"Gua sayang sama lu" ucap Tian sembari mengacak-acak rambutku.
.
"Rai, kan gua pengennya jalan berdua. Kok lu bawa sepeda?" Seru Tian dengan wajah kesal.
.
"Hayo lu mau kemana?" Ujar Tian diiringi dengan senyumnya dan tubuhnya yang menghadang sepedaku.
.
.
.
"Happy Valentine day anak kecil!" Ucap Tian sembari menyodorkan hadiah yang panjang seperti tongkat terbungkus kertas kado."Kok gede banget si?" Tanyaku heran sembari menerima coklat itu.
"Ya gak apa-apa, butuh perjuangan tuh beli pake uang sendiri." Jelasnya.
"Iya iya, makasih anak alay!" Sahutku sembari tertawa kecil padanya.
.
.Semuanya pernah seindah itu, ia datang dengan semua perasaan tulusnya. Melawan perasaanku terhadap Yasa kala itu. Sangat indah, seindah musim semi dengan burung-burung yang terbang dan menari-nari bersama sang langit. Sungguh ini sangat indah, sampai aku lupa untuk bangun dari keindahan ini semua yang seketika menjadi kelam.
"Hai Raina, Tiannya harus fokus belajar." Ucap wanita yang sangat spesial di mata Tian, yang telah melahirkan Tian dan merawatnya.
"Tante tahu perasaan kalian, tapi tante berharap Raina bisa ngertiin Tian ya." Lanjutnya yang seketika membuatku bangun dan keindahan itu berubah menjadi kekelaman.
🌿🥀🌿
Aku sendiri yang berusaha mengakhirinya, dan aku sendiri yang menanggung sakitnya. Aku sama sekali tidak pernah berani berkata jika hubungan yang indah itu berakhir karna ucapan ibunya sendiri. Aku kembali hancur saat itu, tangisku tak pernah mereda. Bahkan di setiap Valentine aku akan menangis saat mengingat mimpi indah itu.
Dan kini aku sudah berhasil melepaskan semuanya bersama lelaki yang aku yakin lebih baik darinya. Aku mulai berhenti terjerat dari penjara di mimpi itu. Walaupun, tidak sepenuhnya, apalagi saat sosoknya kembali muncul dihadapanku setelah sekian lama kami tidak meninggalkan kabar.
Lelaki yang pernah sangat aku sayangi, aku puji-puji, bahkan sampai saat ini aku belum bisa menerima alasan aku mengakhiri semuanya. Kini kembali hadir, menatapku tanpa kesalahan dan tatapan yang sama saat ia tertawa dan tersenyum bersamaku kala itu.
"Hey boba, kamu kenal sama dia?" Tanya Arya sembari menepuk-nepuk bahuku.
Tian berjalan menghampiriku, seketika memoriku kembali mengingat derap kakinya setiap menghampiriku terulang sampai ke titik dimana semua itu menjadi kelam.
"Hai Rai, udah lama gak ketemu." Ucap Tian yang masih sama ramahnya.
"Iya." Sahutku singkat.
"Are you okay?" Bisik Arya.
Aku menatap Arya dengan tatapan kosong, nafasku sedikit tidak beraturan.
Aku tidak boleh mengecewakan Arya lagi, kini aku bersama Arya. Aku tidak boleh tertarik kembali ke kekelaman itu. Batinku.
"Eum, Tian kenalin ini cowo gua. Arya namanya, dan Arya kenalin dia Tian--" jelasku menggantung karna harus mengatur nafas.
"Mantan aku." Lanjutku yang langsung disambut dengan jabatan tangan keduanya, mataku tertuju pada mereka yang saling menyapa.
"Kok lu bisa disini? Bukannya lu di luar kota?" Tegasku dan berusaha bersikap santai.
"Lagi liburan aja, kebetulan apartemen gua didekat sini. Lu sendiri?" Sahut Tian.
"Gua kuliah di kampus dekat sini juga. Terus ini lagi refreshing aja sama cowo gua. Lu sendiri kesini?" Tanyaku basa-basi.
"Sama mama, oh iya lu mau ketemu?" Tawar Tian. Tanganku langsung menggenggam erat pergelangan tangan Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]
Teen Fiction"Salam dari wajah sinis tak bermakna, menyimpan kecewa tanpa sepatah kata. Dengan segala hati yang terisi sepihak, membuat goresan luka kembali dan tersayat semakin dalam. Lalu air mulai menggenang di pelupuk mata, jika harus menyaksikan sang bulan...