Part 31.Are You?

3.1K 142 11
                                    

Aurel mengusap sisa air matanya, kemudian telinganya mendengar deringan lonceng berbunyi tanda masuk. Namun Aurel tak perduli lagi, ia memilih bolos saja.

Didudukkan bokongnya, sambil memegang kedua lututnya. Entah perasaannya saja atau bagaimana. Udara disini sangat dingin. Ah iya langit sudah mulai mendung sekarang. Tanda sebentar lagi hujan.

Aurel tersenyum senang, ia sangat menyukai hujan.

Oh ya, Ngomong-ngomong seragamnya sangat ketat sekarang, Aurel benar- benar mengecilkan seragamnya kembali ,seperti yant dikatakan Sofia.

Aurel mendongak, menatap langit yang mulai mengeluarkan gemuruhnya. Langit semakin gelap. Gemuruh juga semakin beradu satu-sama-lain. Aurel menengadahkan satu tangannya. Hingga setetes demi setetes air mulai jatuh mengenai tangannya.

Aurel lagi-lagi tersenyum. Ia sangat kagum terhadap hujan. Walaupun berkali-kali jatuh, ia pasti akan tersenyum yang diutarakan melalui pelangi.

Pelangi, walau sesaat namun sangat indah.

Aurel membiarkan badannya terguyur hujan, membuat tubuhnya kian mendingin. Aurel tersenyum senang, ia loncat-loncat seperti anak kecil. Ia mulai terkenang akan almarhum ayahnya.

Aurel merasakan tubuhnya mulai menggigil, dilihatnya kedua tangannya yang mulai mengkerut. Tanda ia sudah terlalu lama terkena air. Kemudian ia memejamkan mata,meminta kepada tuhan untuk selalu mengembangkan senyumannya sesakit apapun hatinya.

•••
"Rel, udah siap nak?" Kirana menyisir rambutnya, sambil sesekali melirik putrinya yang masih terbengong didepan cermin.

Ah iya, btw gaunnya kemarin tak jadi Aurel kenakan. Bundanya menyuruh memakai  baju casual, membuat bertanya -tanya. Namun bundanya tak menjawabnya melainkan tersenyum tipis. Aurel menghela nafas.

Kirana mendekatkan diri ke Aurel, kemudian dielus nya kepala putrinya. "Cantik."

Aurel tersenyum tipis. "Makasih Bunda."

•••
Aurel terbengong ketika keluar dari taksi, melihat ia tak berada direstoran atau tempat romantis lainnya. Tapi ini..

Dirumah sakit?

Aurel meneguk ludahnya kasar, diliriknya bundanya yang tersenyum tenang. Menatap bundanya meminta penjelasan, namun bundanya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Aurel menghela nafas lagi.

Perlahan, mereka mulai memasuki rumah sakit. Dari tadi Aurel sangat gelisah. Hatinya gundah. Pikiran nya berkelana dalam kepalanya. Dalam pikirannya hanya satu yang ia pikirkan hanya -

Apa calon suami ku sakit?

Aurel khawatir, namun ia menghela nafas. Semoga saja hari ini akan menjadi hari sangat  panjang.

Aurel menunggu dikursi tunggu pasien, ia masih menunggu bundanya mencari informasi kamar pria yang akan dijodohkan untuknya. Aurel mengedarkan pandangannya. Alangkah terkejutnya ia melihat seseoarang yang ia temui kemarin.

Itu Bella.

Aurel memicingkan matanya, agar dapat melihat lebih jelas.Dan benar penglihatan nya tak salah. Kemudian matanya melirik seseorang yang didorong oleh Bella menggunakan kursi roda.

Kemudian Aurel memilih untuk tak memusingkannya. Ia mulai melihat batang hidung bundanya terlihat dari beberapa meter. Kemudian ia langsung berdiri tegak, ketika bundanya menghampiri nya.

"Bunda udah dapat nomornya, yuk." Kirana menggandeng lengan putrinya. Aurel membalasnya dengan senyuman tipis.

•••
Aurel memasuki kamar nomor 202.Sebelum memasukinya,Aurel memegang dadanya yang bergetar hebat. Entah mengapa, perasaannya tak karuan sekarang.

[✔️]KETOS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang