Suasana hening, hampir setengah jam orang-orang menanti Aqila memberikan jawaban atas lamaran Zulfan. Zulfan sendiri hampir ingin menyerah, menyadari bahwa Aqila memang tidak sedikitpun ingin bersamanya. Zulfan juga tahu kalau gadis itu begitu keras kepala.
Hakim menjadi sedih dan merasa bersalah. Dirinya yang meminta Zulfan untuk melamar Aqila lagi walaupun Zulfan sempat menolak. Lulu, Dion dan Reza juga masih berdiri di sana, menunggu bagaimana langkah yang akan diambil berikutnya.
Aqila memberanikan diri menatap lelaki tampan di hadapannya tanpa kedip dan belum ada sepatah katapun yang perempuan itu keluarkan dari bibir manisnya.
Di luar sana mulai tampak beberapa pengunjung yang akan segera memasuki cafe di pagi minggu yang cerah ini. Hal ini membuat Hakim harus mengambil tindakan.
"Dalam lamaran, diamnya seorang perempuan itu tandanya iya!" Putus Hakim yang membuat semua orang tampak melongo. Sementara Hakim hanya menyengir kuda.
"Lulu, pakein cincinnya!" Suruh Hakim pada Lulu. Dengan sigap Lulu menjalankan aksinya. Dia begitu senang kalau Aqila bisa menikah dengan Zulfan, karena menurutnya mereka terlihat begitu serasi.
"Eh eh, apa-apaan ini?" Aqila protes ketika tangannya diraih oleh gadis yang dua tahun lebih muda darinya itu.
"Pake aja, Mbak. Cincinnya dari tadi gak sabaran pengen berada di jari manis Mbak," ujar Lulu dengan senang hati.
"Aku nggak terima lamaran Pak Zulfan!" Teriak Aqila sampai telinga Zulfan berdenging.
"Kalian jangan biarin Aqila kabur sebelum pake cincinnya!" Titah Hakim pada dua karyawannya. Siapa lagi kalau bukan Reza dan Dion. Dua orang itu langsung berdiri tegak dengan tangan membentuk hormat sambil berteriak siap.
"Tuh kan, cantik banget!" Pekik Lulu setelah berhasil menyematkan cincin di jemari Aqila yang tadinya melawan keras.
Si korban kini mengayun-ayunkan tangan kirinya sambil menggelengkan kepala. Tidak habis pikir dengan mereka yang berhasil memaksanya.
"Yes, akhirnya Zulfan tunangan sama Aqila! Cium, Fan. Cium!"
Sontak Zulfan menatap horor pada Hakim yang menyuruhnya mencium Aqila. "Hei, kau jangan nak suruh aku buat yang bukan-bukan!"
Reza yang sedari tadi menjadi penonton budiman, merangkul Dion hanya untuk berbisik, "Bener kan apa yang gue bilang, dia emang gak mau nyium orang,"
"Bengek! Dia kan belum nikahin Aqila, mana bisa cium-cium?" Kata Dion sambil menjitak kepala Reza.
"Oke, kalau gitu kita tunggu sampai hari pernikahan. Kalau dia beneran nggak cium Aqila, lo harus traktirin gue makan di restoran Perancis,"
"Udah di boikot, Hyung!"
"Iye juga." Ujar Reza yang menggaruk kepalanya sambil tersenyum menampilkan deretan giginya.
***
Aqila acuh saja dengan pemaksaan demi pemaksaan yang menghantuinya setelah dua minggu lamaran itu berlangsung. Sarah sebagai sang ibu melarang Aqila ini dan itu, membuat Aqila pusing. Urusan kuliah belum selesai, ditambah lagi dengan paksaan menikah.
Namun, seberat apapun permasalahannya, gadis itu tetap harus mengakhiri apa yang sudah ia mulai. Ia mesti memenuhi persyaratannya sebagai mahasiswa semester akhir, yaitu menyelesaikan skripsinya. Pahit manisnya perjodohan dan perkuliahan ia telan bulat-bulat secara bersamaan.
"Terima kasih atas bimbingannya, Bu," ujar Aqila sambil mencium tangan seorang wanita berkacamata tebal. Kini Aqila tengah berada di ruangan dosen, baru saja menyelesaikan bimbingan.
![](https://img.wattpad.com/cover/216939759-288-k632654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Terima Khitbah ✔
Spiritualité🇲🇨🇲🇾 (Indonesia X Malaysia) HARAP FOLLOW DULU Tentang mahasiswa ambis yang dihadapkan pada pilihan dalam khitbah tak terduga. Tentang dirinya yang muallaf dan bertemu lelaki Melayu dengan sifat perfeksionis yang dimilikinya. Temukan keseruan da...