Part 38. Cold

3K 116 44
                                    

Rayhan, Aurel dan Andini sedang duduk melingkar diatas karpet bermotif bunga mawar itu. Mereka duduk melingkar dalam suasana hening, belum ada yang berani membuka suara duluan. Yang menemani mereka hanya suara suara dari Televisi.

Namun sedari tadi Andin terus saja melirik keduanya dengan sinis, Aurel pun hanya menundukkan kepalanya merasa malu. Sedangkan Rayhan hanya menelan ludahnya kasar, sangat bingung akan menjawab pertanyaan yang akan dilontarkan andin nantinya.

"Jelasin ke gue, tentang hubungan kalian!" Andin menatap kedua orang itu secara bergantian.

"Gu-gue gu-gue--"

"GAGAP LO?" Sentak Andin sinis melihat Aurel yang tiba tiba gagap tersebut sedangkan Rayhan yang disampingnya hanya tersenyum tak enak.

"Ndin calm down gurl," Rayhan cengengesan sendiri untuk menutupi rasa gugup dan malunya yang sudah menjalar sedari tadi.

Andin hanya membuang nafasnya kasar, lalu melirik Aurel yang masih menundukkan wajahnya dan sekali kali menggigit bibirnya. Ekspresi Andin melunak, ia menyunggingkan senyum tipis lalu mulai menatap keduanya dengan sedikit lembut.

"Jadi bisa jelasin ke gue?"

Aurel melirik Rayhan yang terbungkam sama seperti dirinya, membuatnya geram sekali dan lagi-lagi dia harus turun tangan lagi. Memang tidak ada gunanya Rayhan disisinya.

"Gue sama Ray sebenarnya dijodohin Ndin, Gue-"

"HAH? GIMANA? WHAT? HALU LO?" Andin melototkan matanya sambil mengibaskan poninya dan sekali kali mengerjapkan matanya takjub, merasa tak percaya.

Rayhan yang sedari tadi terbungkam mulai membuka suara, tak tega juga melihat Aurel yang berusaha sendirian. "Iya, yang Aurel omongin bener."

Andin hanya menggeleng gelengkan kepalanya, tak terasa senyum nya memudar. Ada sesuatu yang menjanggal dihatinya. Lalu senyumnya mengembang kembali, walau palsu.

"Gue harap lo gak nyakitin hati Aurel."

•••
Aurel melamun sedari tadi, ia masih merasa janggal dengan sikap dingin Andin tiba-tiba. Andin bahkan tak membalas pesannya yang sudah beratusan kali bahkan ribuan yang ia kirim padanya.

Rayhan yang melihatnya ikut merasa prihatin, ia tahu bahwa Andini dan Aurel memang sangat dekat antar satu sama lain, menurut Rayhan begitu.

Ia mendekat kearah Aurel yang masih melamun dan tangannya yang masih memegang piring kotor untuk dicucinya. Aurel tak kunjung mencucinya sedari tadi pikirannya hanya dibayangi oleh bentakan Andin di telfon tadi.

MAU MAUAN AJA LO SAMA SI RAY, MAU JADI PELAKOR LO?

Aurel tersenyum miris, ia juga tahu bahwa Rayhan sudah memiliki kekasih tapi apalah daya ia juga tak bisa menolak permintaan bundanya dan juga bunda Rayhan, mungkin.

"Rel, Lo gapapa?" Rayhan mengelus bahunya sebentar, kemudian Aurel menoleh sembari tersenyum tipis lalu menghempas tangan Rayhan. membuat Rayhan kikuk.

"Gak papa, udah gue tidur dulu. Oh iya lo tidur aja dikamar gue mau tidur diruang tamu aja."

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Engga usah, Gue aja."

Aurel tersenyum tipis." Gue aja, lo kan tuan rumah. Jadi gue gak berhak ngatur ngatur lo, maaf kemarin gue lancang nyuruh lo tidur diluar. Good night."

Rayhan tersenyum miris, hatinya merasa linu tiba tiba. Tuan rumah apanya? Lagian ini rumah milik mereka berdua,bukan dirinya saja. Mengapa Aurel bersikap seperti orang asing disni?

[✔️]KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang