43. Jubah dan Kereta

2.4K 325 68
                                    

Pagi merupakan saat-saat manusia dihantui kesibukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi merupakan saat-saat manusia dihantui kesibukan. Baik sibuk memasak untuk keluarga, maupun bersiap-siap untuk berangkat ke suatu tempat.

Seorang lelaki tampak memperhatikan sebuah foto dengan saksama. Senyum simpul terbit dari bibirnya ketika melihat sosok pria dengan pakaian pernikahan khas Melayu sedang mencium mempelai istri di sebelahnya. Sebuah potret yang diambil diam-diam ketika pengantin wanita lengah.

Tanpa terasa, sudah sebulan saja pernikahan itu dilewati dengan suka duka. Terlalu banyak perbedaan diantara dirinya dan istri, membuat semuanya terasa istimewa.

"Happy anniversary, Sayang," ucapnya sambil meletakkan kembali bingkai foto itu di atas nakas.

"Norak!"

Zulfan berbalik badan ketika mendengar sahutan dari belakangnya. "Cakap apa tadi?" Tanyanya sambil melipat tangan di dada.

"Enggak ada apa-apa," balas sang istri ketakutan. Bisa jadi sebentar lagi akan ada aksi lempar bantal atau cubit-cubitan manakala biasanya. Oleh sebab itu, Aqila harus mengalihkan semua ini agar tidak tercipta perdebatan di pagi hari.

"Norak? Apa makna norak tu? No, tidak. Rak, almari. Betul ke? Bahasa apa pula tu?"

Pertanyaan Zulfan membuat Aqila menghentikan aksinya dari memakai krim wajah. Ia tertawa geli karena kepolosan suaminya. Beruntung sekali Zulfan tidak tahu arti dari ucapannya barusan.

"Hei kenapa ketawa pula? Salah ke?" Tanya Zulfan yang mendekat. Ia begitu penasaran apakah ada yang salah dengannya?

"Iya-in aja biar cepet." Cuek Aqila yang melipat jilbabnya berbentuk segitiga.

"Eh kejap kejap ... kenapa awak pakai baju tu?" tahan Zulfan ketika memandang istrinya sudah rapi memakai baju panjang melewati lutut, dengan celana kain sebagai pelengkap.

"Nggak boleh emangnya?" Tanya perempuan itu ketika memasang jilbab di kepalanya sambil meniup-niup bagian atas agar tertata rapi.

"Perempuan tak boleh pakai seluar, dosa tau!"

"Seluar apaan sih?" Tanya Aqila tidak paham. Makin ke sini makin banyak saja kosa kata aneh dari suaminya.

"Celana,"

Aqila memperhatikan kembali pakaian yang dikenakannya. "Apa salahnya sih? Kan aku pakai baju panjang, celananya juga nggak ketat,"

"Tak boleh, celana itu pakaian lelaki," Zulfan memberitahu. Banyak perempuan yang salah kaprah memakai baju sampai dengkul, tapi lupa jika celana merupakan pakaian lelaki. Lain halnya kalau mereka memakai celana agar menutupi kaki dari singkapan gamis.

"Terus aku pake apa dong?"

"Pakai jubah je,"

Aqila mengerutkan kening mendengar ujaran suaminya. "Tunggu tunggu ... tadi katanya gak boleh pake celana karena itu pakaian lelaki. Sekarang malah disuruh pake jubah? Selera humor Abang terlalu receh!"

Salah Terima Khitbah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang