Part 21.Hurt

3.4K 141 12
                                    


Langkah kaki serempak itu menggema silorong rumah sakit ini.

Bunyi sahut menahut dari suara sepatu iti terdengar keras dan cepat.

Aurel dan Bodyguard terlihat sedikit berlari, namun Aurel masih tak mengerti.

"Sebenarnya ada apa?" gumamnya dalam hati.

Hingga mereka sampai didepan salah satu ruang dirumah sakit. Ruangan ICU .

Sebentar..

Sebenar nya ada apa?

Namun tak lama keluar lah seseorang dari ruangan tersebut.Mata Aurel membulat ,ia mengerjap tak percaya. Tanpa sadar tangannya bergetar. Takut akan tau yang terjadi sebenarnya.

Bundanya menangis tersedu-sedu. Aurel segera memeluknya untuk menenangkannya. Ia masih belum mengerti. Kemudian dengan perlahan ia menghapus air mata bundanya. Dan tersenyum.

"Bunda...ada apa? Siapa yang sakit?" tanya Aurel masih bingung.

Melihat tak ada jawaban dari sang ibunda, membuat Aurel semakin khawatir.

Apa maksudnya ini?

"Bun.. Apa ya--" Perkataan Aurel terhenti ketika ibunya menyampaikan sebuah fakta yang membuat tubuhnya sedikit terhuyung saking shock nya.

"AYAH KAMU!! AYAH KAMU KECELAKAAN DIA....DIA KRITIS... DIA... DIA.." Teriakan dari sang ibunda meluluh lantahkan pertahanan hatinya. Dengan perlahan air mata nya keluar kembali.

Tubuhnya bergetar, mencoba menepis segala ketakutan yang mulai menjalar. "Tenang bun, ayah---pasti sembuh. Pasti itu... " Aurel mencoba menguatkan sang ibunda.

"ENGGAK!! AYAH KAMU BUTUH DONOR JANTUNG!! DUA TULANG RUSUKNYA MEMBENGKOK DAN MENGENAI JANTUNG AYAH MU. Diaa....hanya memiliki persentase  10%untuk hidup dalam 24 jam kedepan... Dia akan meninggalkan kita REL!! DIA AKAN PERGI DIAA.. " Jeritan Bundanya tak terkendali. Mendengar itu kakinya melemas dan jatuh begitu saja.

Kemudian ia memasuki ruangan itu, sambil mengenakan baju hijau yang mana memang setiap penjenguk harus memakai itu karena harus benar benar bersih ketika memasuki nya. Mulai dari kepala, badan dan sarung tangannya, semua terbalut pakaian itu.

Dengan langkah gemetar, Aurel memasuki ruangan tersebut. Dengan air mata yang sudah mengalir sedari tadi.

Ia mendekati sebuah kaca, yang membatasi sang pasien dan sang pengunjung. Ayahnya tidak bisa disentuh.

Ia menangis dalam diam, melihat ayahnya dari kaca itu membuat nya hancur lebur. Tangannya mulai meraba kaca, seakan akan menyentuh wajah ayah nya.

"Ayah.. Bangunlah. Kami merindukanmu. Jadi cepet bangun ya yah?" tanya nya parau. Hatinya sakit.

Kemudian ia menatap ayahnya prihatin, melihat banyak sekali selang, infus atau apalah itu, aurel sama sekali tak mengetahui fungsi dari selang selang itu. Namun yang pasti tentu saja untuk keselamatan ayahnya.

Ia meringis ketika ia melihat sebuah selang yang masuk kedalam mulut nya. Dan menembus ke paru paru. Mungkin untuk mendapatkan oksigen. Hanya itu yang Aurel tau.

"Yah, Aurel baru putus loh sama Ray. Ayah gak mau semangatin Aurel gitu?"

"Yah, Aurel lusa kan ulang tahun. Kok ayah malah asik tidur begini sih. Aurel ngambek ah." lanjutnya mencoba tersenyum kembali.

Kemudian bahunya bergetar, ia tak tahan sungguh. "Yah.. aurel lelah yah .Aurel --"

Tangisnya pecah, benar benar pecah. Dadanya sesak sekali. Kemudian ia kembali menatap ayahnya. "Ayah.. Aurel pergi ya.nanti Aurel jenguk lagi deh. Soalnya Aurel gak tega liat ayah kaya gini. Babay ayah... "

[✔️]KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang