Part 33. One House

3.2K 160 22
                                    

Aurel menatap datar Rayhan yang sedang bersiap -siap untuk keluar rumah sakit. Dari tadi Rayhan tersenyum sumringah. Sedangkan Aurel hanya bergidik ngeri saja.

Aurel menatap koper-koper nya dengan malas, lalu mulai menatap Rayhan yang tampak kesusahan berjalan. Dengan lapang dada, Aurel menghampirinya dan mulai membantunya. Rayhan hanya tersenyum tipis sambil bergumam terimakasih.

"Udah semua?" Tanya Aurel kepada Rayhan.

Rayhan menggeleng pelan membuat Aurel geram sendiri. Anak ini sangat lelet merapihkan baju-bajunya.

"Ya terus yang mana lagi?!"

Rayhan menggaruk kepalanya, sambil tersenyum manis."Celana dalam gue yang gambar spiderman belum, Rel."

Aurel memejamkan matanya kuat, ia sangat jengkel pada makhluk satu ini. Benar-benar menyebalkan. Entah perasaannya saja atau bagaimana Rayhan sangatlah childless alias kekanak-kanakan.

"Mungkin ini sifat asli dia." Batin Aurel geram.

"Yaudah ambil gih!" Aurel mulai kesal, ia lantas melempar -lempar lipatan baju Rayhan yang sudah terlipat rapi didalam koper.

Rayhan yang melihat itupun panik bukan main.

"Anjir, entar kalo aurel ngeliat celana dalam gue yang hello kitty bisa mati harga diri gue!" Batin Rayhan sangat panik.

Segera ia berlari kearah Aurel, lalu memeluk kopernya seperti orang gila.Aurel yang melihat itu pun bergidik ngeri.

"Ngapain lo meluk-meluk kaya gitu?" Aurel benar-benar yakin bahwa Rayhan sudah seratus persen gila tanpa borax dan formalin.

Rayhan hanya menatapnya serius. " Lo ada nemuin apa aja di koper gue?!"

aurel hanya memutar bolamatanya malas. Lalu menjawabnya dengan malas pula. "Baju-baju lo aja sih. Kenapa emang?"

Rayhan yang mendengar itupun mengelus dadanya sambil bersyukur. Lalu ia heran mengapa isi kopernya sangat ringan.

"Rel, kok ringan banget ni koper?"

Aurel hanya tersenyum manis sambil menunjuk kearah pakaian berserakan yang ia lempar tadi. "Tuh, gue lempar tadi."

Rayhan yang mendengarnya ingin menangis saja rasanya. Ia sudah menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk membereskan Barang -barangnya saja.

Ya bagaimana tidak, mungkin hampir setengah lemari pakaian nya.  Rani membawakan bajunya tak kira-kira. Rani bilang untuk stock.Rayhan hanya mengangguk saja, terlalu malas untuk melawan. Sedangkan Anggara membawa piring dua lusin lengkap dengan sendok, gelas, dan garpu. Kata Papanya untuk cadangan.

Rayhan yang melihat kehebohan kedua orang tuanya hanya bertepuk tangan sambil menatap keduanya takjub. "Benar-benar orang tua ajaib!"

•••
Setelah dua jam berlalu, mereka berdua selesai mengemasi barang-barang tak berguna yang ada di kamar VVIP nomor 202 itu.

Sudah tau VVIP, tapi tetap saja dibawakan baju dan peralatan tidak penting lainnya oleh kedua orang tua Rayhan. Aurel ingin menangis, menjerit, mengesot saja rasanya.

"Gini amat, mertua gue." Batin Aurel tak sadar jika ia sudah menyebut kata'Mertua'.

"Kita pulang kemana, Ray?" Aurel bertanya sambil menarik kopernya cukup berat entah apa saja tanggal bundanya bawakan, mungkin sama saja dengan tante Rani.

Rayhan yang mendengar itupun, tersenyjm tipis. "Pulang kehati gue, mumpung kosong. Mau gak?" Ujarnya santai sambil mengangkat kedua alisnya.

Bukannya baper, Aurel malah menendang kakinya yang tidak diperban,membuatnya meringis.

[✔️]KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang