentang mahasiswa ambis yang dihadapkan pada pilihan dalam khitbah tak terduga. Tentang dirinya yang muallaf dan bertemu lelaki Melayu dengan sifat perfeksionis yang dimilikinya. Temukan keseruan da...