Part 43. The Rain

2.5K 117 37
                                    

Aurel terbangun dari pingsannya, matanya menyelusup keseluruh ruangan. Luas, gelap, dan mengeringkan, itu defenisi yang tepat untuk ruangan ini,ralat lebih tepatnya kamar kosong yang menjadi saksi biksu kelakuan bejat Rio.

Mata Aurel memerah seketika, menahan amarah, kesal yang membuncah. Hingga pada titik puncaknya, Aurel menangis sekuat kuatnya mengeluarkan semua kekesalannya. Rasanya sangat sakit. Tidak fisik namun hati.

Tangan Aurel mengepal kuat, ia meremas sprei yang sudah berganti warna dengan merah pekat. Aurel benar benar frustasi, ia masih tak percaya dengan apa yang sudah terjadi.

Kemudian ia melirik ke arah pakaian yang terpasang berantakan, dibagian perutnya terdapat bekas darah mulai mengering dan masih ada beberapa yang menetes. Aurel menggigit bibir dalamnya hingga berdarah, ia tak perduli dengan apapun lagi sungguh.

Aurel berjalan sempoyongan dengan tatapan kosong, ia berlari menuju kaca jendela kamar ini, terlihat cahaya matahari menelusup kedalam ruangan memberi keterangan tapi itu tak berpengaruh olehnya, karena hidupnya benar benar gelap sekarang.

Lagi lagi Aurel menangis dalam diam,  ia mengambil ikat pinggang yang mengenai tubuhnya dengan brutal tadi malam, dengan sekuat tenaga ia pukulkan ke kaca jendela.

Pranggg

Kaca itu terpecah berkeping keping, Aurel terengah meredam amarah nya yang semakin tak terkonrol. Aurel memejamkan matanya mencari ketenangan namun tak ada juga. Wajah bundanya dan Rayhan terbayang oleh lainnya.

Entah mengapa ia menjadi kehilangan semangat hidup, keinginan nya sekarang hanya satu..

Menyusul ayahnya.

Tidak, bundanya masih ada. Lagian ia juga belum membahagiakan nya.

Tangan Aurel gemetar hebat, ia mengambil salah satu serpihan kaca itu. Lalu mengenggam nya sangat kuat hingga membuat darah segar mengalir dari telapak tangan Aurel. Jujur, Aurel tak merasakan apapun. Perih saja tidak,  yang ia rasakan hanya lah hatinya yang sudah hancur berkeping keping.

Ia menoleh kearah telapak tangannya yang masih meneteskan darah, ia tersenyum kecil. Terasa melegakan. Ia mengambil satu kaca lagi, tanpa ragu Aurel menyayat lengannya sendiri.

Aurel tersenyum tipis sambil menitikkan air matanya berkali kali ia menghapus air matanya namun gagal, air matanya terus saja berjatuhan. Ia menyayat cukup banyak dan sedikit dalam.

Setelah merasa lega, Aurel berjalan terseok kearah pintu. Dan untungnya tidak terkunci. Ia mulai berjalan menyusuri tempat yang hampir sama dengan neraka. Sangat menyeramkan.

Aurel selalu waspada, Ia menuruni tangga dengan hati hati dan sekali kali ia jatuh, karena tubuhnya sangat nyeri. Menyampingkan rasa sakit itu, Aurel berlari sambil menangis histeris, bayangan kejadian menyeramkan itu terus berputar didalam pikirannya.

Aurel ketakutan, sangat ketakutan. Hingga kakinnya tergelincir dan jatuh berguling guling hingga ke anak tangga terakhir. Aurel merasakan perutnya mati rasa, ia mengerjap kan matanya yang terasa buram dan sedikit gelap.

"Jangan, jangan disini." Gumam Aurel bergetar.

Dengan sekuat tenaga, ia kembali berdiri sambil menyeret tubuhnya keluar tempat biadab ini.

Hingga akhirnya ia sampai didepan pintu belakang yang tak terkunci. Aurel tersenyum, ia membuka pintunya dan benar saja itu sebuah taman yang indah. Ia sedikit tak menyangka bahwa ditempat sepi ini ada taman yang sangat indah seperti ini.

Aurel terus berjalan, melewati pepohonan yang hampir mirip dengan hutan. Aurel memejamkan matanya, ketika sampai dilokasi dimana dirinya dan Rio mengobrol malam tadi, Rio tampak biasa biasa saja dan baik. Namun siapa sangka menjadi malapetaka bagi dirinya.

[✔️]KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang