7. Salah Target

3.6K 363 51
                                    

Pagi-pagi sekali Aqila sudah tiba di kampus. Setelah memarkirkan motornya dengan rapi, ia mengambil berkas-berkas kebutuhan kuliahnya lalu menuju gedung fakultas.

Panggilan seseorang menginterupsi, membuat gadis itu menoleh. Ternyata Zulfi yang baru saja sampai di parkiran sedang menaruh helmnya di atas motor.

Aqila menghela nafas mengingat kejadian beberapa malam lalu. Pada waktu itu Zulfi langsung menutup telepon tanpa mau mendengar jawaban dari Aqila sampai gadis itu dibuat bingung beberapa hari ini. Bahkan, untuk menguasai materi kuliah saja dirinya sampai kesusahan karena beban pikiran.

Zulfi mengikis jarak dari gadis itu, lalu berdiri tegak didepannya. Tatapannya fokus pada cincin yang tersemat di jari manis gadis yang tengah memeluk berkas itu. Senyuman tipis terbit dari bibir Zulfi, sementara Aqila ikut mengembangkan senyum.

"Nggak nyangka ya, kamu bisa buat aku begini. Ternyata kamu yang kebelet nikah,"

"Maksud kamu?" tanya Aqila bingung. Perkataan Zulfi rasanya lumayan susah untuk dicerna oleh gadis ambisius itu.

"Aku bahkan belum kasih tau orang tuaku untuk datang ke rumah kamu,"

"Serius?" tanya Aqila tak percaya. Bukankah Zulfi sendiri yang meminta orang tuanya agar segera datang ke rumah? begitu yang Aqila dengar dari Mariah.

"Kamu bikin aku jatuh sejatuh-jatuhnya,"

Aqila mengernyitkan kening, kini ia menatap wajah Zulfi lebih dalam. Kantung mata lelaki itu menghitam, sama seperti dirinya yang harus bergadang untuk belajar karena sedang ujian di kampus. Apa Zulfi bergadang karena belajar juga?

"Kamu jahat, Qila,"

"What? aku nggak ngerti deh sama kamu,"

"Aku yang nggak ngerti sama jalan pikiran kamu! bisa-bisanya kamu terima lamaran itu,"

"Fi, sebentar lagi kita ujian. Tolong jangan buat konsentrasi aku hilang!" sebenarnya Aqila begitu penasaran dan ingin menuntaskan semuanya sekarang juga, namun ia tidak punya waktu untuk itu.

"Kamu egois. Bahkan kamu nggak mau peduli gimana perasaan aku,"

Aqila menghela nafas lalu beranjak dari sana. Ia sudah malas mengurusi hal-hal seperti ini. Mungkin Zulfi salah minum obat pagi ini, sampai melantur kemana-mana. Begitu pikir Aqila.

"Dan kamu nggak merasa bersalah sama sekali?"

"Stop it! jangan bicara dulu sama aku!" seru Aqila sembari berjalan tanpa menoleh ke belakang.

_____

Usai mengerjakan soal final, Aqila memutuskan duduk di kantin. Ia sudah mengirimkan Zulfi pesan agar menyusul dirinya begitu lelaki itu selesai mengikuti ujian. Selama mengikuti ujian tadi, Aqila tetap masih bisa fokus, sementara Zulfi malah asik mencoret-coret di kertas jawabannya sendiri. Ketika ditanya kesan dan pesan belajar, Zulfi malah menyatakan perasaan galaunya itu di lembaran jawaban.

Aqila memakan bakso crispy yang tadi dibelinya dari abang gerobak yang jualan di area kampus sembari menunggu Zulfi.

Sepuluh menit kemudian, dua orang lelaki menghampiri Aqila lalu duduk di hadapannya.

"Gimana ujian tadi?" tanya Aqila basa-basi. Zulfi tampak lesu, sementara Agus malah geleng-geleng kepala.

"Tadi malam gue udah deketin dosennya, tapi nggak dikasih kisi-kisi soal," ujar Agus.

"Dasar komisaris gak bermutu, malah deketin dosen!" semprot Aqila.

"Aqil, kok kamu lancar-lancar aja sih tadi? cepat amat siapnya?" tanya Agus. Aqila menghela nafas karena komisarisnya itu memanggilnya demikian. Sepertinya memang sulit untuk diubah. Ia pasrah saja.

Salah Terima Khitbah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang