Part 16.Rumit

3.3K 168 1
                                    


Author minta maap yee because author yang udah lama gak update2 karna kuota habiss*Sad*

Yaudah langsung aja yuk cusss...

Happy Reading ^^

•••
Seminggu sudah berlalu...Namun hubungan Ray dan Aurel tak kunjung membaik, yang ada Rayhan menjauhinya sekarang.

Aurel pergi ke Rooftop untuk menenangkan dirinya, ia pura pura sakit dan pergi ke Uks padahal nyatanya ia sehat walafiat. Ia tak bisa fokus disepanjang jam pelajaran tadi. Ah cinta memang rumit.

Rambut Aurel berterbangan dikarenakan angin berhembus cukup kencang yang membuat kulitnya kian dingin, Aurel menghela nafas pelan ia tatap langit yang berwarna putih itu. Menerawang jauh menembus cakrawala.

"Gak ngapain ngapain, kok gue capek banget ya?" Keluh Aurel tiba tiba dadanya sesak sendiri.

Aurel menunduk menatap sepatunya ,ia menendang batu yang ada didekatnya. "Gue gak pernah kayak gini sebelumnya."Aurel tak menyangkalnya semenjak ia berapacaran dengan Rayhan pikirannya selalu dibayangi oleh cowok itu.

Kemudian Aurel bersandar didinding yanga ada disana. Lagi lagi Aurel mengusap wajahnya pelan. Ia tak mengerti dirinya sendiri. Melihat Rayhan yang tiba tiba perhatian kadang cuek dan kadang juga dingin membuat hatinya terombang ambing. Aurel tak berharap bahwa Rayhan menyukai nya kembali, tapi Aurel tak munafik, ada sepercik rasa dihatinya.

Yah.. Rayhan sudah mengambil hatinya.

Aurel memejamkan matanya sejenak menikmati angin yang berhembus sepoi sepoi.

Buat gue mencintai lo ,Rel.

Kalimat itu selalu teringiang dibenak Aurel,membuat siempunya berdetak tak karuan.

Jangan jauhin gue kayak gini.

Hingga pada akhirnya Rayhan sendiri yang meminta Aurel menjauhinya walaupun tak dengan kata kata.

"Jadi sekarang gimana?" Tanya Aurel kepada dirinya sendiri.

Dadanya sesak kembali mengingat Rayhan yang semakin cuek bahkan mereka tak berkomunikasi sedikit pun.

•••

"Bro, gimana hubungan lo sama si Aurel? Masih berantem?"

Rayhan mendelik."Gak berantem." Jawabnya singkat membuat Rio terkekeh sinis."Kalo gak berantem gak bakalan kali kalian diem dieman kayak gini."

"Gak usah ikut campur bisa." Bentak Rayhan tiba tiba membuat Rio, Vero dan Vino tersentak.

Rio mengepalkan tangannya marah ia menarik kerah Rayhan, tak memedulikan tatapan tajam dari bos nya itu. "Lo kalo gak bisa jaga dia, mending lepasin tuh anak. "

Rayhan tersenyum sinis sambil menyentak kasar tangan Rio yang masih saja menggantung dikerah bajunya. "gak usah ngatur gue."

Rio tertawa sinis ia mengangguk kepala nya berkali kali. "Gue ngerti sekarang."Kemudian rio meremas Bahu Rayhan agak kasar kemudian ia mengimbuhkan. "Lo udah mulai suka sama dia."

"Gak akan Rio.."desisnya tajam.

Vero yang dari tadi diam aja pun membuka suara ia mendelik tajam kearah Rayhan."Udah percuma lo ngomong kayak gitu yo gak bakalan diladenin sama ni anak."Ujarnya sambil menarik tangan Rio menjauh."Jangan salahin kita kalo Aurel udah pindah ke lain hati, salahin diri lo yang terlalu gengsi buat nyatain perasaan lo sendiri."Lanjut Vero sambil menarik tangan Rio dan Vino pergi menjauh agar si bos dapat memikirkan kata katanya lagi.

Rayhan mengepalkan tangannya kuat. Menahan dirinya untuk tak menghajar temannya sendiri. Kata kata itu terlalu menusuk hatinya. "Sialan."

Setelah itu Rayhan langsung naik keatas Rooftoop untuk menenangkan pikirannya ia pikir satu satunya tempat itu yang jauh dari keramaian lagipula udara disana juga sejuk.

Ketika sudah sampai diatas rooftoop Ray melihat sesosok gadis yang menangis sambil menceracau. Rayhan tak ingin mendengarnya namun ia penasaran dari belakang seperti nya Rayhan mengenalnya, terasa sangat familiar.

"Sakit..hati gue sakitt..gu-gue capek kaya gini terus." Rayhan mendengar racauan pilu gadis itu membuat hati nya kian merasa linu.

"Gu-gue emang bodoh banget, Udah tau dimainin tetap aja suka." Rayhan semakin mendekat merasa kasihan terhadap gadis itu.

"Gue suka sama lo Ray, kenapa lo gak peka peka sih?" Ujarnya kemudian. Ray mematung ia tahu gadis itu sekarang ia mengehentikkan langkahnya mengurung niatnya untuk mendekat pada gadis itu.

"Gue udah tahu semuanya... Gue tahu."Isak nya makin membesar semakin pilu, Rayhan memejamkan matanya erat sambil mengepalkan tangannya kuat hingga buku buku tangannya memutih.

"Gue tau lo macarin gue karna lo ga mau dijodohin kan?"Tanya nya pada dirinya sendiri.Tangis nya mereda ia mulai mengusap matanya dengan tangannya.

Deg!

Hati Rayhan mencelos. Rayhan sangat bersalah!Sungguh!Hingga akhirnya ia memilih untuk meninggalkan gadis itu karna tak tahu mengapa, hatinya menjadi linu melihat gadis itu menjerit tertahan akibat perbuatannya.

Gue emang brengsek, Rel. Batinnya gusar.

•••
Aurel melegah ia tersenyum sambil menghapus bekas air matanya yang mulai mengering, ia menggigit  bibir dalam nya menahan agar tak terisak lagi. Aurel berdiri sambil membersihkan rok nya yang sedikit kotor dan kusut.

Ia menoleh kebalakang, ia merasa jika ia tak sendirian kesana. Namun hasilnya nihil. Kosong.

Aurel mengehela nafas pelan, tapi ia rasa pendengarannya tak salah. Ia yakin ada seseorang disana selain dirinya. Namun melihat tempat itu kosong. Aurel mengetuk kepalanya pelan ,ia terlalu stres sehingga berpikir yang tidak-tidak.

"REL!! YA TUHAN!! GUE CARIIN KEMANA MANA JUGA!" Teriak Resti lega, sudah hampir setengah jam ia mencari Aurel namun tak kunjung diketemukan sampai sampai ia menyuruh teman sekelasnya mencarinya juga Karna Resti khawatir terjadi apa apa pada Aurel, mengingat kondisi gadis itu sudah tidak baik sejak seminggu yanglalu.

Aurel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal ia tersenyum bodoh. "Maap atuh."

Resti mencak mencak tak jelas, ia hampir menangis saat Aurel tak junjung ditemukan. Kemudian matanya menulusuri tampilan Aurel sekarang. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya. Melihat Baju Seragam yang kusut, rambut yang sudah bentuknya sudah tak karuan, mata bengkak, kantung mata yang hitam kentara membuat Saksi bisu bahwa Aurel sedang tak baik baik saja.

"Habis ngapain lo? Coba bunuh diri?" Tanya Resti skiptis, ia meringis berkali kali.

Aurel mendongak menatap Resti dalam. "Bunuh diri? Kepikiran aja kagak elah. Lo mah aneh aneh aja."

"Lagian muka lo kayak sadako noh, liat tuh mata lo!! Yallah Rel gak sakit tu mata merah banget." Omel Resti sambil terus menelisik penampilan yang menurutnya bukan Tipe Aurel- banget.

Resti Menyisir rambut Aurel dengan jari jari tangannya, ia meringis melihat Rambut Aurel yang sedikit kasar dan kusut. Resti tahu jika Aurel tipe orang yang sangat merawat dirinya. "Udah berapa hari lo gak mandi hah?" Tanya Resti sinis.

Aurel cemberut. "Gue mandi cuma gak keramas."

Resti menggelengkan kepalanya heran. "serah lo dah."

Setelah Resti menyisir rambut Aurel, ia mengeluarkan bedak dan liptint yang bertengger manis disaku rok-nya. "Sini gue make-up in dulu, Lo biar gak kayak setan sekolah."

"Gak gitu juga bambang."

Resti mengenggam tangan Aurel erat. "Sekarang cerita sama gue. Lo kenapa? Gara gara Rayhan?"

Aurel menghela napas kasar dan berat, ia menurunkan tangan Resti yang bertengger manis disana.ia tersenyum mencoba meyakinkan Resti. "Gue gak papa Res, lo tenang aja, gue gak papa. "Ujarnya tersenyum tulus Walaupun ia tak meyakini kata katanya sendiri.

•••

Lanjut?swip up 👆

Authornya double update niihhh uhuyy^^

[✔️]KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang