Hear me...

12 2 0
                                    

07:00 AM
Sleman, Yogyakarta

Cahaya matahari berhasil masuk melalui sela-sela tirai jendela dan sukses membuatku terbangun dari tidur lelapku. Kini aku tengah berada di salah satu rumah desa wisata. Mataku berhasil mendapati teman-temanku yang masih tertidur pulas. Aku terbangun, dan mengambil ponselku. Lekuk bibirku berubah saat berhasil melihat salah satu fotoku dengan Arya saat di Universitas Diponegoro, tentunya dengan yang lainnya.

Hari ini, adalah hari terakhirku disini. Berarti nanti sore kita naik bus dan ada Arya... Gumamku diiringi lekuk bibirku yang sangat manis.

Aku langsung turun untuk mengambil baju dan membawanya keluar kamar untuk segera mandi. Hari ini, kami diajak mengenal beberapa kegiatan di desa wisata ini. Tak mengesankan, karna aku tidak menemukan keberadaan Arya. Aku dengan beberapa temanku, menangkap ikan lele. Aku sengaja memaksa teman-temanku untuk bergabung, karna aku mendapati anak lelaki tongkrongan Arya tengah menangkap ikan lele juga disana. Aku bersemangat menangkap ikan lele, ikan lele itu kalah gesitnya denganku. Sesekali mataku mengitari kubangan lumpur ini untuk mencari keberadaan Arya. Namun usahaku nihil, karna Arya tidak bergabung bersama teman-temannya.

Setelah lelah menangkap ikan lele, aku dan teman-temanku segera pulang ke rumah yang ku tempati. Saat di tengah perjalanan, aku menghentikan langkah kakiku karna menemukan beberapa tumpukan sandal di salah satu rumah. Mataku tertuju pada sandal yang persis seperti milik Arya, dan ada sandal milik temanku.

Pasti dia ada didalam sana. Batinku yang langsung berjalan cepat dengan membawa sekantung ikan lele tangkapanku menghampiri rumah itu.

"Rai lu mau kemana?" Tanya salah satu temanku.

Perlahan aku membuka pintu rumah itu dan berhasil mendapatkan Arya didalam sana. Aku tersenyum sangat lebar, karna aku berhasil menemukan keberadaannya.

"Eh gua dapet lele dong!" Seruku pada teman-temanku didalam sana yang tentu terkejut karna tiba-tiba aku muncul dari sela pintu.

Mataku terfokus hanya pada Arya, kemudian aku langsung menutup kembali pintu rumah itu dan kembali menghampiri teman-temanku untuk kembali ke rumah. Dengan langkah riang dan membawa sekantung lele aku berjalan menyusuri gang-gang.

15:30 AM

Aku sudah selesai merapihkan diri, dan merapihkan pakaianku kedalam koper. Kini aku duduk di kursi halaman rumah, sembari memakan sepiring mie instant buatan induk semangku disana.

"Cepet banget lu Rai. Udah rapih aja." Ucap temanku sembari ikut duduk disampingku.

"Udah telat." Sahutku.

Tak lama kemudian, kami berjalan sembari menarik koper menuju parkir bus. Lekuk bibirku tersenyum, bahkan tak memperdulikan lingkungan sekitarku yang tengah menyapaku. Aku menaruh koper pada bagasi bus, dan segera menaikki bus. Pandanganku langsung tertuju pada Arya yang sudah duduk tenang di kursinya. Aku melemparkan senyum dan berjalan disampingnya lalu duduk di kursiku.

"Gimana?" Tanya Salsa.

"Apanya? Biasa aja, kan rumah lu ada di depan rumah gua." Sahutku.

Selama di bus, aku melihat Arya yang tertidur pulas. Aku sedikit bersyukur karna kali ini Salsa tidak meminjam jaket miliknya, sehingga aku tidak perlu khawatir. Aku melamun menatap jendela yang tampak menyusuri trotoar Yogyakarta. Tak lama kemudian, Arya berhasil merusak lamunanku.

"Udah mau nyampe belum Rai?" Tanyanya.

"Udah kayaknya." Sahutku tanpa menatap matanya.

Bus kami berhenti di salah satu hotel di malioboro. Aku masih mengamati Arya yang masih tertidur, aku menatapnya tanpa mengalihkan pandanganku. Kemudian, temannya langsung membangunkan Arya. Saat Arya membuka matanya, aku langsung mengalihkan pandanganku dari hadapannya.
.
.
.
.
.
20:00 PM
Hotel Malioboro

Kini aku tengah berada di kamar, salah satu temanku mengajakku untuk memesan makanan melalui delivery order. Aku yang terlalu malas, hanya merebahkan tubuhku dikasur tanpa ikut mereka untuk mengambik pesanannya. Setelah teman-temanku membawa makanan itu, kami langsung menyantapnya di dalam kamar hotel. Seperti biasanya, aku duluan yang berhasil menghabiskan makananku.

Aku merapihkan bekas makananku, dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan. Saat aku tengah mencuci tangan, tiba-tiba bel kamarku berbunyi.

"Rai! Sekalian buka pintu!" Seru temanku.

Aku langsung keluar dari kamar mandi dan membuka pintu kamarku sedikit untuk mengintip. Mataku terbelalak mendapati Arya yang tersenyum konyol didepan pintu kamarku.

"Siapa Rai?" Tanya temanku dari dalam kamar.

"Teman gua." Jawabku yang langsung keluar kamar perlahan tanpa menunjukan Arya pada teman-temanku di dalam kamar.

"Lu ngapain kesini?" Tegasku.

"Makan yuk." Ucap Arya dengan sangat santai.

"Gua udah makan barusan, lu aja sana bareng temen-temen lu." Sahutku pada Arya.

"Gua maunya sama lu." Cetus Arya.

"Ih gua yang gak mau, nanti kalau ada yang lihat gimana?" Tegasku.

"Ya gak masalah dong, justru bagus mereka lihat. Gak perlu sembunyi-sembunyi." Jelasnya semakin santai.

"Gua yang gak mau."sahutku dengan serius.

"Lu malu kalau gua yang nyukain lu?" Tanya Arya dengan wajah datar tak seperti semula yang konyol.

Aku diam membisu berusaha mencerna tiap kata yang ia ucapkan.

"Lu malu karna gua jelek?" Tegasnya yang kemudian pergi meninggalkanku.

"Arya! Bukan gitu! Ya!!" Seruku berusaha menyuruhnya untuk berhenti.

"Gua tau Rai! Gua gak pantes buat lu!" Sahutnya yang sepertinya sudah kesal.

Aku mengutukki diriku sendiri dengan sesekali memukuli kepalaku sendiri.
Kemudian, temanku keluar dari kamar dan mendapatiku yang tengah memukuli kepalaku sendiri.

"Lu kenapa Rai?" Tanyanya.

"Eh, gak apa-apa kok."jawabku yang langsung masuk kedalam kamar.

Tentunya, aku tidak berdiam diri di kamar. Aku dengan beberapa temanku berjalan menyusuri trotoar Malioboro menikmati malam disini. Tak ada senyum yang tampak dari lekuk bibirku, aku terus berfikir bagaimana caranya meminta maaf dan membujuk Arya. Aku baru tahu, jika ia bisa sebal seperti itu. Setelah sampai kembali di kamar, aku melamun sembari merebahkan tubuhku di kasur. Sesekali menatap televisi yang tengah menyala.

Arya udah tidur belum ya? Batinku.

Aku harus minta maaf, tapi bagaimana? Batinku

Mataku melirik beberapa temanku yang sudah tertidur pulas, kecuali aku. Saat aku masih melamun, seketika aku sudah tertidur pulas.

-BERSAMBUNG-

HAI GUYS!!
THANKS BUAT YANG UDAH BACA, JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAKNYA YAA BIAR AUTHOR SEMAKIN SEMANGAT LANJUTIN STORY INI.

DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT

SEE YA IN THE NEXT CHAPTER!!
LUVV YAA!!

-Author👧

Hy Enemy! I MISS YOU. [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang