2018
Raina POVSudah tepat seminggu aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas semester awal. Aku belum tau kelas yang nantinya menjadi kelasku selama 3 tahun di sini. Di kelas sementara aku punya beberapa teman yang sangat menyukai hangout, beda sekali denganku yang lebih suka hemat. Untuk mengeluarkan uang untuk diri sendiri saja sangat berat, apalagi untuk bersenang-senang. Hari ini, tak ada guru yang masuk di kelas sementara. Aku menghabiskan waktu didalam kelas, jujur aku tak nyaman bersama mereka. Kali ini, aku mengakui diriku introvert jika bersama mereka. Aku lebih banyak diam, sesekali aku mengingat ledekkan Yasa yang masih hangat melekat di ingatanku. Aku sempat merindukannya, bagaimana tidak selama 3 tahun aku tidak akan bertemu dengannya lagi di sekolah karna sekolah kami berbeda. Aku ingin membuang sampah kertas ke tempat sampah di luar sekolah, aku berjalan perlahan. Seusai membuangnya pandanganku tak sengaja mendapati punggung seseorang yang aku kenal. Aku diam mematung dan memastikan siapa lelaki itu.
Saat lelaki itu membalikkan tubuhnya, mataku terbelalak mendapati lelaki yang selama ini aku puji manis, yang selalu bersama Yasa. Ya, Arya namanya. Aku langsung mempercepat langkahku masuk kedalam kelas dan berusaha tak terlihat dari pandangan Arya. Selama di kelas aku lebih banyak merenung, dan mengingat Arya yang kini masih satu sekolah denganku.
Bagaimana bisa? Batinku.
Sesekali aku membenturkan kepalaku pada meja dan menghela nafas berat.
"Bagaimana jika ternyata aku sekelas dengannya?" Gerutuku pelan.
"Aku tidak inginkan hal itu, membayangkannya saja aku sudah sangat muak. Sungguh." Bisikku.
"Rai? Lu baik-baik aja kan? Lu ngomong sama siapa?" Tegas salah satu teman sebangkuku.
"Aku? Aku bicara sendiri. Sudahlah lupakan." Ucapku yang terkekeh diiringi dengan jari tanganku yang mengetuk-ngetukkan meja.
Saat aku gelagapan, tiba-tiba beberapa temanku memberikan info jika di mading sekolah sudah ada pembagian kelas. Aku dengan tasku berdiri didepan mading, berusaha mencari namaku sendiri.
Aku berhasil menemukan namaku di urutan ke 7 pada kelas 10 Mia 3.Aku jadi anak ipa? Gumamku.
Saat melihat beberapa temanku, aku termangu ketika mendapati nama Arya ikut bertengger di kelas 10 Mia 3 di urutan ke 5.
"Lah?!" Seruku yang sontak berhasil mencuri perhatian beberapa siswa yang mengerumuni mading.
Aku keluar dari kerumunan itu dengan wajah kesal, saat keluar aku mendapati Arya yang baru saja ingin masuk kedalam kerumunan siswa. Aku masih berdiri mematung menatapnya dengan tatapan kesal. Tatapannya tak sengaja bertemu denganku, diiringi dengan celotehnya pada teman-temannya namun fokusnya padaku. Aku langsung membuang wajahku dan menunggu salah satu teman sekelasku.
Kini aku sudah duduk diruang kelas baru, ruang kelasku di pojok atas. Aku memiliki view sendiri yaitu rerumputan hijau, dnegan perkebunan sayuran dan sawah. Aku duduk sembari berusaha untuk tampil biasa saja di hadapan Arya.
Aku tak mengenalnya, untuk apa aku malu? Gumamku.
Tak lama kemudian Arya masuk kedalam kelas, aku berusaha mengalihkan pandanganku agar tidak bertemu dengannya. Aku tidak takut akan hal apapun, yang aku takuti adalah Arya sewaktu-waktu bisa membocorkan rahasiaku.
Sebulan, dua bulan, dan hari-hari selanjutnya berjalan dengan lancar. Tak seperti kecemasanku, Arya cenderung tak banyak bicara padaku. Namun, tidak saat teman lelaki di kelasku bertanya pada Arya siapa lelaki yang aku sukai. Tentu, Arya langsung menjawab nama Yasa dengan muka konyolnya. Dulu aku menyebutnya manis bukan? Tidak untuk sekarang. Lambat laun, Arya menghitam seperti Yasa. Dan, aku mempunyai julukan baru yaitu muka konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Teen Fiction"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...