Dedaunan berjatuhan tepat menjatuhi kakiku, seusai kelas aku memutuskan untuk berdiam diri di taman. Tak lama kemudian, Salsa datang dan duduk di sampingku.
"Kenapa lu murung gitu? Kangen gua?" Celotehnya yang sama sekali tak mendapat jawaban dari mulutku.
"Lu kenapa Rai?" Tegas Salsa.
"Gapapa." Sahutku yang kemudian merogoh ponselku didalam tas dan mencoba menelfon Arya, namun tidak tersambung.
"Lu nelfon siapa?" Tanya Salsa.
"Arya, kenapa ya dari pagi sampe siang gini dia gak bisa ditelfon?" Ucapku dengan wajah murung.
"Lah lu berangkat ngampus sama siapa?" Lanjutnya dengan penuh heran.
"Ojek online. Awan juga udah gak peduli sama gua lagi." Gerutuku yang kemudian menaruh ponselku kembali kedalam tas.
"Loh lu sama kak Awan emang ribut?" Tanyanya.
"Ah lu mah ketinggalan banyak hal, noh liat berduaan mulu."gerutuku sembari menunjuk kearah Awan yang tengah bersama wanita itu.
"Yang sabar bos."ujar Salsa sembari memakan sepotong kebab.
"Tapi kayaknya masih ada yang peduli sama lu sih." Ucap Salsa sembari menatap kearah belakangku.
Aku menoleh ke belakang dan mendapati Steven yang akan menghampiriku. Aku memasang wajah jengah melihatnya.
"Dia ganggu mulu ih bule gak jelas." Gerutuku.
"Hai Rai." Sapa Steven diiringi senyumannya.
"What?" Responku dengan tatapan malas.
"Santai dong, saya disuruh untuk bilang ke kamu. Nanti kita partner KKP." Ucapnya yang sontak membuat aku bahkan Salsa sedikit terkejut.
"Saya dan kamu?" Tegasku.
"Iya tentu, dan kita dapat tugas KKP di luar kota. Nanti saya kabarin lagi ke kamu ya Rai." Jelasnya yang sama sekali tak bisa tercerna didalam pikiranku.
"Siapa yang nyuruh kamu?" Tanyaku dengan nada serius.
"Kating." Jawabnya singkat.
"Awan?" Tegasku.
"Iya, kok kamu tahu?" Tanyanya heran.
"Kurang ajar." Gerutuku yang langsung menyambar tas ku dan berjalan meninggalkan mereka dengan sedikit menyenggol kasar lengan Steven.
Aku berjalan cepat menghampiri Awan yang tengah bersama wanita itu.
"Excuse me." Ucapku singkat pada wanita itu yang sepertinya langsung mengerti dan pamit pada Awan.
Aku menatap tajam Awan yang kini tengah menggerutu.
"Kok lu malah gangguin sih? Itu Luna." Ucapnya.
"Kenapa lu ngasih Steven jadi partner KKP gua?!" Ucapku dengan nada tinggi.
"Kan lu yang mau Rai, gua mau lu bahagia itu doang." Sahutnya.
"Lu yang bodoh! Lu gak mikirin posisi Arya?! Lu sendiri yang bilang Arya itu baik!" Seruku.
"Lu kenapa sih Rai?" Tanyanya heran.
"Lu yang bikin gua rapuh lagi." Ujarku dengan penekanan disetiap katanya, dan kemudian hendak pergi meninggalkannya namun tertahan dengan genggaman Awan.
"Apa maksud lu?" Tegasnya.
Mataku jelas sekali sudah berkaca-kaca, aku tidak mengerti kenapa aku menjadi sesensitif ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Teen Fiction"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...