Part 20. Accident

3.5K 149 8
                                    


Aurel terdiam, ia terduduk dilantai Rumah Sakit yang dingin itu. Menekuk lututnya sambil sedikit terisak. Kemudian menoleh kearah mama nya terlihat tidur tapi masih menitikkan air matanya. Melihat itu membuat hati Aurel tercubit.

"Ayah.. maafin Aurel yang belum bisa membahagiakan ayah. Maaf.. " Ujarnya dengan nafa bergetar. Pandangan nya kosong.

Aurel kamu jangan manjat manjat pohon nak, kamu perempuan loh. Biar ayah aja yanh manjat ya..

"Aurel janji gak akan manjat pohon lagi ,yah. " Aurel terisak. Bahu dan tubuhnya bergetar hebat. Mengingat kenangan Ayahnya yang terus membayangi pikirannya saat ini.

Aurel kamu belajar masak ya nak, bantuin mama kamu. Walaupun hidup kita berkecukupan tapi kewajiban kamu sebagai seorang istri suatu hari harus dipenuhi loh.

Aurel mengangguk beberapa kali, kemudian menahan tangisnya yang akan pecah lagi. " Aurel janji Aurel belajar masak." kemudian tertawa linu.

Nak, maafin ayah ya. Ayah belum jadi ayah yang baik buat kamu.

"enngak ayah yang terbaik,ayah yang... " Kalimat itu tak terlanjut. Ia menangis hebat.

Hingga Tangisnya berhenti, ketika mendengar langkah seseorang yang ia rasa mendekat. Ia mendongak kemudian mengusap air mata nya.

Aurel tersenyum, ia mencoba tegak. Kemudian meremas lembut bahu sang sahabat baiknya. "Hey, kenapa? Eh gak pergi ke pantai? Nanti lo telat loh. Pasti yang lain nungguin lo. " ujarnya sambil menyuruh Andin untuk pergi.

"Sahabat macam apa gue kalo sahabat gue lagi down gue liburan hah? HAH??" bentak Andin menggebu hatinya linu melihat Aurel yang pura pura tegar. Matanya berkaca kaca. Melihat penampilan Aurel yang sangat kacau.

"Ayo makan .lo belum makan kan? Ayo!" Ajak Andin dengan sedikit memaksa kemudian langsung menarik tangan Aurel menjauh dari ruangan ICU itu.

Hingga akhirnya cengkraman itu lepas ditengah jalan, Andin menoleh kearah Aurel yang sekarang sedang tertawa miris sambil menitikkan air matanya.

Melihat hal itu Andin memalingkan mukanya, ia tak sanggup melihat sahabat seperti ini. Seperti ada batu yang menghantam hatinya dengan sangat keras.

"Ndin, ayah pasti sembuh kan? Ya kan?" Tanya nya kemudian tertawa kembali sambil terisak hebat.

Melihat tak ada jawaban dari Andin, Aurel menoleh kesamping sambil tersenyum kembali. "Woi kenapa gak dijawab sih? Iss gue marah nih. " ujarnya sambil tertawa lagi.

Andin menatap sahabat nya prihatin.Pelan ia menyentuh tangan nya. Jika digenggam kuat sedikit saja ia yakin tubuh itu akan lebur saking lemahnya.

Saking sakitnya.

"Hey lihat kearah gue.." ia mengangkat wajah Aurel agar menatap kearah matanya. Setelah dirasa sudah, Andin tersenyum walau terasa sangat sulit. "Ayah lo pasti sembuh, dan gue yakin itu. " Ujarnya dengan penuh keyakinan sambil terus manik coklat Aurel yang terlihat meredup.

"lo janji kan? Kalo ayah bakalan bangun? Janji kan?"

Andin mengangguk beberapa kali. Kemudian kembali tersenyum. "Iya gue janji, Janji."

•••

Andin (ma besti polepel, lope lope)

Gue gak jadi ikut sama kalian heheheh
Gue lagi sibuk banget nih..
Sorry yee  😭😂

Resti melempar ponsel nya yang berlogo apel tergigit itu. Membuat perhatian teman-temannya teralih kepadanya.

"Gimana, Andin? Udah mau nyampe?" Ujar Fadilla heboh sendiri .Sedari tadi ia menggerutu tak jelas menunggu kedatangan Andin sejak sejam yang lalu.

"Dia gak jadi pergi. " ujar Resti datar namun tak menutupi kekesalannya yang memuncak.

"WHATT THEE..." teriak Bunga lepas begitu saja. Benar benar si Andini itu. Lihat saja nanti.

"Njirr, udah nunggu lama juga.Awas aja kita pulang, gue gibeng juga tuh anak, sama Aurel juga. " Omel Erika panjang lebar membuat semuanya membulat kan matanya kaget.

"L-lo enggak kesurupan kan? Ya kan?" Tanya Fadiila  mulai ngawur .ia menepuk nepuk pipi Erika dengan keras membuat si empunya menatap tajam kearahnya.

"Gak usah alay." Ujarnya begitu saja sambil melongos masuk kedalam mobil mewah itu.

Dan diikuti dengan yang lainnya. Mulai dari Erika yang menyetir, disampingnya terdapat resti yang mengusap usap ponsel kesayangannya sambil sedikit sesegukan karna menangis. Lagian siapa suruh melempar ponsel mahal itu sembarangan.

"Lo sih! Iss goblok sia teh." Gerutu bunga kesal sekali. Ternyata ada yang lebih goblok darinya. Dan itu membuatnya tersenyum bangga. Sedangkan Fadilla yang sama gilanya pun hanya bergidik ngeri. Padahal sama saja.

Dikursi belakang, yang kedua. Terdapat Bunga dan Fadilla. si duo rusuh itu digabungkan. Namun ini beda, yang biasanya mereka berbacot ria. Kini hanya diam tak mengatakan sepatah kata pun. Hanya suara isakan tangis yang memenuhi mobil ini.

Ya tangis menyebalkan milik resti yang tak kunjung henti.

•••

"Makan gak lo?!" Ancam andin sambil melotot kearah Aurel, tak peduli jika itu ketuanya. Ia sangat khawatir.

Aurel menggelengkan kepalanya pelan."engga mau Ndin, lo makan aja. Gue gak laper. "

Andin menaruh sendok nya dengan keras hingga menimbulkan suara bantingan. Kemudian menyilangkan tangannya didada. Menatap sinis Aurel. "Kalau gitu gue juga ga mau makan. Deal kan? "

Aurel meringis, Andin sama saja keras kepalanya dengan dirinya. Berdebat pun tidak ada gunanya. Hingga Aurel menurut saja. Ia mengambil sendok iti dengan gemetar. Kemudian mulai memakan nasi goreng suapan demi suapan.

Andin tersenyum, ia melegah. Setidaknya Aurel masih mendengarkan ucapannya saat ini.

"Makan yang banyak ya beb." Ujar Andin di imut imutkan membuat Aurel tertawa terbahak. Andin bersyukur sekali setidaknya Aurel tak serapuh tadi.

"Ayah lo kenapa Rel... " Ujar Andin hati hati tak ingin menyakiti sahabatnya lebih dalam.

Melihat Andin bertanya seperti itu membuat Aurel menghentikan kegiatan makannya tadi. Ia menaruh sendok perlahan kemudian menarik napas panjang ."Ayah.. Kecelakaan Ndin..." Suara lirih itu membuat Andin ikut merasa sakit.

Bagaimanapun Ayah Aurel sudah ia anggap sebagai ayah sendiri, saking dekatnya.

"Ta-tapi apa tak apa?" tanya Andin khawatir.

Aurel menggelengkan kepalanya ,ia menundukkan kepalanya. "Ayah kritis..ayah mengalami cedera parah terutama dibagian rusuknya Ndin."

Andin meringis ngilu dibuatnya. Kemudian ia meremas bahu Aurel yang terlihat mulai gemetar kembali. " Tak apa, tenang semua akan seperti semula. Lo tau kan kalo ayah lo itu kuat?"

Aurel hanya mengangguk, sambil tersenyum miris.

Lagi.

Lagi.

Dan lagi.

•••

TBC.
Note: semoga ngefeel yah!  AMIINN!!
Mimin mau ngucapin terimakasih karna cerita ini hampir dibaca 1k kali. Itu membuat mimin nangis guling guling huhuhuhuhu...

Oke thenkkyoou
😭💙

[✔️]KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang