Part 40. Pain

2.9K 129 16
                                    

Aurel sedang menyiapkan satu roti bakar berselai cokelat, untuk sarapan kali ini. Ia mulai mengoleskan selai cokelat, dan meletakknya didalam piring. Tak lupa ia membuat susu cokelat panas. Disusunnya serapi mungkin diatas meja makan.

Atensinta jatuh kepada seseorang yang turun dari tangga. Aurel merasakan suasana canggung akan terjadi kali ini.
Rayhan mulai mengayunkan kakinya menuju meja makan, dan duduk tepat didepan Aurel.

Aurel hanya tersenyum kikuk, sambil melahap roti selainya tanpa menatap Rayhan.

"Gue duluan." Ujar Rayhan ketika sudah menyelesaikan kegiatan sarapannya, Aurel hanya tersenyum samar. Ia tahu akan menjadi seperti ini nantinya.

"Eh susunya belum diminum, Ray." Aurel sedikit mengeraskan suaranya, Ray hanya menoleh nya tanpa mengatakan sepatah kata pun, lalu kembali berjalan menuju luar rumah.

Aurel menghela nafas, ia kembali melanjutkan kegiatan sarapannya, sendirian.

•••
"REL!! OI BERANGKAT MA GUE YOK!" Teriak seseorang dengan suara deep voice,  suara yang sangat khas itu membuat Aurel langsung mengenali suara itu.

Aurel menegakkan kepalanya, sedari tadi ia duduk dihalte bus, tapi busnya tak kunjung menampakkan dirinya. Membuat Aurel gelisah, bisa-bisa ia telat datang kesekolah. Ketika mendengar suara itu, senyum lebar terpantri diwajah Aurel.

"RIOO!!" pekik Aurel senang. Pas sekali, Rio memang selalu ada disaat dirinya diambang kesulitan.

Rio tersenyum lebar, sambil memberhentikan motor ninjanya tepat didepan Aurel, lalu dibuka nya helm nya. "Tau-tauan aja lo, kalo gue Rio."

Aurel hanya cengegesan sendiri. "Tau lah, suara lo kan berat banget kayak bapak-bapak." ledek Aurel sambil tertawa puas.

"Enak aja, ganteng gini dibilang bapak -bapak, gini-gini juga suara gue bagus yew." Rio menjentikkan jemarintya seperti seorang wanita. Aurel lagi-lagi terbahak, entah kenapa humornya akhir-akhir ini sangat rendah, kalo bahasa kekiniannya nya retceh.

"Yaudah yuk, sama abang aja." Rio mengangkat kedua alisnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Bukannya baper Aurel malah memukul lengannya kuat, membuat Rio tertawa dan memasang ekspresi pura-pura sakit.

"Yaudah yuk entar telat lagi." Aurel menaiki motornya, lalu memakai helm yang diberikan Rio.

•••
"Selamat malam,Aurel." Resti mesem mesem sendiri sambil menutup wajahnya malu-malu membuat Aurel bergidik ngeri. Sudah tau masih pagi, malah bilang selamat malam. Emang tambah geser aja otak Resti.

"Hmm, kenapa si? Seneng amat kayaknya lo? Dapat notice sama gebetan lo?"

"Gebetan gue? Siapa dah? " Resti menatap Aurel dengan tatapan tak mengerti.

"Mimi Peri donk, siapa lagi emangnya sih?" Gamblang Aurel sambil menahan tawanya.

"Sialan." Wajah Resti kembali cemberut. Emang gak ada gunanya dia datang ke Aurel. Selalu aja bakalan dinistain.

"Canda doank kali, kenapa?"

"Gue lagi seneng bangeeeett, Aa pokoknya gue seneng banget." Resti senyam senyum sendiri membuat Aurel geleng -geleng kepala.

"Ya kenapa si? "

"Gue balikan donk sama vero, awww jadi malu."

"SERIUS LO? BOONG SIH PASTI" Aurel memasang raut seperti pura -pura tidak percaya.

"Eh engga ya, yang ini mah real gak pake sambel." Kata Resti tambah ngaco. Aurel hanya manggut-manggut saja malas membalas bahasa-bahasa alien yang dilontarkan Resti.

[✔️]KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang