I'm Not Alone

7 2 0
                                    

Oktober 2025
Bandara Soekarno Hatta
07.45 AM

Arya menggenggam tanganku sangat erat sembari membantuku mencari keberadaan Steven. Aku tersenyum menatap genggamannya yang sangat erat. Tak lama kemudian Steven menghampiri kami dan membuatku mengalihkan pandanganku.

"Udah siap?" Tanya Steven.

"Sure, tunggu sebentar. Awan sedang mengambil sesuatu untukku." Ucapku.

"Oh iya, Steven ini Arya cowo saya. Dan Arya ini Steven partner KKP aku." Ucapku memperkenalkan satu sama lain.

Arya dan Steven berjabat tangan dengan saling melemparkan senyum.

"Gua titip Raina ke lu selama di Kalimantan ya bro." Ujar Arya.

"Iya saya akan menjaga Raina." Sahut Steven yang tak lama kemudian Awan menghampiri kami.

"Nih titipan dari Arya." Ucap Awan sembari memberikan sapu tangan bergambar segelas boba.

"Ini buat apa?" Tanyaku sembari menerima sapu tangan itu.

"Anggap aja itu aku." Ucap Arya sembari terkekeh.

"Ini rahasia tapi sepertinya lu perlu tau, Raina phobia dengan kegelapan jadi lu jangan ninggalin dia sendirian waktu gelap." Jelas Awan pada Steven.

"Oh ya? Saya usahakan." Sahut Steven.

"Raina memang kelihatan kuat, tapi dia gak sekuat yang lu fikir. Jangan buat dia kecapean, dia mudah lelah." Timpal Arya.

"Apa sih kalian, aku gak serapuh itu ya. Saya gak apa-apa kok Steven, kamu gak perlu terlalu memikirkan hal itu." Ucapku sembari terkekeh melihat Awan dan Arya seperti memberikan perintah kepada pengawalku.

"Ini serius." Tegas Arya.

"Udah Arya." Gerutuku sembari menyikut perutnya pelan.

"Tenang saja, sepertinya pesawat akan segera berangkat. Ayo Rai."ajak Steven.

Aku mengangguk pelan dan kembali menghadap Arya lalu memeluk Arya dengan sangat erat. Arya menciumi puncak kepalaku dengan belaian tangannya pada rambutku. Aku melepas pelukan itu dan tersenyum menatapnya, aku jinjit dan mengusap kedua pipinya.

"Jaga hati, jaga pikiran, jaga kesehatan." Ucapku dengan senyumanku.

"Siap boba." Sahutnya yang kemudian mencium keningku dan mengusap pipiku.

Aku beralih pada Awan, saat hendak memeluknya. Jari telunjuk Arya sudah menahan keningku agar tak berdekatan dengan Awan.

"Hanya sekali." Gerutu Awan.

Aku mengedipkan mataku berkali-kali pada Arya. Dengan tegas, Arya menggelengkan kepalanya tanpa membuka mulutnya. Aku menghela nafas panjang dan kemudian mundut beberapa langkah.

"Gua pergi dulu ya, sampai ketemu 2 bulan lagi." Ujarku sembari melempar senyum.

Kemudian Steven meraih koperku dan membantuku membawa koperku.
Aku kembali menggenggam tangan Arya dengan senyum manis yang kupunya. Perlahan genggaman tanganku terlepas dan berjalan masuk kedalam bandara.

"Aku akan kembali." Seruku yang dibalas anggukan Arya.

Aku berjalan mengekori Steven sembari melambaikan tangan pada Arya dan Awan.
.
.
.
.
.
"Jadi disini kami sedang melakukan sosialisasi mengenai gizi anak." Ucapku kepada ibu-ibu dan anak-anak didaerah pedalaman.

"Disini saya tidak sendiri, saya bersama teman saya. Bisa perkenalkan diri?" Tanyaku pada Steven.

"Iya, nama saya Steven Condrich. Bisa dipanggil dokter Steven." Ujar Steven.

Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang